13

168 38 27
                                    

"Terima kasih sudah mendengarkan semua ceritaku semalam, Rapina. Aku harus pergi dulu, Greffie pasti sedang dimarahi oleh Peter saat ini."

Rapina mengangguk. "Sering-sering datang ke sini. Aku tidak memiliki teman kecuali Rapeeolen dan kuda-kuda itu."

"Akan aku usahakan." Setelah semua selesai, aku berdiri dari tangga yang aku duduki dan menatap Rapina yang sedang bersandar pada kusen pintu. "Sampaikan salamku pada Rapeeolen."

"Baiklah."

Sesaat setelah Rapina mengatakan itu, aku berbalik dan segera pergi dari rumah milik Rapeeolen. Tanpa menatap ke belakang lagi, kakiku melangkah cepat-cepat menuju pelabuhan terdekat untuk mencari boats milikku yang sudah beberapa hari terparkir di sana. Aku hanya bisa berharap boats itu belum dibuang dan masih bisa berfungsi dengan baik agar aku tidak terlihat seperti orang bodoh di tengah lautan luas.

Perjalanan menuju pelabuhan terdekat sebenarnya hanya perlu memakan waktu belasan menit jika menggunakan kendaraan. Namun karena aku menghindari hal-hal yang bisa saja membuat jejak sehingga Greg dapat menemukanku, jadi aku memutuskan menelusuri jalur hutan-hutan seperti ini. Semak belukar, pepohonan rindang nan tinggi, juga beberapa sungai hingga akhirnya sampai ke pinggiran kota dekat dengan pelabuhan itu. Kakiku begitu lincah melompat, menghindari ranting-ranting pepohonan yang sewaktu-waktu bisa memukul wajahku, atau memilih batuan mana saja yang tidak licin agar tubuhku tidak terperosok ke dalam sungai. Otakku sudah merekam dan menghafal rute perjalanan ini saat berangkat, jadi beruntungnya perjalanan pulang lebih terasa cepat dibandingkan saat berangkat.

Kali ini, giliran kemampuan menyelinapku yang harus aku keluarkan. Berjalan dengan cepat untuk menghindari CCTV di antara orang-orang yang lalu-lalang dengan keperluannya masing-masing. Kemudian saat aku merasa jika saat ini aku sedang berjalan sendirian, aku memutuskan untuk berbelok arah menuju sebuah gang sempit yang kotor dan penuh mural.

Saat jalan mulai terlihat buntu, aku menaiki tangga di sebuah bangunan yang sepertinya adalah apartemen. Lalu aku melompat dan mendarat di atas tumpukan kardus untuk melewati tembok itu, hingga kembali menemukan sebuah gang yang lebih luas dan bersih dari sebelumnya. Berjalan dengan menunduk beberapa meter, hingga akhirnya aku bisa melihat hamparan laut dari ujung mataku.

Sontak aku mempercepat kakiku untuk mencari boats milikku itu ke tempat aku memarkirnya. Menyebrangi jalan raya, turun untuk menapak pada bebatuan yang menghubungkanku ke sebuah jembatan yang berfungsi sebagai dermaga perahu-perahu kecil. Seingatku, jika tidak berubah posisi, maka seharusnya boats itu tetap ada di sana.

Senyumku terbit saat melihat boats itu benar-benar ada di sana. Kedua kakiku melompat ke bawah, mendarat tepat di kursi bagian depan boats. Menyalakan mesinnya, siap untuk kembali membelah lautan dan kembali menuju Pusat I.

Namun, sebelum boats yang aku kendarai ini jalan, mataku terpaku saat melihat kompas yang aku gunakan tidak ada di tempatnya. Tanganku mengusap wajah dengan kasar, lalu mengembuskan napas berat.

"Bagaimana aku akan pulang! Aku lupa dengan arahnya jalannya!

"Bagaimana aku akan pulang! Aku lupa dengan arahnya jalannya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Persona Non GrataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang