5

273 41 32
                                    

"Sedang apa, Luna?"

Aku duduk di pinggir brankar dan mengambil segelas susu yang diberikan oleh suster bersamaan dengan sarapanku tadi. Walau transfusi darahku telah selesai dan aku sudah bisa bergerak bebas, aku masih harus mengistirahatkan tubuhku di ruangan ini sampai besok sore. Sesuatu yang menyebalkan bagiku, karena aku justru sangat ingin bertemu dengan kelompokku dibandingkan berbaring tanpa melakukan apa pun di sini. Membosankan, terlebih lagi aku hanya ditemani oleh Luna yang sedang sibuk dengan tab miliknya itu.

"Aku membalas email dari Pauline tentang project baruku. Bagaimana keadaanmu? Apa Peter memarahimu lagi?"

Aku mendengus. "Beruntungnya ia datang bersama Alexis. Tidak ada bentakan seperti kemarin-kemarin."

"Maaf aku tidak bisa menemanimu, dan Greg juga menyampaikan permintaan maafnya melalui aku."

"Sebaiknya ia mengatakannya langsung ke hadapanku," ucapku dengan kesal. "Apa dia terlalu sibuk sampai tidak bisa berkunjung selama tiga hari ini?"

"Jangankan kau, Lusi. Aku juga tidak mendapatkan waktunya."

"Pekerja keras, padahal pekerjaannya merepotkanku," sinisku. "Kau sedang ada project apa dengan Pauline? Tidak berbahaya 'kan?"

"Tidak," Luna terkekeh mendengar ucapanku. "Sebenarnya project ini adalah project rahasia, hanya kami berdua yang tahu mengenai hal ini."

"Peneliti yang lain tidak tahu?" tanyaku. "Aku ingin tahu project apa itu."

"Aku bilang ini 'kan rahasia, aku akan memberi tahu orang lain setelah project-ku berhasil nanti."

"Perhitungan sekali."

Aku kembali berbaring karena tidak tahu harus melakukan apa. Kebetulan jendela ruangan ini menyajikan pemandangan yang cukup indah, dan langit seakan mengetahui kalau aku butuh sebuah pemandangan yang dapat menghiburku. Setidaknya membuat waktu yang terasa sangat membosankan ini cepat berlalu.

"Lusi, kau benar-benar bosan, ya?" aku hanya menatapnya sekilas kemudian memandang langit dengan hiasan awan cirrus yang terlukis indah di atas sana. Di tengah keheningan ini, aku tersenyum kecut karena justru satu pertanyaan aneh muncul begitu saja di pikianku.

Apa dia melihatku dari atas sana?

Aku menggelengkan kepala. Secepat mungkin aku harus menghindari segala hal tentang itu atau aku akan kembali menjadi pecundang karena air mata mengalir dari ujung mataku. Aku tidak mengerti, bagaimana caranya aku akan hidup bahagia jika terus-menerus seperti ini?

"Kalau kau ingin tahu rencanaku itu, baiklah. Aku akan memberitahumu. Lagipula, Greg juga mengetahui project ini. Yang terpenting adalah kau tidak memberitahu project-ku pada siapa pun. Dan berhenti menjadi seseorang yang terlihat seperti tidak punya tujuan hidup. Setuju?"

"Baiklah, ceritakan saja." Aku mengembuskan napas berat. Walaupun sebenarnya aku tidak terlalu tertarik lagi tentang apa project-nya dengan Pauline, tetapi tidak ada salahnya aku mengetahui itu. Rencana rahasianya dengan Pauline dapat mengalihkan pikiranku tentang dia.

"Aku membuat alat pengembangan bakat. Sebenarnya ini tidak murni ide dariku dan Pauline, project ini milik ayahku."

Dahiku melipat dalam. Apa itu alat pengembangan bakat?

"Alat pengembangan bakat adalah alat untuk meningkatkan kemampuan kita dalam melakukan sesuatu. Alat itu terdiri dari dua keping logam, dihubungkan oleh kabel menuju layar detector. Sedangkan dari sisi lain detector, ada satu kabel lagi yang terhubung pada dua logam lainnya."

Persona Non GrataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang