Epilogue

1.7K 97 9
                                    

"Jo!"

Semburat cahaya memasuki indra pengelihatannya. Menyeruak masuk kedalam pandangannya yang masih kabur.

Gue udah gak tidur sendiri.

Yes.

"Yaudah, deh" lanjut suara itu lagi, lalu membuat pergerakan turun dari ranjang.

Jojo tertawa kecil, lalu menarik tangan perempuan itu yang kembali jatuh keatas ranjang.

"Kebiasaan banget, sih!" balas Dara galak lalu memilih menimpa wajah laki-laki yang udah jadi hak miliknya—rrr—suaminya dengan bantal yang ada didekatnya

"Gini dulu, sebentar" ucap Jojo lalu memilih memeluk Dara tepat di pinggangnya

Dara melunak. Gak pernah bisa marah kalau sama Jojo. Orang termanis, terkeju, terhangat yang pernah ada. Kecuali kalau benar-benar udah kurang ajar. Itu pengecualian. Tapi sejahat-jahatnya seorang Jojo, paling apa sih yang bikin Dara marah? paling waktu itu,

Waktu Jojo nge-prank Dara kalau sebenernya dia punya hidden relationship sama orang selain Dara. Dia ngaku sambil sujud-sujud nyesel. Elah, gimana Dara gak mau nampar Jojo kalau dia nge-prank udah H-3 sebelum D-Day pernikahan mereka?

Setelahnya Dara nangis-nangis gak mau ketemu Jojo dulu. Dari sana Jojo baru nyadar, dia dapet ide se absurd itu darinana ya, coba? padahal niatnya mau bikin suasana sebelum hari H nya biar gak tegang-tegang amat.

Butuh perjuangan banget buat bikin Dara mau balik lagi ngomong. YaTuhan, kalau  nikah segampang balikin telapak tangan. Lah kalau udah begini caranya? Jojo bakal kehilangan Jodoh seumur hidupnya. Iya, Jojo udah se pede itu kalau jodohnya Dara.

Ditambah maki-makian mamanya sendiri waktu tau Jojo ngomong nyesel ngerjain Dara tapi masih pakai senyam-senyum bangsat super ngeselin. 'Eh, emang mama pernah ngajarin iseng, gitu? kurang ajar emang ini anak!'

Huft. Beruntungnya, Dara masih bisa dilunakin lagi. Buktinya nih, udah ada disebelahnya setiap bangun tidur. Rasanya, duh, indah banget hidup.

Ditambah lagi, keputusannya sama sekali gak salah. Dara sama sekali bukan penghalangnya. Dara itu malah sumber semangatnya. Selain orang tuanya. Terlebih orang-orang di sekitar Dara gak nuntut banyak hal. Apalagi orang tuanya. Mereka cuma mau Jojo bahagian Dara semampunya, jagain Dara sebisanya. Seumur hidupnya.

'Dara itu hidup kami, Jo. Setidak-tidaknya, jangan biarkan cahayanya redup. Biarin dia bersinar selagi dia bisa. Banyak hal yang belum dia capai. Semoga dia bisa mencapainya sama kamu, Jo. Kami bukan mengizinkan, tapi mendukung apa yang Dara pilih buat hidupnya. Dan kami senang sekali kami mendengarnya saat Dara bilang kalau orang itu kamu. Tolong, Jonatan' ucap Renal waktu itu.

Gak ada raut ketegangan setelahnya. Malah, hati Jojo terasa terenyuh waktu pesan-pesan itu terlontar dari mulut Renal. Begitupun Tyna. Banyak harapan yang bertumpu dari kata-kata itu.  Dan dengan senang hati, Jojo menampung semoga demi semoga yang kedua orang tua Dara ucapkan.

Semoga juga, gak pernah buat Dara kecewa.

"Latihan jam berapa, hm?" tanya Dara, sambil menyisir rambut Jojo dengan jari-jarinya

"Hmmmm"

"Nanti kamu telat,"

"Iya"

"Jo,"

"Iya, sayang. sebentaaaar ini gatau kenapa gak bisa lepas,"

Dara memutar bola matanya malas, "Kamu udah ngomong ini dari hari pertama seminggu yang lalu,"

Jojo terkekeh, kemudian melepaskan pelukannya pada pinggang ramping milik Dara, "bhaks, tau aja, diitungin ya?"

"Jo, mandi deh mendingan. Aku mau siapin sarapan, abis itu ke coffee shop"

Premonition | Jonatan ChristieWhere stories live. Discover now