32

263 25 6
                                    


"Kita turun sekarang."

"Mereka sudah tidak ada?"

"Gedung ini akan dikepung dalam waktu 15 menit, mereka ada di dalam dan luar ruangan. Satu-satunya yang harus kaupikirkan adalah bagaimana keberuntungan kita."

"Hey, apa maksudmu?"

"Maksudku adalah hati-hati dan gunakan senjata kalian sebaik mungkin," balas Christian. "Ayo!"

Pria itu melompat keluar dari ventilasi udara setelah selesai mengucapkan kalimat perintahnya. Telapak kakinya mendarat di lantai dengan mulus, lalu Christian memosisikan tubuhnya dalam keadaan berjaga-jaga, takut masih ada penjaga-penjaga yang mengejar mereka di belakang sana. Ketika ia rasa keadaan sudah aman, kakinya mulai bergerak perlahan-lahan menuju sebuah persimpangan ruangan.

Dia memberikan kode pada Rapeeolen dan Arthur untuk berbelok ke arah kanan—jalan itu akan menghubungkan mereka ke area tangga darurat. Di sana mereka harus menaiki anak tangga hingga lantai tujuh, tempat di mana ruangan Lusi dan teman penelitinya itu berada.

Mereka berjalan dengan cepat dan sedikit mengendap-endap, hingga belasan meter dari tangga darurat itu, muncul beberapa penjaga gedung yang terlihat terkejut mendapati orang yang mereka cari ada di hadapannya. Tangan mereka sudah menggenggam sebuah senjata yang ditodongkan ke arah Christian dan yang lainnya, lalu dengan menekan pelatuk berkali-kali, peluru-peluru itu meluncur begitu saja secara cuma-cuma. Tidak ada satu pun peluru yang tepat pada sasaran. Christian dan yang lainnya dengan cekatan menghindar, berlindung di balik sebuah dinding.

Mata Arthur lebih dulu timbul untuk mengintip posisi musuh mereka. Saat ia tahu kalau penjaga itu sedang berjalan—tidak menembak lagi, tangannya langsung mengarahkan pistol yang ia genggam ke arah penjaga-penjaga itu, lalu beberapa kali menembakkan pelurunya.

Tiga penjaga sudah tergeletak di atas lantai marmer itu, hanya menyisakan satu orang yang tengah waspada dan menembak-nembakkan pelurunya untuk memancing tim Christian keluar dari balik dinding.

Namun usahanya itu berbuah maut. Christian yang mengintip pun keluar dari tempat persembunyian dan menembaknya tepat di bagian dada dan perut. Hal itu dimanfaatkan oleh mereka bertiga untuk segera menaiki tangga darurat. Satu-satu, bergerak cepat, hingga sampai di lantai dua, mereka tersentak karena pintu besi itu terbuka dan muncul dua penjaga di hadapan mereka.

Rapeeolen yang kebetulan tengah memimpin jalanan itu langsung menendang si penjaga hingga terpental dan jatuh menggelindingi anak tangga sampai-sampai penjaga itu pingsan, tak sadarkan diri.

Arthur tidak mau diam saja, dia dengan sigap menangkap tangan si penjaga yang lain, lalu memelintirnya dan mendorong penjaga itu ke dinding dengan keras. Hingga kepala si penjaga itu berdarah dan akhirnya dia ikut terjatuh, menindih penjaga yang sudah pingsan di bawah sana.

Setelah dirasa selesai, mereka bertiga melanjutkan perjalanan tanpa gangguan lagi. Tangga darurat dari lantai dua menuju lantai tujuh bersih dari penjaga saat mereka melewatinya. Hal itu menguntungkan mereka, selain karena tidak menghambat waktu, sisa peluru mereka tidak terbuang sia-sia.

Tangan Rapeeolen membuka pintu besi dengan kencang saat mereka sampai di lantai tujuh. Tangannya mengacung untuk menodong pistol, berjaga-jaga jika saja di luar pintu itu ada penjaga gedung. Tetapi nasibnya memang sedang beruntung, di sana tidak ada orang.

"Kita ke mana?"

"Ruangan Lusi dan temannya."

"Kau duluan, aku tidak tahu di mana ruangan Lusi."

Christian menghela napas. "Sebenarnya aku juga tidak tahu yang mana ruangan wanita itu. Tetapi aku yakin ada barang-barangnya yang bisa kita kenali."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Persona Non GrataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang