Setelah diperbolehkan keluar dari ruang bu Marsya, Rey langsung bergegas ke ruang UKS untuk menemui Desti. Rey membuka pintu UKS, tamun dia tidak melihat Desti maupun Kean. Rey merogoh saku celananya mengeluarkan benda pipih untuk menghubungi Desti. Namun panggilannya selalu tidak terjawab, menghubungi Kean pun sama saja.
Rey langsung bergegas ke rumah Desti, namun gadis itu tetap saja tidak ada, bahkan pintu rumahnya pun di kunci.
Rey mencoba menghubungi Kean lagi, untungnya kali ini di jawab.
"Halo Kean? Lo dimana?" Tanya Rey panik.
"Rumah Sakit Pelita" ucap Kean di seberang sana.
"Gue ke sana sekarang"
Setelah itu Rey langsung memutus sambungannya secara sepihak dan langsung menancap gas menuju rumah sakit yang diberi tahu Kean tadi.
Sesampainya di rumah sakit, Rey langsung pergi ke kamar pasien dimana Desti di rawat.
"gimana keadaannya?" tanya Rey panik.
"cuma pingsan biasa, karena pukulan lo terlalu keras, sebentar lagi juga dia bangun" ucap Kean yang sedang duduk di sofa ruangan tersebut.
"Alhamdulillah... Terus kenapa lo bawa kerumah sakit segala? bikin panik orang aja lo"
"ya tadi kan jam pulang sekolah, di ruang UKS gak ada siapa-siapa. Mana gue gak ngerti masalah luka-lukaan"
Desti yang sedari tadi masih memejamkan matanya terusik dengan suara bising yang masuk ke indra pendengarannya. Yang pertama kali dia lihat adalah ruangan bernuansa putih dan peralatan medis. Dia tersadar ternyata saat ini dia berada di rumah sakit. Desti memegang kepalanya karena terasa berat dang rasanya sangat pusing.
"Akhh.." pekik Desti karena kepalanya terasa nyeri.
Kean dan Rey yang sedang berdebat pun menghentikan aksinya karena mendengar pekikan Desti. Rey langsung menghampiri Desti dan menanyakan keadaaanya.
"Lo gak apa-apa?" tanya Rey sambil memegang tangan Desti penuh perhatian.
"Modus tuh pasti" ucap Kean menyela.
"Apa sih lo jomblo sirik aja" ucap Rey tidak mau kalah.
"Emang situ kagak jomblo? Ngaca dong ngaca" Kean mulai nyinyir.
"On the way" ucap Rey bangga.
Desti yang mendengar hal tersebut dibuat tersipu malu meskipun Rey dan Kean tidak memperhatikan ekspresi wajahnya sekarangn. Kare saat ini pipinya memerah seperti kepiting rebus.
"Udah stop. Gue pusing dengernya.
Seketika Rey dan Keaan pun akhirnya sama-sama bungkam.
kring.. kring.. ayayayay...
Nada dering handpphone kean berbunyi, menandakan ada panggilan masuk.
"Iya halo?" ucap Kean.
"........"
"Oke gue kesana sekarang" ucap Kean lagi setelah itu langsung menutup panggilan tersebut.
"Gue ada urusan mendadak. Lo sama Rey dulu" ucap Kean pada adiknya. "Gue titip desti bentar" ucap Kean pada Rey.
"iye" jawab Rey.
Setelah itu Kean langsung pergi entah kemana.
"Lo gak papa?" tanya Desti, sorot matanya memperlihatkan kekhawatirannya.
"Harusnya gue yang tanya sama lo. Lo gak papa? mana yang sakit?" ucap Rey sambil memutar badan Desti.
"Gue gak papa. Cuma pusing dikit. Oh iya, gimana sama Aldi?" tanya Desti, karena setahunya Aldi pun pasti terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Kerdus
Teen Fiction"Lo tau upil gak?" Tanya Desti yang mulai ngerdus. "Gak" jawab Rey dengan nada cuek dan masih menatap lurus kearah lain. "Sok-sokan sih jadi anak SMA, upil aja gak tau, lulusin tekah dulu sana" ucap Desti. Rey hanya melirik Desti sekilas. Dan memuta...