Kean berjalan menuju UKS untuk mengobati lukanya.
"Permisi" ucap Kean sopan sambil membuka pintu UKS.
Kean berjalan memasuki ruang UKS, dia melihat salah satu anggota PMR yang sepertinya sedang mencari sesuatu. Kean tidak tahu siapa dia, dan juga tidak ingin tahu karena anak itu memunggunginya.
"Permisi, saya mau minta obat betadine, kapas, sama plester buat obatin luka saya" ucap Kean.
Merasa di ajak bicara, akhirnya cewek itu menoleh ke arah Kean. "Oh jadi sekarang lo minta tolong gue, setelah kemaren-kemaren ngatain gue tabung gas, hah?!" ucap Afifah langsung ngegas.
Ya, cewek itu adalah Afifah. Afifah adalah salah satu anggota PMR.
"Ya lo kan PMR. Tujuan utamanya memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. Dan hari ini gue lagi celaka. Obatin luka gue nih" ucap Kean sambil menunjuk pipinya.
"Yaudah sono duduk" ucap Afifah dengan nada kesal.
Afifah membuka kotak P3K yang di pajang di dinding ruang UKS untuk mengambil peralatan dan obat yang dibutuhkan untuk mengobati Kean. Meskipun dirinya masih kesal dengan Kean, tapi dia tidak akan lepas tanggung jawab sebagai anggota PMR.
Afifah berjalan mendekati Kean yang sedang duduk. Dia menaruh peralatan dan obatnya di atas nakas samping ranjang UKS. Afifah mulai membersihkan luka di sudut bibir Kean dengan menggunakan kapas yang di basahi air, lalu
Mengoleskan obar merah di luka Kean menggunakan cotton bat dengan perlahan dan teliti."Aww" ringis Kean merasakan perih. "Pelan-pelan dong" ucapnya pada Afifah.
"Ini juga pelan, lo aja yang alay" balas Afifah tak mau kalah.
"Ya lo gak ngerasain sih" ucap Kean juga tak mau kalah.
"Makanya gak usah sok-sokan pake acara berantem segala" ucap Afifah lebih tak mau kalah.
Kean capek berdebat, itu hanya akan membuat luka di sudut bibirnya tambah perih karena terlalu banyak bicara.
"Bay the way.." ucap Kean digantung.
Afifah yang hendak menempelkan plester di dahinya Kean berhenti sejenak dan menatap mata Kean yang juga menatap matanya. Sepertinya pembicaraan ini mulai serius.
"Apa?"
"Nafas lo bau" ucap Kean sembarangan.
Afifah langsung menempelkan plester itu dengan asal yang membuat dahi Kean nyut-nyutan karena sakit. Bagaimana tidak, Afifah menempelkannya dengan menggunakan tenaga hingga membuat Kean terjungkal, untungnya tidak sampai jatuh.
Sementara Afifah malu berat, ia membalikkan badannya memunggungi Kean. Apakah benar yang dikatakan Kean tadi? Afifah membuang nafas lewat mulut ke arah telapak tangannya dan menciumnya untuk memastikan. Mungkin saat ini Afifah seperti orang bodoh dihadapan Kean. Tapi Afifah tidak mencium bau sama sekali.
"Aduh" ringis Kean sambil memegang dahinya.
Afifah yang mendengar suara itu langsung berbalik untuk memastikan Keadaan Kean sekarang. Dilihatnya Kean yang sedang meringis sambil memegang plester yang menutup lukanya.
"Sorry gue gak sengaja" ucap Afifah panik sendiri.
"Gue cuma becanda padahal, tapi tenaga lo kuat bener, dorong gue ampe kejengkang gini" ucap Kean sambil berusaha untuk duduk kembali.
Rasa panik Afifah digantikan dengan rasa kesalnya yang seketika muncul karena ternyata Kean hanya membodohinya.
"Iseng sih, kena azab kan lo" ucap Afifah. Lalu dia sengaja menginjak kaki Kean sambil berkata "nih gue kasih bonus" lalu dia pergi begitu saja meninggalkan ruang UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Kerdus
Teen Fiction"Lo tau upil gak?" Tanya Desti yang mulai ngerdus. "Gak" jawab Rey dengan nada cuek dan masih menatap lurus kearah lain. "Sok-sokan sih jadi anak SMA, upil aja gak tau, lulusin tekah dulu sana" ucap Desti. Rey hanya melirik Desti sekilas. Dan memuta...