"Sungguh jika kepala seorang laki-laki ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik baginya dari pada dia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya."
(H.R Thabarani dalam al-Kabiir 486 dan ar-Ruyani al-Musnad (2/227), dihasankan al-Albani).
"Nada?"
"Naufal," lirih Nada.
"Kamu kenapa nangis?"
Nada hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Gak usah bohong, Nad, aku tau kamu." Melihat Nada yang tak kunjung bicara, Naufal menghela napasnya. Dia mengotak-atik ponselnya. "Halo."
"..."
"Batalkan meeting besar kita hari ini." Naufal mematikan ponselnya. "Ayo kita balik ke kantor."
Kali ini Nada tidak menolak. Perasaannya tengah hancur sekarang. Dia duduk di bagian belakang sedangkan Naufal fokus menyetir.
"Kamu inget waktu kita kecil dulu, saat kamu dibuat nangis sama Adif."
Flashback on.
"Bang Naufal, hiks ... hiks." Gadis kecil itu berlari-lari ke arah lelaki yang sedikit lebih besar darinya.
"Kamu kenapa nangis?"
"Mainan aku diambil sama Adif, hiks."
Kedua anak kecil itu berjalan menghampiri ketiga anak kecil lainnya yang sedang bermain mobil-mobilan.
"Adif. Balikin mainan Nada," ucap si kecil Naufal.
"Aku gak ngambil kok, cuman pinjem aja." Anak kecil yang bernama Adif itupun memberikan mainan Nada ke Naufal.
"Ini. Jangan nangis lagi, ya. Kalo ada yang buat kamu nangis. Bilang aja sama Bang Naufal. Pokoknya Abang akan jaga kamu."
Dengan masih sesegukan gadis itu mengangguk dan mengambil mainannya.
Flashback off.
"Tadi kata Dio, selesai makan siang dia mau nganterin aku ke kantor lagi, tapi sampe sore dia gak juga nganterin aku."
"Oh ... Ternyata kamu izin, gara-gara mau makan sama calon suami kamu?"
"Udah ah! Aku gak mau ngomongin dia. Terus kenapa kamu bisa di kafe itu?"
"Tadi mau meeting tapi gak jadi gara-gara liat kamu nangis."
"Siapa suruh dibatalin?"
"Halah. Bilang aja kamu suka kan, aku batalin meetingnya?"
"Gak tu."
"Inget! Kamu lembur hari ini."
"Iya aku inget kok."
"Iya kali aja pikun," ucap Naufal seenak jidat.
Sudah jam 21:00 tapi Nada masih berkutat dengan layar komputernya. Suasana kantor sudah sepi. Suara langkah kaki membuat Nada sedikit merasa cemas. Semakin lama suara langkah itu semakin mendekat.
"Nada! Kok kamu belum pulang?"
Nada terlonjak kaget mendengar suara berat itu. Di depannya sudah ada Dio. "Kamu ngapain kesini?" tanya Nada sinis.
"Tadi aku khawatir sama kamu yang pulang sendiri, tapi kata Umi kamu masih di kantor. Ayo pulang."
"Aku gak bisa. Kerjaan aku belum selesai," jawab Nada ketus. Dia kembali fokus ke layar komputernya.
Dio merasa kesal dengan kelakuan Nada yang cuek kepadanya. Perlahan dia semakin mendekat hal itu membuat Nada bergetar ketakutan.
"Kamu mau ngapain? Jangan deket-deket. Selama kita belum ada ikatan, kita masih bukan mahram." Nada semakin ketakutan.
Dengan sekali tarikan dari belakang, Naufal berhasil menghentikan aksi bejat lelaki itu. Dia menghantam pipi kanan Dio. "Brengsek lo! Sabar dong, lo belom halal, masih punya batasan!" ucap Naufal penuh emosi.
"Lo siapa, hah?!" tanya Dio seakan menantang Naufal.
"Lo lupa? Kita pernah kenalan. Gue Naufal, gue bos Nada."
"Ck. Cuman bos doang. Lo gak ada hak ngelarang gue," ucap Dio dengan Nada meremehkan.
"Gue tanya lo laki-laki model apaan? Biarin cewek pulang sendiri, terus gak ada malunya lo mau nyentuh Nada. Lo pikir Nada cewek apaan, hah?!" geram Naufal. Dia sudah terpancing emosi. "Lo pergi dari kantor gue atau lo mau gue habisin," ancam Naufal. "Inget! Sekali lagi lo macem-macem sama Nada, lo bakal berurusan sama gue."
Dengan santai Dio keluar dari ruangan Nada.
Mata Naufal fokus melihat gadis yang meringkuk ketakutan. "Nada."
Panggilan itu seakan mengulang kejadian beberapa tahun silam saat Naufal berpamitan dengan Nada. Hal itu semakin membuat tubuh gadis itu bergetar.
"Nad, kamu jangan nangis. Gak usah takut lagi. Ayo aku anterin pulang," ucap Naufal mencoba menenangkan.
"Tapi, hiks ... Kerjaan aku belum selesai." Nada masih enggan mendongakkan kepalanya.
"Besok baru lanjutin, ini udah malem juga." Betapa kagetnya Naufal saat melihat Nada yang begitu menyedihkan. Rasanya dia tidak rela jika Nada disakiti seperti ini.
Jangan lupa baca Al'Quran hari ini❤.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADA RINDU [END]
EspiritualBelum direvisi. Rank #29 in Menunggu (16-04-2019) Rank #137 in Rindu (06-02-2019) Berteman sejak kecil membuat Nada terbiasa dengan adanya Naufal. Terlebih lagi Naufal orang yang suka bercanda, dan hal itu membuat Nada nyaman. Meski Naufal sejak kec...