30.2

150 27 24
                                    

"Kau membawaku ke sini hanya untuk memerhatikan air sungai yang tengah mengalir ini? Kaubilang kau ingin bicara?"

Mata cokelat Christian beralih dari air sungai di tengah-tengah daerah stepa ini untuk menatapku. Ia masih bungkam, dan di tengah-tengah suasana seperti ini, aku berharap aku bisa membaca pikirannya agar dia tidak akan membuatku penasaran dengan apa yang akan ia katakan.

Tatapan itu hanya sekilas, sekitar dua detik, lalu ia kembali memerhatikan pantulan dirinya di atas air.

"Aku hanya tidak tahu akan memulainya dari mana."

"Memangnya apa yang akan kaubicarakan?"

"Satu dari banyak hal yang tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya."

"Kau mencoba untuk menjadi misterius?"

"Bukankah kita memang seperti itu?"

Aku tidak tahu harus melakukan apa. Christian itu membingungkan. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu. Matanya bergerak-gerak tak beraturan seperti tengah merancang sesuatu. Apa yang akan ia katakan itu sangat sulit?

Jika benar, maka aku mungkin tidak akan mengerti.

"Bagaimana rapatmu hari ini?" tanyaku secara acak untuk mengurangi kecanggunganku.

"Berjalan seperti biasanya. Kami membahas kesiapan program pelestarian uranium itu, dan sepertinya sudah sepenuhnya siap. Aku hanya perlu menandatangani proposal sebelum akhirnya diberikan kepada Andreaz dan Mr. Presiden."

"Apa Peter masih sibuk? Aku memikirkan rencana pernikahannya dengan Alexis yang tinggal menghitung minggu."

"Dia sudah bilang kalau ia tidak bisa sepenuhnya ikut andil dalam proses pelestarian itu."

"Oh, baguslah."

"Kau sendiri sudah siap?"

Sejenak aku bertanya-tanya dalam hati, lalu kuutarakan. "Maksudmu?"

"Bridesmaid," jawabnya dengan selipan nada tawa di sana. "Aren't we?"

"Apakah kau selalu mengingatnya?"

"Tidak. Hanya saat mengingat pernikahan Mr. Presiden saja."

"Kau berkilah," sindirku. "Sebenarnya lusa kita harus ikut Peter dan Alexis untuk fitting baju. Tetapi aku dan yang lainnya harus mempersiapkan alat temuan kami untuk membantu menambah jumlah pasukan keamanan di kutub."

Christian terdiam sebentar sebelum menanggapi. "Kalau begitu, aku menunggumu saja. Nanti kita fitting berdua keesokan harinya."

Aku tahu jika sebenarnya dia tidak bermaksud untuk menggodaku dengan apa yang ia ucapkan. Tetapi, ketika dia mengatakan kalau kami berdua akan fitting baju bersama, otakku dengan sialnya membayangkan bagaimana jika suatu saat nanti kami benar-benar fitting baju untuk sebuah pernikahan.

Aku memejamkan mataku rapat, dan aku yakin saat ini pipiku sedikit memerah seperti seorang gadis pada umumnya. Astaga, pemikiran macam apa yang sedang melintas di otakku ini?!

"Mengenai tugasmu itu, kau akan melakukannya di kutub atau laboratorium?"

"Apa?" tanyaku spontan, tidak siap menerima pertanyaan yang tiba-tiba. Lalu setelah melihat dia menatapku dan mengangkat alisnya—dia mengeluarkan tampang menyebalkannya saat ini— aku baru mengerti apa yang sedang ia tanyakan. "Maksudku, di laboratorium. Kenapa?"

"Tidak, aku kira kau akan melakukannya di kutub karena pasukan inti yang memiliki keahlian terbaik ada di sana saat ini."

"Kau benar, tetapi kita hanya perlu satu di antara mereka. Jadi kami tidak perlu pergi ke daerah kutub."

Persona Non GrataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang