13. SAH!

4.2K 312 9
                                    


🎵🎵🎵

"Kamu mau batalin kerja sama kita dengan perusahaan lain?" tanya Naufal dengan raut wajah serius.

"Maksudnya?" tanya Nada dengan ekspresi bingung, sebingung, bingungnya.

Naufal meletakkan kertas yang sedari tadi di pegangnya ke atas meja. Dan tampaklah tulisan 'NADA RINDU' di sana. "Kenapa kertasnya dicoret-coret gini?"

"Astaghfirullahaladzim. Sa--saya. Bener-bener gak sadar kalo kertas itu penting. Nanti saya kerjakan lagi." Betapa malunya Nada, apalagi saat melihat wajah Naufal yang begitu serius.

"Untung calon istri."

Ucapan itu berhasil membuat pipi Nada merah merona.

"Ya sudah, nanti dibuat lagi, ya, jangan dicoret-coret."

"Ba--baik, Pak."

"Kamu boleh keluar sekarang."

Nada menghela napas lega. Di balik pintu ruangan Naufal. "Haduh, gak boleh Nada," ucapnya merutuki dirinya sendiri. "Astaghfirullah, kertasnya. Jangan sampe dia tambah besar kepala, dan sok kegantengan." Dia kembali memasuki ruangan Naufal.

"Ada apa lagi?" tanya Naufal dengan satu alisnya terangkat.

"Kertasnya."

"Oh ... Ini gak bisa. Mau saya museumin, biar ada bukti kalo kamu pernah rindu sama Dedek Naufal," ucap Naufal sambil terkekeh.

Betapa malunya Nada. Tanpa permisi dia keluar dari ruangan itu. Kenapa Naufal bisa tau tulisan itu? "Haduh, malu-maluin aja," gerutunya dalam hati. "Mana kamu yang dulu judes, Nad? Kok sekarang malah malu-malu kucing, kayak bukan Nada banget."

***

"Saya terima nikahnya Nada binti Rahmat dengan maskawin tersebut dibayar tunai." ucap Naufal lantang.

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah," ucap semuanya. "Alhamdulillah."

Dengan perasaan yang capur aduk, Nada mencium punggung tangan Naufal.

Dan dengan perasaan yang tidak kalah gugup, Naufal mengecup kening Nada untuk yang pertamakali bagi keduanya.

Nada tak bisa menahan air mata harunya.

"Jangan nangis, ngambek aja," ucap Naufal sambil mengusap pelan pipi Nada yang sudah basah.

"Ehem!" Deheman penghulu berhasil menghentikan aksi mereka.

Nada dan Naufal tengah berdiri sambil menyalami tamu yang hendak mengucapkan selamat.

"Pegel banget," keluh Nada.

"Gak boleh ngeluh. Lepas aja sepatunya."

"Terus aku pake, apa?"

"Nyekerlah."

"Emang ada sejarahnya pengantin nyeker?" tanya Nada sambil memanyunkan bibirnya.

"Adalah."

"Siapa?"

"Kamu."

"Nyebelin!"

"Hey, gue mau ngucapin selamat, ni, dikacangin aja."

"Ya Allah, Agam, udah tua aja lo pake gendong anak," heboh Naufal. "Untung lo dateng, kalo enggak, lo gak bakal liat pengantin ganteng kayak gue."

"Udah nikah, jangan norak," cibir Agam.

"Yey, suka-suka gue dong! Aduh, lucu banget anak lo, tapi ... ." Naufal memperhatikan Agam dengan anak kecil yang digendong itu. "Kok gak ada mirip-miripnya sama lo, Gam." Dia menyentuh lembut pipi anak kecil itu.

"Awas kuman."

"Si Bapak, dari dulu mulutnya pedes banget."

"Selamat," ucap Agam datar tanpa ekspresi.

"Selamat, ya." Ghania menangkupkan tangannya ke arah Naufal.

"Eh, Dek Ghania, udah cinta, ya, Bang Agamnya?"

Ghania hanya terkekeh pelan.

"Udah dek, gak usah diladenin."

"Uuu ... Adek, Abang, panggilannya." Naufal menyenggol lengan Nada. "Panggilan kita apaan, ni?"

"Nada, lo yang sabar, ya, semoga ditabahkan," ucap Agam.


Jangan lupa bersyukur hari ini😉.
Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini ya❤.

NADA RINDU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang