9. Lamaran

3.3K 250 4
                                    

Lelaki yang baik adalah yang tau bagaimana cara memuliakan wanita. Bukan dengan mengajaknya mendekati zina, namun mengajaknya untuk membangun hubungan yang halal.

🎵🎵🎵

Naufal menegakkan posisi duduknya. "Bismillahirrahmanirrahim," batinnya. "Kedatangan saya ke sini ... mau melamar Arasya."

"Apa kamu sudah kenal dengan anak saya?"

"Saya gak begitu kenal, Om, karna baru sekali bertemu."

"Apa alasan kamu melamar anak saya?"

"Masa aku bilang untuk pelampiasan? Astaghfirullah, lelaki macam apa kamu, Fal," batinnya. Sebenarnya dia belum sepenuhnya rela untuk melupakan Nada, tapi dia berharap semoga dengan ini bisa melupakan Nada dan mencintai Arasya dengan sesungguhnya. "Saya ingin, Om," jawabnya asal.

"Ingin?"

"Ya, saya ingin melamar Arasya."

"Ada-ada aja kamu. Sebentar ya, saya panggil Arasya dulu."

"Iya, Om." Naufal menghela napas lega. Syukurlah dia tidak diinterogasi lagi.

Arasya berjalan sambil menunduk malu-malu. Dia duduk di samping Abinya.

"Silahkan, Naufal."

"Arasya, saya ke sini mau melamar kamu. Apapun jawabannya akan saya terima."

Arasya berdebar. Ini pertama kalinya dia dilamar seseorang. Sungguh beginikah rasanya, dia sangat bahagia bertemu lelaki seperti Naufal. "A-aku mau," jawabnya malu-malu.

"Alhamdulillah," ucap Naufal dan Abi Arasya bersamaan.

"Maaf sebelumnya,Om, kemana Uminya, Arasya? Kok dari tadi gak keliatan," tanya Naufal.

"Uminya udah meninggal sekitar dua tahun yang lalu, karna kecelakaan."

"Ya Allah, maaf, Om. Saya gak maksud--"

"Iya, gapapa, Om ngerti kok. Jadi kapan pernikahannya mau dilaksanakan?"

"Kalo minggu depan, apa Om sama Arasya keberatan?"

"Kalo menurut Om malah bagus, karna lebih cepat lebih baik. Kalo menurut kamu, Nak?"

"Arasya ikut kata Abi aja."

Semua sudah disepakati minggu depan akan dilaksanakan pernikahan Naufal dan Arasya.

Naufal memutuskan pagi ini pulang hanya untuk menjemput kedua orang tuanya, setelah itu dia akan kembali lagi dan melangsungkan pernikahannya. Dia tidak mau berlama-lama karena lima hari lagi adalah pernikahan Nada dan Dio. Dia pun tidak berniat memberitahu Nada masalah pernikahannya yang akan dilaksanakan minggu depan, karena dia takut jika melihat Nada rasa yang sudah sedikit memudar ini akan tumbuh kembali.

Sementara itu di kantor Nada dan Hana tengah berjalan di koridor. Hari pernikahan Nada sudah semakin dekat.

"Nad, jangan lesu gitu dong." Hana menyenggol lengan Nada. "Nanti istirahat, makan di luar yuk. Aku traktir deh."

"Makan di sini aja, Na."

"Tapi jangan lesu gitu dong. Semangat!"

Nada menghela napasnya. "Iya, Hana."

"Kamu kenapa, sih? Coba cerita."

"Ke musholla aja yuk, abis sholat dhuha nanti aku ceritain."

"Nah gitu dong, kan adem diliatnya," ucap Hana dengan senyum sumringahnya.

Setelah sholat dhuha, karena memang pekerjaan mereka tidak banyak, mereka memutuskan untuk duduk sebentar.

"Dio," ucap Nada pelan.

"Kenapa sama, Dio?"

Terima kasih yang sudah menghargai dengan memberikan vote serta kritik dan sarannya😊.

Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini ya❤.

NADA RINDU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang