26

148 27 74
                                    

"Selamat pagi, Christian," sapaku saat aku baru saja keluar dari pintu utama rumah sakit.

Dari tempatku berdiri, aku melihat Christian tengah duduk di atas kap mobilnya sambil memainkan ponsel yang ia bawa. Sambil menelusuri raut wajah yang terlampau serius itu, aku juga menatap bingung pada pakaian yang ia kenakan hari ini. Kenapa Christian memakai setelan formalnya saat ia hanya akan mengantarku ke laboratorium?

"Kau memakai pakaian kerja?"

Pria itu melirik ke arahku sebentar, lalu ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. "Aku tidak ingin hanya karena mengantarmu, waktuku akan sia-sia. Jadi lebih baik aku mengambil alih pekerjaan wakilku yang akan menghadiri tugas di Pusat V, agar aku tetap terlihat bekerja alih-alih hanya terlihat seperti pengangguran yang punya banyak waktu untuk mengantarmu ke tempat kerja."

"Astaga, jadi kau-"

"Naik," ucap Christian memotong perkataanku sambil membuka pintu mobilnya. Aku yang kesal karena tidak bisa melanjutkan ucapanku hanya bisa berdecak saat aku sudah duduk di jok mobil. Sedangkan Christian tanpa rasa bersalah masuk ke dalam mobil dan mulai menyalakan mesinnya.

"Kenapa kau mau mengantarku, Christian?" tanyaku di saat Christian tengah santai dengan setirnya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Aku hanya penasaran," balasku sekenanya, "Saat ini wajahmu terlihat tidak senang menerima permintaanku semalam."

"Memangnya aku harus bagaimana? Tersenyum lebar dan menunjukkan deretan gigi-gigiku seperti orang idiot?"

"Ish! Bisakah kau menjawab pertanyaanku dengan serius?"

"Aku sedang serius!" jawabnya didahului dengan dengusan. "Bukankah kau yang memaksaku?"

"Ha? Siapa yang memaksamu?!"

"Good, bertingkah seperti orang yang terkena amnesia."

Aku menekuk kedua sudut bibirku. "Menyebalkan. Aku tidak ingat kalau aku pernah memaksamu untuk mengantarku bekerja."

"Lalu siapa yang memintaku untuk datang ke Mr. Presiden dan meminta izin padanya agar kau diperbolehkan untuk pergi ke laboratorium?"

Mataku mengerjap. "Aku?"

"Ya, pintar. Ingatanmu kembali pulih rupanya."

Aku sedikit memiringkan tubuhku agar bisa menghadap ke arahnya. "Aku jadi lebih penasaran, kenapa kau mau menurutiku? Bukannya kau keras kepala dengan apa yang kau mau?"

Beberapa detik setelahnya mobil ini kembali sunyi. Hanya ada suara mobil yang mengisi keheningan di dalam mobil milik Christian. Dari sudut mataku, aku dapat melihat raut wajah pria itu sedikit melunak. Kedua alisku bertaut bingung dengan reaksinya.

"Karena ... aku merasa kau masih butuh perlindungan. Dan seperti yang kaubilang, Mr. Presiden bisa percaya padaku, 'kan?"

Kini dunia benar-benar berputar hanya selang beberapa detik. Setelah apa yang Christian ucapkan tadi, giliran aku yang benar-benar diam karena tidak tahu apa yang harus aku ucapkan. Di satu sisi, aku merasa heran dengan ucapan Christian itu. Sedangkan di sisi lainnya, dadaku merasa hangat. Ini lebih aneh dari nama-nama ilmiah yang sering kali aku temukan di dalam laboratorium.

"Apa ada hal berbahaya yang mengancamku, Chris, sampai kau berpikir bahwa aku harus dilindungi?" ucapku sedikit pelan. Pertanyaan inilah yang paling menggangguku sejak peristiwa bom kemarin. Aku belum mencari tahu mengenai pelaku itu dari Greg langsung, tetapi aku sudah dapat menebaknya dari apa yang telah Christian katakan sejak kemarin.

Persona Non GrataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang