Merelakan sebuah rasa yang mulai dibangun sangatlah sulit, tapi mengikhlaskan adalah cara yang terbaik.
🎵🎵🎵
Di sinilah Nada, dikegelapan malam. Dia tengah berjalan menuju sebuah kafe. Dia sudah berjanji dengan Hana untuk bertemu, karena merasa tidak ada selera makan, mungkin jika makan di kafe akan meningkatkan nafsu makannya. Nada tersentak kaget dan langsung diam membeku. Pemandangan apa yang saat ini dilihatnya, sungguh sangat menggetarkan seluruh tubuhnya. Di sanalah lelaki yang beberapa hari ini menghilang.
Dio tengah mengecup kening seorang wanita yang nampak hamil muda lalu berpelukan cukup lama. Di samping mereka terdapat sebuah taxi.
Nada semakin tersentak saat melihat lelaki yang semakin mendekat ke arah dua mahluk yang tengah berpelukan itu.
Naufal menggenggam kuat tangannya. Perasaannya campur aduk apalagi saat melihat Dio mencium dan memeluk wanita yang tidak ia ketahui siapa itu. Naufal melayangkan pukulan tepat saat Dio dan wanita itu saling melepaskan pelukannya. Matanya memerah, urat-uratnya tampak menonjol, tidak ada lagi Naufal yang jenaka, kini tatapannya sangat tajam. Dia mencengkram kerah baju Dio. "Siapa dia, hah?! Berani-beraninya lo main di belakang Nada. Lo itu udah mau nikah!" ucap Naufal dengan kobaran emosi. "Apa Nada tau soal ini?"
"..."
"Jawab!"
"Gu-gue bisa jelasin."
"Gak ada yang perlu lo jelasin, brengsek!" Naufal kembali menghantamkan pukulan ke wajah Dio.
Nada yang melihat dan mendengar itu semua, hanya bisa menangis dari kejauhan. Selama ini dia berusaha menerima kehadiran Dio, tapi ternyata dia dikhianati. Dengan segenap keberaniannya, Nada berjalan mendekat. "Naufal," panggilnya dengan suara bergetar
Hal itu membuat Naufal menghentikan aktivitasnya meninju Dio.
"Pernikahan bukan untuk dipermainkan!" ucap Nada dengan deraian air mata. "Seharusnya dari awal aku gak usah percaya sama kamu."
"Tapi, Nad. Aku bener-bener suka sama kamu," ucap Dio sambil memegangi pipinya yang sudah lebam.
"Kemana aja kamu selama ini, hah?! Ngurusin istri kamu yang hamil ini? Tega kamu, seenak jidat nyakitin wanita, pertama istri kamu dan wanita yang waktu itu di kafe. Aku gak tau udah berapa banyak wanita yang jadi korban," ucap Nada disela isakannya. "Batalkan pernikahan kita!"
"Tapi, undangannya udah disebar, Nad."
"Aku gak peduli! Pergilah bersama istrimu, dan jangan pernah mempermainkan hati wanita!" ucap Nada penuh penekanan.
Wanita itu hanya bisa terdiam dengan suasana yang dilihatnya. Dia bahkan tidak tau menau soal suaminya itu. Dia langsung masuk ke dalam taxi dan menuyurh supirnya untuk segera melaju.
"Sayang, tunggu dulu!" Dio mengetuk-ngetuk pintu taxinya, namun tidak ada hasil, karena taxi itu sudah melaju. Dia mengacak rambutnya frustasi, sedangkan Nada masih menangis dan Naufal masih dengan amarahnya.
Naufal paling tidak terima jika ada yang menyakiti Nada.
"Astaghfirullahaladzim, kamu kenapa, Nad?" cemas Hana sambil mempercepat langkahnya untuk menghampiri Nada kemudian dia memeluk gadis yang tengah menangis itu.
Di sinilah Nada, Naufal, dan Hana, mereka duduk di meja nomor 12 sambil menunggu pesanan datang.
"Hana, hiks ... Ini gimana? Undangannya udah disebar, semuanya udah siap, hiks ... ."
"Istighfar, Nad. Mungkin Allah merencanakan sesuatu yang lebih baik untuk kamu."
"Nada."
"Jangan panggil aku seperti itu, Fal." Ya, panggilan itu sama seperti panggilan saat-saat mereka akan berpisah dulu.
"Nada, aku akan menikahimu." Dengan satu tarikan napas akhirnya Naufal mengucapkan kalimat itu.
Terima kasih vote dan komentarnya. Ditunggu kritik dan sarannya😊.
Jangan lupa bersyukur hari ini😉.
Jangan lupa baca Al - Qur'an hari ini ya❤.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADA RINDU [END]
SpiritualBelum direvisi. Rank #29 in Menunggu (16-04-2019) Rank #137 in Rindu (06-02-2019) Berteman sejak kecil membuat Nada terbiasa dengan adanya Naufal. Terlebih lagi Naufal orang yang suka bercanda, dan hal itu membuat Nada nyaman. Meski Naufal sejak kec...