Maap kalo typo:*
***
Keesokan harinya Desti tidak lagi bertemu Rey. Berita bagus baginya, karena Desti bisa menjalani harinya tanpa gangguan dari cowok tersebut, tapi entah kenap ada perasaan yang mengganjal di dalam hatinya.
Waktu berjalan begitu cepat, hingga tak terasa kini saatnya jam istirahat. Desti berjalan menuju kantin. Jika semua orang memilih untuk pergi bersama temannya, tapi dia berbeda. Saat ini dia sedang berjalan ke kantin sendirian. Sesekali ada yang menyapanya, jika orang itu kenal dengan Desti, dan Desti akan menjawab dengan melambaikan tangan sambil tersenyum.
Desti sudah sampai di kantin dan duduk di bangku yang paling pojok, entah kenapa tempat itu menjadi tempat favoritnya di kantin. Mungkin karena letaknya yang cukup jauh dari para pedagang, dan tidak terlalu berisik. Menjadi ketenangan sendiri bagi Desti.
"Ini neng piscoknya" ucap Mang Juned.
"Oh iya mang, ini uangnya, ambil aja kembaliannya" ucap Desti sambil menyerahkan tiga lembar uang dua ribuan.
"Tumben si eneng baik ini mah" komen mang Juned, karena biasanya setiap kali Desti bicara seperti itu, sambil memberi uang pas.
"Saya mah baik dari lahir Mang, Mang Juned aja yang gak tau kalo saya baik" ucap Desti, lalu memakan piscoknya.
"Yaudah atuh neng, Mang Juned mau lanjut jualan" ucap Juned.
"Iya mang, makasih piscoknya" ucap Desti sambil mengunyah piscok tersebut.
Juned hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum, lalu kembali ke tempatnya.
Desti fokus memakan piscoknya sendirian, meskipun kadang ada saja kakak kelas yang jahil bersiul ke arahnya,tapi Desti tidak peduli. Dia masa bodoh dan lebih memilih memakan piscoknya.
BRAK
Seseorang menggebrak meja Desti, membuatnya terperanjat dan menghentikan kegiatan memakan piscoknya. Desti menatap orang didepannya, dia mengernyitkan dahi. Siapa perempuan yang ada di depannya ini? Wajahnya sangat asing, dan Desti berfikir dia tidak pernah bertemu dengan perempuan ini, apalagi mencari masalah.
"Maksud lo apa deketin Aldi?!" Tanya perempuan itu dengan nada yang naik.
Desti semakin heran dibuatnya, Aldi? Oh, Aldi anak band. "Gue gak deketin dia" ucap Desti santai, karena dia sedang tidak mood untuk bertengkar, dan takut masuk ruang BK juga.
"Bacot. Terus ini apaan hah?!" Ucap perempuan itu sambil mengarahkan layar ponselnya ke wajah Desti.
Desti melihat layar ponsel itu, dan di sana ada video dimana Desti dan Aldi bercanda kemarin. Desti tidak terkejut, hal seperti itu sudah biasa di dapatnya.
"Lo tanya aja Aldi" ucap Desti sambil berdiri dan membawa piscoknya yang masih setengah belum dimakan.
Hal tersebut mengundang banyak orang untuk menontonnya. Ara yang baru datang ke kantin bersama teman sekelasnya pun penasaran dengan siswa-siswi yang bergerombol tersebut. Ternyata Desti dan seseorang yang dia kenal.
"Ini bukan tontonan, jadi mendingan lo semua bubar" ucap Ara dan langsung diteriaki 'huh' oleh siswa-siswi yang sedang menonton tadi. Mereka pun bubar dan tersisa Desti, Ara, dan orang yang tiba-tiba menggebrak meja Desti. Ghea.
"Lo ada masalah apa sama dia?" Tanya Ara kepada Ghea.
Ghea memutarkan bola matanya sinis. "Dia godain cowok gue" ucap Ghea percaya diri.
Ara sendiri sudah tahu bahwa sifat Desti tukang kerdus. Tapi Ara juga tahu bahwa Desti tidak akan ngerdusin cowok yang sudah punya pacar. Kecuali cowok itu yang menggoda Desti duluan dan Desti tidak tahu kalau cowok itu sudah punya pacar.
"Siapa pacar lo?" Tanya Ara yang ingin mengklarifikasi masalah ini. Karena hal seperti ini sering terjadi, dan terkadang Ara ikut meluruskan. Karena Ara adalah sahabat Desti. Tapi jika Desti yang salah, Ara pun akan membela yang benar, sekalipun Desti sahabatnya.
"Aldi kelas dua belas IPS satu" ucap Ghea masih percaya diri.
Ara berbalik ke arah Desti. "Lo ada nomor teleponnya?" Tanya Ara.
Desti hanya menjawab dengan anggukan.
"Tuh, kan. Dia aja nyimpen nomor pacar gue. Udah jelas, kan dia godain pacar gue" cerocos Ghea.
"Asal lo tau ya, Aldi sendiri yang minta save ke gue. Kalo lo gak percaya, gue ada bukti." Pembelaan Desti.
Desti mengutak-atik ponselnya untuk membuka aplikasi Whatsapp dan memperlihatkannya kepada Ghea. "Nih, baca sendiri sama lo" ucap Desti.
Ghea membacanya, dan apa yang dikatakan Desti memang benar. Aldi yang ngechat Desti duluan, dan membahas tentang Band. Tapi karena ego-nya lebih kuat, dia mencari alasan lain untuk menyalahkan Desti.
"Halah palingan itu editan" ucap Ghea sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Sekarang gini aja, Desti, lo telepon Aldi suruh kesini, dan dia bakal jelasin semuanya ke cewek ini" ucap Ara.
Desti hanya menurut, dia menelepon Aldi. Dan tidak lama Aldi datang bersama Gilang.
"Kenapa?" Tanya Aldi to the point.
"Dia pacar lo?" Tanya Ara.
Ara tidak mengenal Aldi tapi dia tidak peduli itu, yang terpenting sekarang adalah menyelsaikan masalah. Begitupun Aldi, dia tidak mengenal Ara, tapi apa salahnya menjawab pertanyaan orang lain?
"Bukan" ucap Aldi ketika dia tahu bahwa cewek yang ditunjuk Ara adalah Ghea.
"Kok gitu sih sayang, kita kan udah pacaran dari masa orientasi siswa, kamu sendiri yang bilang sama aku kalo kamu cinta sama aku" ucap cewek tersebut sambil bergelayut manja di tangan Aldi.
Sementara Aldi merasa risih dengan kelakuan Ghea. Dia menghempaskan cekalan tangan Ghea dari tangannya.
"Denger ya Ghe, gue udah capek sama lo. Lo selalu buat masalah ketika gue punya temen cewek. Kita itu udah putus dua tahun yang lalu. Dan itu karena lo yang berpaling dari gue dan lebih memilih cowok lain. Jadi mendingan lo jauhin gue" ucap Aldi tegas.
"Tapi kan, kita di jodohin sama orang tua kita" ucap Ghea tak ingin kalah.
"Soal perjodohan gue bisa menolak. Dan gue bakal bongkar semua sifat lo di depan Ibu gue, gue yakin Ibu bakal batalin perjodohan konyol itu. Dan Ibu gue lebih tau mana yang terbaik buat gue. Jadi mendingan lo sekarang pergi" ucap Aldi sambil mengangkat tangannya dan menunjukkan arah agar Ghea pergi.
"Lo jahat."
Ghea meneteskan air matanya, dan pergi dari tempat itu sambil mengelap air matanya.
"Lo gapapa?" Tanya Aldi ketika melihat Desti dan satu temannya yang masih berdiri di samping Desti.
Desti menggelengkan kepalnya mengisyaratkan bahwa di tidak apa-apa.
Sementara di sisi lain Rey memperhatikan Desti dengan tatapan tidak suka. Karena dia cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Kerdus
Teen Fiction"Lo tau upil gak?" Tanya Desti yang mulai ngerdus. "Gak" jawab Rey dengan nada cuek dan masih menatap lurus kearah lain. "Sok-sokan sih jadi anak SMA, upil aja gak tau, lulusin tekah dulu sana" ucap Desti. Rey hanya melirik Desti sekilas. Dan memuta...