Sama-sama mencintai namun, tak saling mengetahui. Sama-sama memilih diam namun, terang-terangan menyebut namanya di hadapan Allah.
"Kamu boleh ke ruangan sekarang. Saya ada perlu sama Nada.""Baik Pak." Hana pergi sehingga menyisakan dua mahluk di sana.
"Ada apa?" tanya Nada.
"Gini Nad, aku tu mau ngelamar cewek, terus menurut kamu gimana?"
Entah kenapa ada gumpalan sesak di hati Nada. Apakah dia menyukai Naufal? Tapi Naufal adalah sahabatnya dari kecil. "Kenapa minta pendapat sama aku?"
"Oh, jadi gitu sekarang, lupa sama sahabat sendiri. Sungguh terlalu kau Ani," ucap Naufal dramatis.
"Ya baguslah kalo kamu mau ngelamar cewek, biar kamu gak jadi admin jomblo lagi."
"Idih ngatain admin jomblo. Sadar diri neng, situ jomblo dari lahir," ledek Naufal disertai kekehan.
"Udah selesai ngatainnya?" tanya Nada ketus.
"Ngambek mulu kamu, Nad, dari bocah sampe sekarang gak pernah berubah."
"Suka-suka aku-lah!"
"Haha. Besok kamu ada waktu, gak?"
"Aku selalu sibuk."
"Dih. Padahal kalo di rumah kamu cuman guling-guling doang," cibir Naufal. "Temenin aku nyari cincin besok, ya."
"Harus aku banget, ya?"
"Kamu kan sahabat aku, Nad."
"Aku kok sakit hati, ya?" batin Nada. "Tapi aku ajak Hana juga, ya. Biar gak berduaan aja."
"Nah gitu dong jadi temen. Abis jam makan siang besok aku tunggu."
***
Setelah sholat isya Nada membaringkan tubuhnya di kasur. Entah kenapa dia terus terbayang wajah Naufal. "Hebat ya kamu, Fal. Sekarang udah mau ngelamar cewek sedangkan aku? Hanya bisa menyukaimu diam-diam." Nada menghela napasnya. "Mungkin kalo doa bisa diliat, namamu bertebaran di langit, Fal." Keluar sudah air mata Nada. "Rasanya aku rindu masa-masa kecil kita. Kita yang saling membutuhkan satu sama lain, tapi ternyata aku yang terlalu jauh menyimpan perasaan ini. " Nada memejamkan matanya. "Ya Allah, maafkan hamba telah berharap berlebihan kepada manusia," lirihnya. Rasanya dia belum siap untuk menemani Naufal besok. Kenapa rasanya sangat menyakitkan. Apakah ini teguran untuknya? Dia membuka matanya dan meraih ponselnya. Tangannya mulai mengetikkan sesuatu di layar.
***Tepat setelah sholat zuhur dan makan siang. Naufal sudah menunggu di depan mobilnya.
"Pak Naufal udah nunggu lama, ya? Aduh, kepanasan dong," tanya Hana heboh.
"Gak kok. Ya udah, buruan naik."
Nada dan Hana mengambil duduk di belakang.
Naufal mulai menjalankan mobilnya.
"Pak Naufal becanda lagi dong," pinta Hana.
"Nanti saya gak bisa fokus nyetir dong," jawab Naufal.
"Eh, iya juga sih.
Mereka sudah sampai di sebuah toko. Nada hanya diam menunggu sedangkan Hana tidak berhenti berbicara."Nad, sini deh. Coba pake ini."
"Lah?! Kenapa harus saya, Pak?"
"Iya Pak Naufal, kenapa harus Nada. Kalo saya aja gimana?" saran Hana. "Tangan saya bagus loh, Pak. Gak kalah kok sama tangan artis."
"Masalahnya jari calon istri saya, mirip jari Nada."
Dengan berat hati Nada mencoba cincin itu. Sangat cantik dan pas di jari manisnya. Ya Allah, kenapa rasanya sakit sekali. Nada melepaskan cincin itu.
"Menurut kamu bagus, gak?" tanya Naufal.
"Kalo menurut saya bagus, Pak. Apapun pilihan Bapak pasti bagus kok," ucap Hana.
"Nada?"
"Bagus," jawab Nada malas.
"Nad, itu bukannya Dio yang ngelamar kamu dulu, tapi kamu tolak gara-gara kamu mau nunggu seseorang, kan?" tanya Hana menggebu-gebu.
Ya Allah, mulut Hana. Seandainya memukul bibir orang tidak berdosa, pasti Nada sudah melakukannya. "Kalo dia ngelamar aku lagi. Aku akan terima."
Mata Hana terbelalak. Kenapa sahabatnya tidak konsisten sekali.
"Hai Nada, hai Hana, hai ... ?" Sapa Dio.
"Naufal." Naufal menjabat tangan lelaki yang bernama Dio itu.
"Eh Dio, kamu tau gak, barusan Nada bilang apa?" tanya Hana.
"Apa?"
"Dia bilang, kalo seandainya kamu ngelamar dia lagi, bakal diterima."
"Kamu serius, Nad?" tanya Dio memastikan.
Dengan berat hati Nada menjawab. "Iya."
"Aku akan ke rumah kamu malam ini."
Naufal menggenggam erat cincin yang dipegangnya. "Tadinya aku seneng kamu masih sendiri, Nad. Mungkin cuman aku yang mencintaimu," batin Naufal. Naufal berjalan ke arah kasir. Sebenarnya dia akan melamar Nada, tapi apa yang terjadi di depan matanya sekarang sudah jelas walaupun begitu Naufal masih membeli cincin itu. Selama janur kuning belum melengkung masih ada harapan baginya.
Hening di dalam mobil.
"Bapak kok diem aja dari tadi?" tanya Hana.
Namun tidak ada jawaban dari Naufal. Lelaki itu hanya fokus menyetir.
"Kenapa dia?" batin Nada.
Semakin banyak vote sama komentarnya. Semakin cepat update😉.
Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini❤.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADA RINDU [END]
SpiritualBelum direvisi. Rank #29 in Menunggu (16-04-2019) Rank #137 in Rindu (06-02-2019) Berteman sejak kecil membuat Nada terbiasa dengan adanya Naufal. Terlebih lagi Naufal orang yang suka bercanda, dan hal itu membuat Nada nyaman. Meski Naufal sejak kec...