12. Mendoakan

3.6K 282 6
                                    

Mendoakan seseorang yang telah berbuat jahat, lebih baik daripada membalas dengan hal yang sama.

🎵🎵🎵

"Nada, aku akan menikahimu." Dengan satu tarikan napas akhirnya Naufal mengucapkan kalimat itu.

"Ini bukan waktu becanda! Kamu udah minta alamat cewek, pasti untuk melamarnya, kan?"

"Aku bahkan sudah melamarnya. Aku pulang sebenarnya cuman hari untuk jemput orang tua, tapi ... wanita yang ku lamar baru saja kena tabrak," jelas Naufal. "Apa kamu rela aku menggantikan, Dio?" tanya Naufal tulus.

Hal itu semakin membuat air mata Nada runtuh. Untung saja pengunjung kafe hari ini tidak terlalu ramai. "Aku sangat rela," batin Nada, tapi dia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah," Batin Nada dan Naufal bersamaan.

"Ehem!"

"Siapa yang batuk-batuk?" tanya Naufal seperti sedang mencari keberadaan seseorang.

"Untung bos," gerutu Hana.

Ekspresi Hana yang terlihat kesal membuat Nada terkekeh pelan, meski air matanya masih mengalir.

"Nah gitu dong senyum," ucap Naufal.

"Matanya Pak dijaga, belum halal, jangan liatin terus," cerocos Hana.

"Iya Ustadzah," jawab Naufal.

***

Betapa bahagianya Nada. Tiada henti dia mengucap syukur.

Di sepertiga malamnya ini, Nada tengah berdoa di hamparan sajadahnya. "Ya Allah, terima kasih atas nikmat-nikmat luar biasa yang Engkau berikan kepada hamba. Ya Allah, hamba mohon sadarkanlah Dio, agar dia tidak menyakiti hati banyak orang, dan bantulah hamba agar tidak menaruh dendam kepadanya. Aamiin."

***

"Jadi gitu ceritanya, Mi," tutup Nada saat menyelesaikan ceritanya kepada Reni. Matanya berkaca-kaca. "Nada mau jujur sama Umi. Sebelumnya Nada memang menyukai Naufal dari dulu, tapi semenjak Naufal bilang kalo dia mau melamar cewek, perlahan Nada membuang rasa berharap itu. Saat udah gak berharap, tiba-tiba Naufal datang lagi."

Reni memeluk putrinya dengan erat. "Ya sudah, sekarang kamu berangkat ke kantor."

Nada melepaskan pelukannya. "Nada berangkat dulu, ya, Mi."

"Iya, hati-hati calon istrinya Naufal."

"Umi!"

Reni terkekeh pelan saat melihat Nada dengan ekspresi kesalnya. "Umi mau belajar ngelucu juga, kan calon menantu Umi hobi banget ngelucu."

"Umi apaan, sih. Udah ah, Nada mau berangkat dulu." Nada mencium punggung tangan Reni.

***

"Ehem! Cie, calon istri bos besar udah dateng."

"Hana, kamu apaan deh?"

"Kok masih kerja aja Buk bos?"

"Kamu apaan, sih? Selama aku belum halal, aku masih karyawan di sini, jadi gak salahkan kalo aku kerja?"

"Tapi pernikahannya tinggal dua hari lagi loh." Hana mendekatkan mulutnya ke telinga Nada. "Kamu jadi trending topik di kantor."

"Hana, udah ih!"

"Cie, yang malu-malu. Uhuyyy," goda Hana.

"Tau ah!" Nada mendudukkan tubuhnya. Dia mengacak-acak dokumen yang ada di atas mejanya. "Na."

"Apa Buk bos?"

"Hana, aku serius ih!"

"Iya-iya. Ada apa?"

"Kamu liat kertas yang aku coret-coret di sini, gak?"

"Gak ada tu."

"Terus kemana dong?" cemas Nada.

"Penting banget kertasnya?"

"Gak juga sih, tapi bahaya kalo ada yang li--"

"Ada yang apa?" tanya Hana dengan tatapan selidik.

"Gak-gak! Pokoknya kamu harus bantuin aku cari kertas itu."

"Kertas apa, Nada? Kertas kan banyak."

Suara ponsel menghentikan aktivitas mengobrak-abrik mejanya. "Halo."

"..."

"Ada perlu apa ya, Pak?" tanya Nada sedangkan Hana sudah meledeknya dengan ekspresi.

"Keruangan saya sekarang!" perintah suara disambungan telepon itu.

Sambungan teleponnya terputus begitu saja.

"Aku keluar bentar ya, Na," pamit Nada.

"Inget! Belom halal."

"Ya Allah, ini bahas pekerjaan, Na." Nada segera keluar dari ruangannya.

"Permisi."

"Masuk!"

"Ada apa?" tanya Nada malu-malu.

"Kamu mau batalin kerja sama kita dengan perusahaan lain?" tanya Naufal dengan raut wajah serius.

Jangan lupa bersyukur hari ini😉.
Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini ya❤.

NADA RINDU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang