4. Pelampiasan

3.8K 331 4
                                    

Jangan melampiaskan sesuatu kepada orang lain.
Tapi berdoalah agar bisa mengikhlaskan dan hatimu dikuatkan.

Tak sengaja Nada yang akan keluar dari mobil, menginjak gamisnya sehingga dia terjatuh.

Gelak tawa Naufal terdengar nyaring. "Kamu dari dulu masih ceroboh aja, Nad. Oh iya, makasih udah nemenin. Selamat yang mau dilamar." Naufal pergi begitu saja meninggalkam Nada dan Hana.

"Ish!" kesal Nada.

Dengan cepat Hana membantu Nada untuk berdiri. "Kamu lagi nangkep belalang, Nad?"

"Belalang apaan, aku jatoh, Na!" kesal Nada.

"Kamu udah kenal dari kecil sama Pak Naufal?"

"Iya." Nada membersihkan gamisnya yang sedikit kotor dengan tangannya.

"Berarti yang kamu ceritain ke aku, Pak Naufal?" Mata Hana membulat sempurna.

"Iya. Gak usah sok kaget gitu deh, Na."

***

Sesuai perkataan Dio. Lelaki itu benar-benar mendatangi rumah Nada dan menyampaikan niat baiknya.

"Maaf, Om, Tante, jika kedatangan saya mengganggu. Saya kesini mau melamar Nada."

"Apa kamu benar-benar serius sama anak saya?"

"Saya serius, Om."

"Tapi jawabannya saya serahkan kepada Nada, mengingat waktu itu dia pernah menolak kamu."

"Baik Om."

Datanglah Nada dengan membawa nampan. Setelah meletakkan gelas di atas meja Nada duduk di samping Reni.

"Nada, Dio kesini mau melamar kamu lagi, jawabannya Abi serahkan sama kamu."

Nada menghela napasnya. Jujur ini adalah sebuah pelampiasan bukan atas dasar cinta yang murni. Dia menganggukkan kepalanya.

***

"Gimana acara lamarannya?"

Nada sontak terkejut mendengar suara di belakangnya. Dia berbalik dan nampaklah sosok Naufal.

"Gak gimana-gimana. Kamu yang mau nikah, gimana?" tanya Nada dengan berat hati.

"Gak jadi." Naufal langsung berjalan meninggalkan Nada. Bagaimana tidak calon pengantin wanitanya sudah dilamar orang lain.

Nada yang mendengar jelas ucapan itu merasa tidak percaya. "Kenapa aku seneng, ya?" batinnya.

Kini Nada sudah di ruangannya, fokus dengan layar komputernya. Teleponnya berbunyi menghentikan aktivitasnya.

Dio

Nanti makan siang aku jemput.

Nada

Tapi gak baik kalo berduaan aja.

Dio

Makan siang aja kok. Abis itu aku anterin lagi ke kantor.

Nada

Tapi kerjaan aku masih banyak.

Dio

Apa perlu aku yang minta izin sama bos kamu?

Nada

Aku sendiri aja.

Nada menghela napasnya. Dia hendak keluar dari ruangannya.

"Mau kemana, Nad?" tanya Hana.

"Keluar sebentar."

Nada menatap ruangan di hadapannya. Kakinya terasa berat untuk melangkah masuk. "Permisi."

"Masuk."

Nada hanya bisa berdiri di dekat pintu. Dia menunduk dalam-dalam.

"Ada apa?" tanya Naufal

"Nanti aku minta izin keluar."

"Kerjaan kamu gimana? Emangnya mau kemana?"

"Aku mau makan siang di luar, abis itu langsung kesini lagi kok."

"Silahkan. Sebagai gantinya, nanti kamu harus lembur."

"Sok dingin, ngeselin lagi, kenapa sih, dia?" gerutu Nada dalam hati. "Astaghfirullahaladzim," batinnya lagi.

***

"Ini sampe udah mau sore, kita kapan pulangnya?" tanya Nada dengan raut wajah gelisah.

"Aku masih mau di sini sama kamu," jawab Dio.

"Dio, kamu apaan, sih? Kalo gitu aku mau balik ke kantor sendiri aja." Mulai ada rasa risih yang Nada rasakan. "Kenapa kamu bohong? Tadi bilangnya mau makan aja."

"Lagian bentar lagi kita udah mau nikah. Itung-itung pemanasan," ucap Dio enteng.

"Kamu pikir aku apaan?!" Mata Nada sudah berkaca-kaca. Terasa harga dirinya dijatuhkan sebagai seorang wanita. Dia mendorong kursinya kuat. "Aku permisi! Assalamualaikum." Nada segera keluar dari kafe. Dia kaget saat hampir bertubrukan dengan seorang lelaki berjas. "Ma-maaf," lirihnya.

"Nada?"

Jangan pelit sama bintang, kritik dan sarannya!

Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini❤.

NADA RINDU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang