KRINGGGG...
Bunyi alarm yang setiap pagi membangunkan Desti. Desti kali itu terbangun, dia tidak ingin terlambat lagi, seperti kemarin. Meskipun Desti dihukum mengelilingi lapangan bersama dua cogan sekolah, tapi tetap saja, itu sangat capek.
Desti beranjak dari tempat tidurnya, mengambil handuk yang biasa tergantung dibalik pintu kamarnya, dan berjalan menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi dan mengganti pakaiannya, kini Desti duduk didepan meja riasnya. Seperti biasa, dia hanya memakai bedak bayi, lalu menguncir rambutnya dengan tali rambut berwarna hitam yang biasa dia jadikan gelang ditangannya jika rambutnya digerai.
Desti memakai kaus kaki dan sepatunya. Lalu membereskan buku-buku yang akan dibawanya kedalam tas, karena waktu malam dia tidak sempat membereskan buku-bukunya. Setelah semuanya sudah rapi, dia pergi ke dapur untuk sarapan, lalu berangkat ke sekolah agar tidak terlambat lagi.
***
"DESTII!!!" Teriak Afifah sambil berlari dari gerbang sekolah saat Desti baru sampai di parkiran.
Desti melepas helm-nya, namun sepertinya Desti kesulitan untuk melepas helm-nya. Rey yang saat itu baru sampai memarkirkan motornya disamping motor Kean, kakanya Desti. Rey turun dari motornya dan langsung menghampiri Desti. Dan saat itu pula Kean pergi meninggalkan Rey dan adiknya, lalu menghampiri Afifah, agar tidak menjadi nyamuk.
"Gausah jadi nyamuk" ucap Kean dan langsung menarik tangan Afifah, meskipun dia sama sekali tidak kenal dengan Afifah.
Rey membantu melepas helm yang Desti pakai, dan menaruhnya diatas motor Kean. Sementara dia sendiri belum melepas helm-nya.
"Thanks" ucap Desti singkat.
"Lain kali, kalo gak bisa buka helm, gak usah pake helm" ucap Rey dibalik helm.
"Ya itu namanya melanggar aturan lalu lintas. Yang ada gue ditilang" ucap Desti membela diri.
"Rumah lo kan enggak ngelewatin pos polisi, ngapain takut ditilang?" Tanya Rey santai.
"Ya buat jaga-jaga lah, takut gue kecelakaan ditengah jalan, terus pala gue copot, kan gak lucu" ucap Desti masih membela diri sambil memberi lelucon.
"Itu mulut lemes banget dah..." ucap Rey dijeda. "Kenapa gak sekalian mati aja?" Lanjutnya yang membuat Desti kesal, tapi Desti tidak masukkan kedalam hati.
"Takutnya lo rindu kalo gue gak ada" ucap Desti santai sambil melipat kedua tangannya didada.
"Bodo amat" ucap Rey lalu melepas helm-nya, menaruhnya diatas motor, dan pergi dari parkiran. Meninggalkan Desti yang kini sedang tertawa.
***
Sementara disisi lain, Kean masi menarik tangan Afifah, entah kemana dia akan membawa gadis itu.
Afifah yang tidak suka dengan keadaan seperti ini, apalagi sepanjang jalan tadi dia diperhatikan semua orang. Sangat tidak nyaman. Saat itu pula Afifah menarik paksa tangannya, agar lepas dari genggaman Kean.
Kean membalikkan tubuhnya, menatap Afifah yang kini sedang mengomel, karena ulahnya.
"Lo tuh ngapain sih tarik-tarik gue, sakit tau, lagian gue bisa pergi tanpa lo tarik kayak tadi" ucap Afifah sedikit menaikkan nada suaranya.
"Ko ngegas?" Tanya Kean dengan tampang polosnya.
"Ya bodo amat lah, serah gue" ucap Afifah sewot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Kerdus
Teen Fiction"Lo tau upil gak?" Tanya Desti yang mulai ngerdus. "Gak" jawab Rey dengan nada cuek dan masih menatap lurus kearah lain. "Sok-sokan sih jadi anak SMA, upil aja gak tau, lulusin tekah dulu sana" ucap Desti. Rey hanya melirik Desti sekilas. Dan memuta...