8. Saling Melupakan

3.4K 258 1
                                    

Aku hanya mampu mencintaimu dalam diam. Tak mampu berucap, bukan berarti aku tak berjuang. Tapi aku memperjuangkanmu lewat lantunan doa.

🎵🎵🎵

Hati Arasya berdebar kencang. Untuk pertama kalinya ada seorang lelaki yang meminta alamatnya. Tapi dia berusaha untuk tidak terlalu berharap. "Buat apa?"

Naufal menghela napasnya. "Sebenernya hati ini masih mengharapkan mu, Nada," batinnya. Bukan Naufal putus asa tapi kalau sudah begini jalannya dia pun tidak bisa menolak yang sudah Allah takdirkan untuknya. "Saya mau ketemu sama orang tua kamu."

Jantung Arasya berdebar kencang. Dia hanya diam.

"Tapi saya gak maksa kamu kok. Saya tau ini mungkin terlalu mendadak. Kamu save nomor saya, ya, nanti kalo kamu udah siap langsung kirimin alamatnya." Saat mengatakan ini perasaan Naufal seperti biasa saja tapi ini yang terbaik agar dia bisa melupakan Nada. "Erna."

"Eh-- Iya, Pak."

"Tugas kita udah selesai. Kamu boleh pulang besok pagi, saya sudah pesankan tiket untuk kamu."

"Saya pulang sendiri, Pak?"

"Iya."

"Terus, Bapak?"

"Saya masih seminggu di sini."

***

"Nad, Nad!" Heboh Hana saat memasuki ruang kerjanya.

"Astaghfirullahaladzim, pelan-pelan, Na. Ada apa lagi?"

"Pak Naufal, Nad, Pak Naufal."

"Iya, kenapa sama dia?"

"Kata Erna, Pak Naufal kemaren abis meeting minta alamat cewek," ucap Hana menggebu-gebu.

"Tetus-terus?"

"Tapi kata Erna, si cewek belum ngasih alamatnya."

"Mungkin ini saatnya aku harus melupakan kamu, Fal. Mungkin kita hanya ditakdirkan untuk saling mengenal, bukan saling memiliki. Maafkan hamba ya Allah, lagi-lagi hamba berharap berlebihan," batin Nada.

"Nad, kamu gapapa, kan?"

"Eh. Iya. Aku gapapa kok. Mungkin ini emang udah takdirnya.

Hari terus berlalu. Waktu pernikahan Nada dan Dio sudah di depan mata.

Malam ini Nada berbaring di tempat tidurnya sambil menatap kosong langit-langit rumah. Beberapa hari ini dia berusaha menyibukkan dirinya agar tidak teringat sosok Naufal. Dia juga sedang berusaha untuk menerima kehadiran Dio jika sudah resmi menikah.

Berbeda dengan Nada. Malam ini Naufal mendatangi rumah Arasya. Dia menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah. "Nada ... Mungkin ini udah jalan kita masing-masing." Naufal menatap gantungan kunci spongebob yang di pegangnya. "Sekuat apapun aku memaksakan untuk berusaha menggapaimu, kalo kamu bukan takdirku, aku bisa apa ... ." Dia tersenyum kecut lalu segera turun dari mobil.

"Assalamualaikum," ucap Naufal yang sudah berdiri di depan pintu.

"Waalaikumsalam." Tampaklah seorang pria paruh baya membuka pintu. "Siapa, ya?"

Naufal langsung mencium punggung tangan pria itu. "Saya Naufal, Om. Apa benar ini rumah Arasya?"

"Iya, saya Abinya. Silahkan masuk."

Naufal berjalan di belakang pria itu, yang tak lain, tak bukan adalah orang tua Arasya.

Dengan pelan Naufal mendudukkan tubuhnya di sofa.

"Ada perlu apa ya, nak, Naufal?"

Naufal menegakkan posisi duduknya. "Bismillahirrahmanirrahim," batinnya.


Kritik, saran dan votenya selalu ana tunggu😊.

Jangan lupa membaca Al-Qur'an hari ini ya❤.

NADA RINDU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang