Lagi-lagi perihal jarak.
Jarak itu jahat karena mampu menciptakan rindu.
Jarak itu baik karena bisa mendewasakanku.
🎵🎵🎵
"Ya sudah, siapkan berkas-berkasnya, setelah ini saya langsung berangkat ke sana." Naufal menaruh ponselnya di atas meja makan.
"Ada apa?" tanya Nada.
"Ada meeting di luar kota, kayaknya aku seminggu di sana."
Nada menghentikan aktivitas menyuap nasinya. "Aku ditinggal gitu?"
"Ini urusan kerjaan, Nad, bukan jalan-jalan. Ntar kalo udah selesai aku langsung pulang kok."
"Dari dulu aku selalu ditinggal." Nada berjalan meninggalkan ruang makan.
Naufal segera menghabiskan makanannya.
"Jangan ngambek dong." Naufal hendak mencolek pipi Nada namun istrinya dengan sigap menepis tangannya. "Dari dulu gimana ni maksudnya?" goda Naufal.
Nada beranjak dari sofa. Dia ke kamar dan mengambil sebuah koper. Walaupun berat tapi dia juga menyiapkan pakaian Naufal.
Tentu saja Naufal tidak tinggal diam dia menyusul Nada. "Jangan ngambek dong, kan aku kerja kalo gak kerja nanti kita mau makan apa, hayooo?"
"Makan rindu!"
"Wadaw, emang rindu bisa dimakan? Perasaan yang ada tu makan ikan, ayam, sayur, kalo gak ya makan ati. Baru denger aku yang namanya makan rindu," oceh Naufal.
"Oh."
"Ya Allah, bini gue cuek banget dah, udah gitu suka ngambek, suka ngamuk."
"Gak lucu!" Nada fokus memasukkan baju ke dalam koper. Dia tidak peduli dengan Naufal yang tengah duduk di kasur sambil ngoceh itu.
"Lah, siapa yang ngelucu, Dek? Kan kamu udah lucu."
"Gombal!"
"Ya Allah, jadi gini yang namanya cewek selalu benar dan cowok selalu salah," ucap Naufal dramatis.
"Emang salah kok."
"Iya deh, orang waras mah ngalah aja."
"Oh ... ." Nada berhenti memasukkan baju dia berbalik dan melihat Naufal dengan tajam. "Jadi aku gila, gitu? Beresin semuanya sendiri. Gak usah cari aku kalo udah mau berangkat."
Naufal terkekeh pelan dengan sigap menahan Nada yang hendak keluar kamar. "Aku becanda kok."
"Tapi gak lucu, tau gak?!" Mata Nada mulai berkaca-kaca.
"Aku cuman seminggu kok, abis itu langsung pulang."
"Kamu hobi banget, ya, buat orang rindu."
"Eh, kalo hobi sering dong."
"Emang sering."
Naufal melihat jam tangannya. "Aku siap-siap dulu, ya."
Nada menunggu Naufal di sofa. Dia berdiri saat Naufal sudah ada di dekatnya beserta koper yang dibawa suaminya. Ia mencium punggung tangan Naufal.
Jujur ini berat untuk Naufal tapi bagaimanapun dia harus hadir di meeting tersebut. Alasannya tidak mengajak Nada ikut adalah karena di sana nanti dia pasti akan sibuk, dia takut Nada hanya akan marah dengannya. Jadi dia memutuskan untuk pergi sendiri. "Selama aku di sana kamu tinggal sama Umi aja, ya, kalo kamu sendiri nanti aku gak tenang."
Nada mengangguk pelan.
Naufal mendaratkan sebuah kecupan cukup lama di kening Nada, setelah itu mendekap istrinya erat. "Aku akan merindukan mu, putri ngambekku."
"Aku juga, hiks ... Akan merindukanmu, pangeran nyebelinku. Hiks."
Naufal melepaskan pelukannya lalu mengusap air mata Nada. "Jangan nangis lagi ya, sayang."
Jangan lupa bersyukur hari inu😉.
Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini ya❤.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADA RINDU [END]
SpiritualBelum direvisi. Rank #29 in Menunggu (16-04-2019) Rank #137 in Rindu (06-02-2019) Berteman sejak kecil membuat Nada terbiasa dengan adanya Naufal. Terlebih lagi Naufal orang yang suka bercanda, dan hal itu membuat Nada nyaman. Meski Naufal sejak kec...