Leia membuka mata dan mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang agak temaram. Cahaya matahari berusaha masuk melalui kain gorden tebal yang menutupi jendela.
"Kau yakin dia akan datang?"
Suara itu membuat Leia mengerjap. Pandangannya kini tertuju pada sosok pemuda dengan rambut sekelam malam yang duduk di sofa beludru merah di dekat perapian. Itu Mikail.
"Dia akan datang. Aku bisa merasakannya," suara lain menyahut, dan Leia bisa menebak bahwa ini suara Tron.
Mikail diam dan menatap sang kakak yang bersandar pada dinding dengan kedua tangan dilipat di depan dada, "Kau sadar apa konsekuensi dari perbuatan yang kau lakukan, Kak?"
"Aku sangat sadar," Tron menyeringai, "Amat sangat sadar. Kau pikir aku siapa, Adik Kecil?"
"Seorang kakak yang berusaha terlihat kuat padahal cengeng luar biasa." Balas Mikail.
"Kau melukai harga diriku, Mikail," bukannya tersinggung, Tron malah terkekeh, "Tetapi kalau kau tidak sedingin ini, mungkin kau tidak akan bisa mendapatkan pengantin yang cocok untukmu. Gadis yang kemarin ... pengantinmu yang ke berapa?"
"Delapan ratus dua?"
"Tujuh ratus dua puluh lima," koreksi Tron, "Dari kau lahir hingga kini tidak ada gadis yang cocok dengan kekuatan iblismu yang terlampau besar. Kau tahu, kau hampir memusnahkan populasi wanita manusia di Negara ini."
Mikail hanya diam. Pemuda itu menatap ke depan dan Tron lebih memilih mendekati jendela, membuka gorden lebar-lebar dan menatap langit yang kelabu.
"Kau tahu, Mikail, aku merasa seperti manusia saat ini," ujar Tron, "Aku merindukan seseorang."
"Kau selalu merindukan seseorang, Tron."
"Aku benar-benar merindukan seseorang kali ini. Seorang wanita dengan rambut seputih salju."
Mikail menatap kakaknya yang memasang ekspresi sendu, "Kalau begitu, temui dia."
"Tidak bisa. Dia takut padaku." Tron meringis.
"Takut? Wajahmu yang jelek itu bahkan tidak cukup untuk menakuti anak iblis yang baru lahir."
"Mengapa kau selalu menyindirku, Mikail? Kau benar-benar tidak memiliki rasa simpati."
"Aku bahkan tidak tahu apa itu rasa simpati," balas Mikail tidak mau kalah, "Selama ini yang kutahu aku harus memimpin Negara ini suatu hari dan aku harus mencari seorang pendamping."
"Ah ... beban hidup yang mulia, ya?"
"Mati saja kau, Kak."
Tron lagi-lagi tertawa sementara Mikail menyandarkan punggungnya ke punggung sofa, "Aku bosan."
"Carilah kesibukan. Berburu di luar Wilayah Terlarang akan membuatmu mengetahui dunia luar, Mikail." Usul Tron.
Mikail diam mendengarnya. Leia melihat kening pemuda itu berkerut samar dan nyaris tak terlihat bila tidak diperhatikan dari jarak dekat.
"Kau masih bertengkar dengan Kana?" tanya Mikail mengalihkan pembicaraan.
"Kalau kau menganggap diamnya gadis itu padaku selama aku mengunjunginya selama ini, maka ya ... kami masih bertengkar." Jawab Tron.
"Mengapa kau tidak mengajaknya pergi ke dunia luar?"
"Dia takut pada dunia luar, Mikail. Sejak peristiwa itu dia tidak pernah mau pergi ke dunia luar bahkan untuk sekedar merebut putrinya kembali."
"Bagaimana penyelidikanmu mengenai apa yang terjadi di Kerajaan Silvista?" tanya Mikail lagi.
"Mereka ternyata memilih darah Wilayah Terlarang untuk mendapatkan kejayaan dan kesejahteraan secara instan," kata Tron, "Darah keturunan iblis dan manusia dianggap suci bagi mereka dan ada ritual atau sejenis upacara yang mengharuskan satu penduduk dari Negara ini ditumbalkan di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison Princess [End]》✔
FantasyLacia la Midford adalah seorang putri, namun ia ditakuti dan disegani karena kemampuannya sebagai ahli racun, orang-orang menyebutnya sebagai Putri Racun. Namun, apa kemampuan itu membuatnya disayangi oleh keluarganya? Jawabannya, tidak. Keluarganya...