Lucius menatap para tamu pesta bangsawan Kayleigh Zevellia dengan tak berminat. Dia datang kemari sebagai perwakilan dari Kerajaan Silvista. Walau begitu, kedatangannya ternyata menarik perhatian banyak orang. Siapa yang mengira kalau banyak juga perwakilan dari kerajaan lain yang datang ke pesta ini? Kayleigh Zevellia adalah satu bangsawan yang bisa dibilang cukup unik, karena pesta yang diselenggarakannya selalu mendapatkan banyak perhatian dari berbagai kalangan, mungkin salah satu alasannya karena Kayleigh Zevellia adalah satu dari sedikit bangsawan yang dermawan dan kedermawanannya ini tak pernah tanggung-tanggung.
Lucius menyesap wine di gelasnya. Ia menatap semua orang dengan tatapan tak berminat, malah sebenarnya dia tidak suka datang ke pesta semacam ini, di mana bangsawan dan rakyat dari kalangan bawah membaur, menciptakan perbedaan yang begitu jelas di matanya. Entah apa yang dipikirkan oleh Kayleigh ketika membuat pesta seperti ini.
Ia menyesap kembali wine-nya ketika dilihatnya para tamu tertuju kearah pintu masuk ballroom. Penasaran, ia juga mengalihkan pandangannya ke sana, tepat ketika dua orang wanita bergaun merah dan biru masuk. Lucius mengerjap melihat kecantikan keduanya. Wanita berambut perak dan mengenakan gaun merah itu tampak anggun dan berwibawa di saat bersamaan. Postur tubuhnya yang tinggi dan liat itu malah membuatnya tampak menarik dalam baluan gaun sewarna darah merah, kontras dengan warna rambutnya, menjadikannya enak dipandang.
Sementara yang satu lagi ....
Keningnya berkerut samar. Lucius merasa mengenal gadis dalam balutan gaun biru itu. Ada suatu perasaan aneh yang menyeruak di dadanya ketika melihat gadis bergaun biru tersebut. Dia bukan orang yang senang bermain-main dengan rasa penasaran, karenanya dia memilih untuk mendekati kedua wanita itu diam-diam.
Lucius melihat mereka berdua menghampiri pemuda bersurai hitam yang sejak tadi berdiri menyandar pada pilar di belakang punggungnya. Ia melihat mereka berbicara dengan pemuda itu dan Lucius tertegun melihat senyum si gadis bergaun biru. Dia benar-benar yakin pernah melihat gadis itu sebelumnya. Tapi di mana, Lucius tidak bisa mengingatnya.
Si gadis bergaun merah dan si pemuda bersurai hitam menuju lantai dansa ketika para pemain music mengalunkan music dansa, meninggalkan si gadis bergaun biru sendirian. Gadis itu sempat ditawari dansa oleh beberapa pria yang ditolak dengan halus. Ia berdiri sendirian sambil menatap ke lantai dansa. Perasaan itu kembali menyeruak dalam dada Lucius.
Ya. Dia benar-benar mengenal gadis itu, dan matanya ..., sikap tubuhnya ....
Mendadak satu pemikiran melintas dalam otaknya. Ia menghampiri gadis itu dan menggenggam tangannya, membuat gadis itu menoleh dan mata birunya bertatapan dengan miliknya.
Tidak salah lagi! batinnya.
"Maaf, Tuan. Bisakah Anda melepaskan tanganku?" pinta gadis itu sopan.
Tapi Lucius tidak mengindahkannya. Dia terus menatap lekat-lekat gadis di hadapannya ini sementara tangannya tetap menggenggam tangan si gadis yang mulai merasa tak nyaman.
"Tuan—"
"Kau Lacia, kan?" kata Lucius, "Kau Lacia la Midford, kan?"
Dari tangan yang digenggamnya Lucius tahu tubuh gadis itu menegang dan mata yang semula menatapnya ramah itu berubah menjadi dingin.
"Maaf, sepertinya Anda salah mengenali orang." gadis itu menyentakkan tangannya dengan kasar.
Lucius tersentak dengan nada bicara gadis itu yang terdengar dingin dan tak bersahabat. "Kau Lacia, aku yakin itu." katanya lagi, "Tapi ..., bukankah kau sudah mati? Kenapa kau ada di sini?"
Gadis itu memutar bola matanya mendengar pertanyaan Lucius, "Sudah saya katakan, Anda salah mengenali orang. Saya bukan gadis bernama Lacia la Midford seperti yang Anda sebutkan. Anda benar-benar tidak sopan dan Anda masih merasa bahwa Anda adalah seorang bangsawan dengan tata krama tinggi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison Princess [End]》✔
FantasiLacia la Midford adalah seorang putri, namun ia ditakuti dan disegani karena kemampuannya sebagai ahli racun, orang-orang menyebutnya sebagai Putri Racun. Namun, apa kemampuan itu membuatnya disayangi oleh keluarganya? Jawabannya, tidak. Keluarganya...