Keheningan melanda ketika Mikail masuk ke ruang singgasana bersama Leia. Dua orang nomor satu di Wilayah Terlarang itu berjalan dengan langkah terkendali dan duduk di kursi singgasana mereka. Di sisi kanan dan kiri terdapat orang-orang kepercayaan serta jenderal perang Wilayah Terlarng. Kana dan Tron juga ada di sana. Raja dan ratu masing-masing bangsa yang menghuni Wilayah Terlarang pun hadir di ruangan tersebut.
Dua orang prajurit membawa seorang lelaki dengan rantai yang melilit kedua tangan dan kakinya. Wajah pria itu menunduk dan terlindungi oleh rambutnya yang panjang dan berantakan.
Mikail menatap sosok yang dipaksa berlutut oleh kedua prajuritnya, "Kau adalah mata-mata Kerajaan Silvista, kau sadar apa kesalahanmu sehingga kau berada di sini?"
Sosok itu tidak menjawab, namun kepalanya mendongak dan menatap Mikail dengan sorot mata datar. Leia memiringkan kepala melihat wajah sosok tersebut, rasanya dia pernah melihat orang itu sebelumnya.
"Kau tidak ingin menjawabnya? Baiklah," Mikail memberi isyarat pada dua orang prajurit yang bersiaga di dekat sosok tersebut, "Itu artinya kau meminta hukumanmu dipercepat."
Kedua prajurit itu memegangi masing-masing lengan orang itu dan hendak menyeretnya pergi ketika Leia menahan mereka.
"Tahan!"
Semua orang mengalihkan pandangan mereka pada sang ratu. Leia berdiri dari singgasananya dan berjalan mendekati mata-mata yang hendak diseret pergi tersebut.
"Yang Mulia Ratu, sebaiknya Anda tidak—"
"Tidak apa," kata Leia, "Aku hanya ingin melihat wajah mata-mata ini lebih dekat."
Prajurit yang hendak mencegahnya kemudian menunduk, memberikan jalan bagi Leia untuk mendekat.
"Kau ... teman Pangeran Lucius," kata Leia menatap wajah pria yang tak asing baginya itu, "Kau yang pernah mengejek sosok Lacia la Midford ketika dia masih berada di istana."
Seulas senyum manis tersungging di bibir Leia melihat keterkejutan di wajah pria itu, "Rupanya benar. Kau belum melupakannya."
"Kau ... Lacia?"
"Bukan," Leia menggeleng, "Lacia la Midford sudah mati."
Pria itu menatap wajah Leia, namun kepalanya ditundukkan paksa oleh prajurit yang menahannya.
"Berani sekali kau menatap ratu kami!"
Pria itu mendecih. Sosok yang mereka sebut ratu ini adalah Lacia, adik Lucius yang dikabarkan tewas terbunuh beberapa tahun lalu. Mengapa gadis itu ada di sini? Mengapa Ratu Iris tidak pernah mengatakan bahwa sosok ratu di Wilayah Terlarang adalah gadis ini?
"Sepertinya kau menerima perintah langsung dari Ratu Iris," kata Leia, mengejutkan semua orang yang ada di sana kecuali Mikail, "Dari raut wajahnya aku tahu, Ratu Iris yang memberikan perintah. Dia bekerja sama dengan Gardos untuk mencelakaiku."
Leia kemudian berbalik, menatap Mikail yang duduk di singgasananya, "Menurutmu, hukuman apa yang pantas untuknya, Rajaku?"
"Hukuman mati." Cetus Mikail.
Leia tersenyum, kemudian menatap kedua prajurit yang menahan sang mata-mata, "Kalian mendengarnya. Laksanakan tugas kalian dan kirimkan kepala orang ini ke Kerajaan Silvista."
Kedua prajurit itu mengangguk dan segera menyeret pria itu pergi dari ruang singgasana untuk melaksanakan hukuman.
Leia kembali duduk di singgasananya di samping Mikail dan menghembuskan napas. Mikail mengelus punggung tangan Leia dan kemudian menatap para jenderal dan orang-orang kepercayaannya, "Satu masalah sudah usai. Sekarang kita akan membahas masalah lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison Princess [End]》✔
FantasyLacia la Midford adalah seorang putri, namun ia ditakuti dan disegani karena kemampuannya sebagai ahli racun, orang-orang menyebutnya sebagai Putri Racun. Namun, apa kemampuan itu membuatnya disayangi oleh keluarganya? Jawabannya, tidak. Keluarganya...