Setelah selesai dengan acara makan piscok berjamaahnya, ketiga anak manusia itu pulang kerumah masing-masing. Kecuali Desti, dia memutuskan untuk pergi ke mini market dekat sekolahnya, sekalian ngadem.
Desti mengambil satu cokelat bermerk Dairy M*lk yang berukuran kecil dan menyerahkannya kepada mbak-mbak kasir.
"Ini aja? Ada lagi?" Tanya sang kasir.
"Enggak." Jawab Desti seadanya.
"Atau mau ngisi pulsanya?" Tanya kasir mini market itu lagi.
"Enggak." Jawab Desti mantap dengan suara yang diketus-ketuskan.
"Ok semuanya Rp.9.500" ucap si mbak kasir sambil membungkus cokelat yang dibeli Desti sambi merobek kertas bon.
Desti merogoh saku seragamnya, namun dia tidak menemukan uang sepeserpun. Desti merogoh kantong roknya, namun nihil. Tetap saja tidak ada. Sedetik kemudian dia baru ingat kalau teman-temannya belum mengganti uangnya yang dipinjam untuk membayar piscok tadi.
Desti menepuk jidatnya, betapa malunya dia sekarang. Sudah bicara dengan nada ketus kepada mbak kasir dan sekarang dia tidak bisa membayar cokelatnya.
"Gimana mbak?" Tanya mbak kasir yang menunggu Desti membayar barang belanjaannya.
"Mmm sebentar mbak," ucap Desti dengan malu.
Si mbak kasir hanya diam dan tersenyum ramah ala mbak-mbak kasir seperti pada umumnya.
Desti mengalihkan pandangannya ke sekitar ruangan mini market tersebut, berharap disini ada teman sekolahnya. Saat dia melirik kearah pintu mini market, seorang cowok yang masih memakai seragam yang sama dengannya masuk, betapa senangnya hati Desti sekarang.
"Sebentar ya mbak," ucap Desti kepada mbak kasir.
Setelah mengucapkan kalimat itu dia langsung menghampiri cowok tadi. Dengan harapan, si cowok akan meminjamkannya uang.
"Woy" panggil Desti kepada cowok itu.
Merasa terpanggil cowok itu pun menengok untuk memastikan apakah dia yang dipanggil? Cowok itu menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi wajah yang heran, mengisyaratkan "gue?"
Desti tersenyum sumringah dan menjawab dengan anggukan, tidak lupa pula senyumnya yang dimanis-maniskan. *padahal lebih manis senyum gue kemana-mana hehe*
Mau tidak mau cowok tersebut berjalan menghampirinya. Tidak mau basa-basi dia langsung menanyakan kenapa dia dipanggil, karena dia sama sekali tidak tahu cewek itu siapa. "to the point aja. Ada apa?"
"Lo satu sekolah 'kan sama gue? Liat logo di baju lo sama gue sama" ucap Desti sambil menunjuk logo di bagian lengan atas sebelah kiri. "Jadi gini, gue beli cokelat, tapi lupa bawa duit. Lo bisa kan pinjemin gue duit dulu. Besok gue bayar, gue suka nongkrong di kantin meja paling pojok kalo istirahat. Kalo gue gak ada, lo tagih aja ke kelas gue langsung. Gue kelas XI Ipa 3. Jadi lo mau kan minjemin gue uang dulu. Pliss" Jelas Desti panjang lebar sambil memasang wajah puppy eyes-nya.
Cowok itu bingung setengah mati, padahal dia baru saja bertemu dengan cewek itu. Tapi cewek itu sudah bilang meminjam uangnya. Dikira dia koperasi simpan pinjam. Padahal niatnya kesini hanya ingin mengecek saldo ATM-nya.
Cowok itu tidak tahan dengan puppy eyes yamg dipasang oleh Desti. Ingin sekali dia muntah saat itu juga, namun dia sadar ini tempat umum.
"Berapa?" Tanya cowok itu sambil mengeluarkan dompet dari saku celananya.
"Ceban" jawab Desti dengan enteng.
Cowok itu memberikan selembar kertas berwarna ungu yang bernilai Rp.10.000
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Kerdus
Teen Fiction"Lo tau upil gak?" Tanya Desti yang mulai ngerdus. "Gak" jawab Rey dengan nada cuek dan masih menatap lurus kearah lain. "Sok-sokan sih jadi anak SMA, upil aja gak tau, lulusin tekah dulu sana" ucap Desti. Rey hanya melirik Desti sekilas. Dan memuta...