Jangan sampai kita meninggalkan sholat.
Hargai selagi masih diberi waktu.Seperti biasa Nada pagi-pagi sudah berangkat ke sebuah perusahaan besar, tempatnya bekerja.
"Pagi, Nad." Hana menyenggol lengan Nada.
"Pagi juga, Na. Kamu kenapa, kok kayak bahagia banget. Abis dapet uang lima ribu lagi di jalan?"
"Ish! Nada apaan, sih. Kamu tau gak, bentar lagi anaknya bos kita bakal nerusin perusahaan ini. Denger-denger sih, orangnya ganteng gitu."
"Terus?"
"Kok kamu gak heboh sih, Nad?"
"Ya, emang biasa aja kok beritanya."
"Awas kamu ya, kalo ketemu bosnya bakal suka juga. Karyawan di sini juga udah pada heboh soal berita ini. Aaa! Gak kebayang kalo aku jadi istrinya," teriak Hana.
"Astaghfirullah, suaramu, Na." Nada hanya bisa geleng-geleng kepala.
Tiba-tiba para karyawan berbondong-bondong berlari.
"Eh, ada apaan?" tanya Hana kepada salah satunya.
"Itu, anaknya bos kita."
"Hah! Mana?" tanya Hana antusias.
"Di depan."
"Ayo Nad, kita harus liat juga." Hana menarik lengan Nada.
"Males tau, Na." Nada berjalan dengan malas. Sedetik kemudian matanya membulat sempurna, saat melihat lelaki yang baru saja keluar dari mobil. "Naufal?!" batinnya. Sekarang dia baru ingat, kalau dia bekerja di perusahaan Papa Naufal. Apa ini? Naufal hanya melihatnya sekilas lalu berjalan begitu saja, seperti orang yang tidak kenal. "Mentang-mentang kuliah di luar negeri," kesal Nada.
"Hey, Nada!" pekik Hana.
Seketika lamunan Nada buyar. "Apa, sih?"
"Ayo. Aku mau tau namanya, ni," rengek Hana.
"Kamu aja sana. Aku males." Nada pergi begitu saja.
"Lah, ngapa, yak?" bingung Hana. Tapi dia kembali berlari mengejar kerumunan karyawan yang tengah mengekori Naufal.
Nada tengah sibuk dengan komputernya.
"Huuaaa, Nada! Pak Naufal tu ramah banget, suka ngelucu lagi. Ya Allah, ciptaan-Mu begitu indah," pekik Hana.
"Biasa aja sih, Na!"
"Kok kamu dari tadi keliatan kesel sih, Nad?"
"Kamu sih, teriak mulu, kuping aku sakit tau."
"Permisi."
"Iya, silahkan masuk."
Tampaklah seorang office boy di depan pintu. "Buk Nada, dipanggil Pak Naufal keruangnnya sekarang."
"Temen saya aja, gimana?" tawar Nada.
Mendengar itu mata Hana berbinar. Dia sudah siap. Siap untuk berteriak histeris.
"Pak Naufal perlunya sama Buk Nada, kalo gitu saya permisi."
"Mau ngapain sih, dia? Tadi aja, pura-pura gak kenal, sekarang manggil-manggil. Dari kecil selalu ngeselin tu orang," gerutu Nada dalam hati.
"Ya ampun Nada! Kamu beruntung banget, aku juga pengen."
"Ya udah, kamu aja sana."
"Gak ah. Yang dipanggilkan kamu, nanti jangan lupa cerita, ya."
Nada menghela napasnya lalu berjalan keluar dari ruangannya.
"Permisi."
"Masuk," suruh Naufal.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADA RINDU [END]
SpiritualBelum direvisi. Rank #29 in Menunggu (16-04-2019) Rank #137 in Rindu (06-02-2019) Berteman sejak kecil membuat Nada terbiasa dengan adanya Naufal. Terlebih lagi Naufal orang yang suka bercanda, dan hal itu membuat Nada nyaman. Meski Naufal sejak kec...