Pertama kali membuka matanya, Lacia tahu dia tidak berada di kerajaannya. Ia meneliti tempatnya berada saat ini. Sebuah tenda, dia juga merasakan bahwa tempat ia berbaring sangat halus dan lembut, sepertinya berasal dari bulu binatang besar seperti beruang.
Ini di mana? Siapa pemilik tenda ini?
"Kau sudah sadar?"
Refleks, Lacia menoleh, mendapati seorang pemuda berusia beberapa tahun lebih tua darinya menatapnya dari sudut tenda. Di tangan pemuda itu terdapat sebuah buku, yang kemungkinan besar dibacanya sedari tadi.
"Kau bukan berasal dari Kerajaan Silvista, 'kan?" tanya Lacia mengerutkan kening.
"Pertanyaan yang bagus. Biasanya bila seseorang sadar, hal pertama yang dia tanyakan adalah di mana tempat ini. Tetapi kau malah bertanya apa aku berasal dari kerajaan asing."
Pemuda itu kemudian mendekatinya, membantunya duduk dan memberi Lacia segelas air.
"Sudah merasa lebih baik?" tanya pemuda itu, yang disambut anggukan oleh Lacia.
"Kau yang menolongku?" kata Lacia. Dia ingat dia terjun ke dasar tebing saat prajurit istana memburunya.
"Kau terjatuh cukup keras, tetapi untungnya tidak ada tulang yang patah. Hanya saja di dahimu terdapat luka gores karena terkena bebatuan tajam," ujar pemuda itu, "Apa kau bermain-main di pinggir tebing hingga terjatuh?"
"Aku tidak bermain-main di sana. Aku diburu." Balas Lacia datar.
"Diburu oleh kerajaanmu sendiri?" ucapan pemuda itu membuat Lacia terkesiap, "Tidak perlu heran, kau menggumamkan nama kerajaanmu serta keinginanmu untuk balas dendam ketika kau tertidur."
"Berapa lama aku tidak sadarkan diri?"
"Seminggu."
Lacia terdiam. Berarti sudah seminggu ia meninggalkan Kerajaan Silvista. Dia yakin kedua orangtuanya bersorak gembira, begitu pula rakyatnya. Diam-diam Lacia memikirkan bagaimana dia akan hidup ke depannya. Ia memang sering melakukan kegiatan di alam terbuka bersama Nanny, tetapi dalam keadaan saat ini, dia tidak memiliki apa-apa.
"Apa kau berencana untuk terus diam seperti patung?"
Suara itu menyentak Lacia kembali ke alam nyata dan menatap mata kelam si pemuda, "Aku hanya memikirkan bagaimana aku akan hidup setelah ini."
"Kau orang yang jujur. Kau tahu, tidak semua orang akan percaya semudah itu kepada orang asing."
"Kau menolongku, itu artinya kau bisa dipercaya." Balas Lacia.
Di luar dugaan, pemuda itu tertawa. Lacia mengerutkan kening melihat tawa pemuda itu.
"Maafkan ketidak-sopananku. Tetapi kau gadis yang unik," ujar pemuda itu, "Kita belum berkenalan. Namaku Mikail Jester. Siapa namamu?"
"Lacia la Midford." Jawab Lacia.
"Putri terbuang dari Kerajaan Silvista, eh? Desas-desus tentangmu sudah tersebar di seluruh negeri." Ujar Mikail.
Lacia hanya meringis mendengarnya, "Apa aku sebegitu terkenalnya sebagai putri terbuang?"
"Tidak juga. Semua orang mungkin membicarakan dirimu, tetapi tidak pernah ada yang melihat sosokmu yang sebenarnya," kata Mikail, "Walau yang beredar hanya rumor negatif, tetapi aku lebih memercayai rumor positif."
"Oh ya? Rumor seperti apa?"
"Racun di tubuhmu adalah senjata yang luar biasa."
***
Lacia berjalan ke luar tenda dan mendapati pemandangan orang-orang yang bekerja. Dalam perkumpulan tenda itu terdapat sekitar sepuluh orang, terdiri dari delapan laki-laki dan dua orang perempuan. Salah seorang di antara mereka, seorang wanita dengan rambut perak langsung menghampiri Lacia ketika melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison Princess [End]》✔
FantasyLacia la Midford adalah seorang putri, namun ia ditakuti dan disegani karena kemampuannya sebagai ahli racun, orang-orang menyebutnya sebagai Putri Racun. Namun, apa kemampuan itu membuatnya disayangi oleh keluarganya? Jawabannya, tidak. Keluarganya...