“Nin, lo kalau mual bilang sama gue, ya? Nanti gue anter ke toilet,” Ucap Afifah setengah berbisik pada Anin karena didepan sana seorang dosen perempuan tengah memaparkan materi perkuliahan.
Anin mengangguk. “Tenang, gue bawa ini,” Ucap Afifah yamg masih menutupi hidungnya dengan sapu tangan yang telah dibubuhi parfum Fathan. Cara ini adalah satu-satunya untuk meredam rasa mual yang ia rasakan. Walau berjauhan, Anin akan bisa menghirup aaroma suaminya, kan? Ckckck.
Afifah tertawa kecil melihat kelakuan aneh dari sahabatnya. “Anak lo itu cewek apa cowok?” Tanya Afifah. Persetan dengan dosen didepan, mereka malah asik berbincang.
“Mana gue tau, lah. Kan masih terlalu muda, perut gue aja masih rata.” Anin melirik singkat pada Afifah, lalu tangan kanannya meletakkan pulpen kemudian mengelus perutnya.
Afifah mulai mengikuti gerakan sahabatnya, ia juga mengelus perutnya yang sebenarnya tidak ada kehidupan apapun didalamnya. Lalu Afifah jadi cekikikan sendiri. “Nin, malaikat kecil gue lagi tidur, nih,” Ucap Afifah seraya memperlihatkan dirinya sedang ikut-ikutan mengelus perutnya.
Anin tertawa melihat kelakuan Afifah. “Lo ngapain, sih? Hamil juga?” Tanya Anin yang sedang menahan tawa sekuat-kuatnya.
“Iya. Hamil anaknya Siwon.”
Anin menoyor kepala Afifah. “Selingkuhan gue, tuh.”
“Yaudah, pak Fathannya buat gue, ya?” Tanya Afifah jahil.
“Ambil, gih.” Anin mengibaskan tangannya.
Afifah hanya menggelengkan kepalanya. Lalu ia merasa diberi tatapan membunuh oleh dosen didepan sana langsung menyenggol sikut Anin. Meginterupsi agar tidak bercanda dan segera pura-pura memperhatikan.
Perkuliahan terasa alot dan membosankan. Anin melirik alroji yang melingkar di lengan kirinya, lalu ia menghembuskan nafas. Masih harus menunggu satu jam lagi untuk bisa keluar dari ruangan membosankan ini. Lalu ia mengambil ponselnya untuk membuka galery dan melihat-lihat foto suaminya. Tanpa sadar senyum dibibirnya terukir indah.
Teringat akan satu hal, ia membuka kontak nomor telepon di ponselnya, mengubah nama panggilan suaminya yang semula Anin’s Husband menjadi Ayah♥. Anin terkikik sendiri melihatnya, sedikit lebay namun dirinya menyukai nama baru itu. Lalu ia mulai mengetikan suatu pesan untuk Fathan.
To : Ayah♥
Assalamu’alaikum, ayah. Aku kangen. –DedeBayi.Lalu ia melihat suaminya sedang mengetikkan sesutu untuk dirinya, menunggu beberapa detik hingga akhirnya satu notifikasi muncul dilayar ponselnya.
From : Ayah♥
Wa’alaikumsalam, Dede jangan gangguin bunda, ya. Bundanya lagi kuliah. Kangennya disimpen dulu. Jagain bunda ya, sayang.Melihat pesan yang baru saja ia terima, membuat Anin kembali tersenyum. Padahal dirinyalah yang sedang merindukan Fathan. Jadi begini ya, enaknya sedang hamil. Bisa mengungkapkan sesuatu dengan mengatas namakan anak yang sedang dikandungnya. Anin lagi-lagi tertawa kecil.
Ia kembali melihat balasan pesan suaminya itu, lalu jarinya mengusap-usap layar ponselnya. Melihat kata ‘bunda’ membuat hati Anin menghangat. Lalu ia kembali mengelus perutnya dan bergumam, “Bunda sayang kamu, nak.”
***
Anin dan Afifah sedang menunggu Fathan pada sebuah bangku ditaman yang terletak dibawah pohon akasia. Perkuliahan hari ini hanya tiga sks, dan hal itu membuat keduanya sudah keluar kelas, padahal baru jam satu siang.
Anin melihat Afifah sedari tadi sibuk melirik jam tangannya seperti sedang diburu waktu. “Fifah, lo kalau ada perlu pergi aja. Gue gak apa-apa, kok.” Anin tak enak jika harus menahan Afifah ikut menunggu kedatangan Fathan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Qualitative Research of Love
Ficção CientíficaBerkisah tentang seorang magister muda, Fathan Alfaruq Abhimata. Fathan yang kini sedang menjalankan tugasnya sebagai asisten dosen di salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di kota Bandung. Menginjak usianya yang sudah 27 tahun, Fathan mulai g...