🎵🎵🎵"Dio," ucap Nada pelan.
"Kenapa sama, Dio?"
"Kemaren aku mau ngecek persiapan pernikahan, terus disuruh pergi bareng Dio. Aku telpon dia gak aktif, chat satupun gak ada yang dibales padahal dia sempet online. Aku gak tau apa alasan dia kayak gitu."
"Mungkin dia sibuk, Nad."
"Aku gak tau sih. Aku sama Umi sampe nyamperin dia ke kantornya, dan dia gak ada."
"Terus?" tanya Hana penasaran.
"Terus ke rumahnya, dan gak ada satu orangpun. Lebih mirisnya lagi, aku belum pernah ketemu sama orang tuanya."
"Kamu yang sabar ya, Nad. Nanti coba telpon lagi."
"Sebentar lagi mau nikah, tapi dia kayak menghilang, padahal aku udah coba buka hati untuk dia." Mata Nada sudah berkaca-kaca. Ya, bagaimana tidak, akhir-akhir ini doanya ada yang berbeda, selain ucapan syukurnya kepada Allah atas nikmat-nikmat yang selalu diberikan-Nya, tak lupa meminta ampunan atas kesalahannya, dan tak lupa untuk mendoakan kedua orang tuanya, yang berbeda kali ini, di dalam doanya dia meminta agar bisa menerima Dio, yang akan menjadi suaminya nanti, tapi lelaki itu seakan ditelan bumi. Tidak tau keberadaannya di mana.
"Kamu harus sabar, Nad. Berdoa aja sama Allah, semoga nanti semuanya berjalan lancar."
"Aamiin," lirih Nada.
"Kamu mau kerja lagi atau pulang aja? Saran aku sih pulang aja, biar kerjaan kamu aku yang beresin."
"Gak usah, Na, itu kan tanggung jawab aku, tapi mungkin hari ini aku pulang habis zuhur, karna mau nyiapin keperluan lainnya juga."
"Iya, siap. Yang semangat ya calon pengantin, hehe."
"Apaan sih, kamu, Na."
Hana hanya menyengir lebar.
***
Hari sudah gelap, Naufal baru saja sampai. Dia turun dari mobil yang berhenti di sebuah kafe, rasanya sangat lapar, sehingga dia memutuskan untuk mengisi perutnya terlebih dahulu. Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Nak, Naufal," ucap suara dari telepon.
"Iya, Om kenapa? Kok suaranya kayak beda, apa karna di telpon, ya, jadi beda," canda Naufal.
"Arasya."
"Kenapa sama Arasya, Om?"
"Arasya ditabrak mobil, dan ... Tidak bisa diselamatkan lagi."
Suara yang terdengar nampak sangat menyedihkan. Naufal hanya bisa terdiam di tempatnya. Sambungan telepon yang sudah terputus pun tak lagi disadarinya. "Ya Allah, tempatkanlah Arasya di sisi-Mu. Maafkan aku Arasya, aku sempat ingin menjadikanmu pelampiasan," ucap Naufal penuh penyesalan. Dia mengacak rambutnya frustasi.
Di sinilah Nada, dikegelapan malam. Dia tengah berjalan menuju sebuah kafe. Dia sudah berjanji dengan Hana untuk bertemu, karena merasa tidak ada selera makan, mungkin jika makan di kafe akan meningkatkan nafsu makannya. Nada tersentak kaget dan langsung diam membeku. Pemandangan apa yang saat ini dilihatnya, sungguh sangat menggetarkan seluruh tubuhnya. Di sanalah lelaki yang beberapa hari ini menghilang.
Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini ya❤.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADA RINDU [END]
SpiritualBelum direvisi. Rank #29 in Menunggu (16-04-2019) Rank #137 in Rindu (06-02-2019) Berteman sejak kecil membuat Nada terbiasa dengan adanya Naufal. Terlebih lagi Naufal orang yang suka bercanda, dan hal itu membuat Nada nyaman. Meski Naufal sejak kec...