14. Masalah

55 3 0
                                    

Desti berjalan menyusuri koridor kelas 12. Jika adik kelas yang lain akan menunduk karena melewati area kakak kelas, berbeda dengan Desti.   Dia melewati kakak kelas dengan wajah biasa saja, bahkan dia menatap lurus ke depan dan menghiraukan pandangan para kakak kelasnya dengan tak acuh.

Desti berhenti di depan kelas 12 IPA 3, kelas Aldi. Desti ingin bicara mengenai perfome-nya nanti malam.

"Aldi" ucap Desti di pintu kelas.

Sementara yang di panggil mengalihkan pandangannya dan menghampiri Desti.

"Kenapa Des?" Tanya Aldi, karena tidak biasanya Desti menghampirinya duluan kalau bukan untuk latihan.

"Gue... Sebelumnya maaf buat selama ini, gue gak bisa ikut perfome nanti malem"

"Loh? Kenapa lo semudah itu bilang kayak gitu?" Ucap Aldi dengan kesal. Bagaimana bisa Desti membatalkannya begitu saja.

"Sorry... Gue..." Entah kenapa nyali Desti menciut sekarang.

"Apa karena cowok itu?" Tanya Aldi penuh penekanan.

Aldi berjalan satu langkah mendekati Desti, sementara Desti mundur satu langkah menjauhi Aldi hingga Desti terpojok di pintu kelas Aldi, dan satu tangan aldi memegang pintu agar Desti tidak kabur.

"Jawab gue Des!" Bentak Aldi.

Perlakuan Aldi mengundang perhatian satu kelas, bahkan yang lain ikut mengintip di jendela. Tapi tidak ada yang mau menghentikan Aldi dan menolong Desti.

Satu tangan Aldi mencengkram kedua pipi Desti. Ternya benar yang dikatakan Rey, Aldi adalah orang yang kasar, tapi sifat buruknya tertutupi oleh tampangnya yang ramah.

"Lo tau gak apa yang gue lakuin dari kemaren-kemaren?" Tanya Aldi.

Desti hanya menggelengkan kepalanya karena tak mampu menjawab.

"Awal gue ketemu lo di halte itu karena sengaja. Gue udah rancang semuanya. Gue sengaja ngomong keras waktu gue lewat, biar lo denger. Karena gue tau lo bisa main alat musik. Dan ternyata lo langsung tertarik. Gue sering cari tau akun sosial media lo. Gue bohong soal temen gue yang tangannya patah. Gue mencoba pendekatan sama lo dengan embel-embel latihan dan setelah itu gue anterin lo pulang. Karena  apa? Karena gue udah tertarik sama lo dari awal. Tapi lo susah dideketin karena lo selalu nempel sama temen-temen lo. Dan gue terpaksa ambil cara ini." Jelas Aldi panjang lebar.

Aldi melepaskan tangannya di pipi Desti dan sekarang malah menekan pundak Desti.

Sementara Desti hanya menangis dan berharap Seseorang akan menolongnya. Desti benci di bentak. Desti benci menjadi tontonan orang. Desti benci menjadi bahan gibah orang. Desti benci.

"Dan soal perfome itu gue bohong" lanjut Aldi. "Itu cuma akal-akalan gue buat ngutarain perasaan gue selama ini, malam ini, dan semuanya gagal gitu aja" ucap Aldi sambil tersenyum kecut.

"Aldi mulai lagi, gak cukup apa dia nyakitin Ghea dulu, sekarang malah sama adik kelas"

"Eh itu bukannya adik kelas yang terkenal suka ngerdus ke cowok?"

"Oh, pantes aja, ceweknya ganjen ini, suka genit ke cowok"

"Kasian sih gue kalo liat dia lagi gitu"

"Aldi urat malunya udah putus kali ya"

Kean terus menerobos dan benar, ternyata itu adiknya. Kean menarik Aldi dengan penuh emosi. Kean menyudutkannya ke dinding kelas dan memukulnya.

Tidak mau kalah, Aldi pun membalas pukulan Kean.

BUGH!

BUGH!

Cewek KerdusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang