"Thanks" ucap Desti saat sudah sampai di rumahnya.
"Iya" ucap Rey yang sudah mengantar Desti sampai rumahnya.
"Mau mampir dulu?" Desti basa-basi.
"Gak usah, udah mau maghrib"
"Yaudah"
Hening, Desti menunggu Rey pulang, sementara Rey sendiri masih diam. Desti yang merasakan hal tersebut bertanya untuk memastikan.
"Kenapa?"
"Tadi lo ngobrol sama siapa?" Tanya Rey yang sedari tadi ingin mengatakan hal tersebut.
Desti tersenyum. "Cie kepo, haha" ucap Desti.
Sudah Rey duga ini akan terjadi, Rey menghela nafasnya. Kini matanya bertemu dengan mata milik Desti, mereka saling pandang. Tidak ada satu pun dari mereka yang mau mengalihkan pandangannya. Sampai ucapan yang Rey lontarkan dari mulutnya membuat Desti tersadar.
"Gue gak suka liat lo deket-deket cowok lain. Cukup sama gue"
Apa yang dikatakan Rey membuat Desti kikuk, dan jantungnya serasa di bom pakai meriam. Desti gugup dan mengalihkan pandangannya. Entah kenapa rasanya berbeda. Apa yang salah dari dirinya sekarang? Bukannya dia sudah terbiasa kerdusin anak orang? Seharusnya juga dia harus biasa dengan yang diucapkan Rey tadi. Tapi tidak tahu mengapa sekarang berbeda, bahkan mungkin sangat.
Rey yang melihat perubahan Desti tersenyum. Tangannya terulur untuk mengelus pucuk kepala Desti. Jelas saja membuat Desti blushing, bagaimana pun juga Desti perempuan. Perempuan mana yang tidak blushing diperlakukan seperti itu.
Desti menundukkan kepalanya dalam-dalam. Dia tidak mau Rey melihat rona merah di kedua pipinya. Bisa-bisa dia ditertawakan nanti.
"Gak usah peduliin omongan gue yang tadi, lupain aja" ucap Rey, lalu melepaskan tangannya dari kepala Desti. "Gue balik" lanjutnya.
"I-iya" jawab Desti gugup.
Rey tersenyum, lalu memutar balikkan motornya dan pergi dari pekarangan rumah Desti.
Desti melamun melihat punggung Rey yang semakin menjauh sampai tidak terlihat lagi. Dia belum sadar dari lamunannya, sampai-sampai suara seseorang mengintrupsi indra pendengarannya dan membuyarkan lamunannya.
"Lo suka sama Rey?" Tanya Kean--kakak Desti-- yang entah sejak kapan sudah berada di belakangnya.
Desti memutar balikkan tubuhnya 180 derajat. Dia menatap Kean gugup. Ya ampun ada apa dengannya? Semenjak perlakuan manis dari Rey dia jadi suka gugup begini.
"Se-sejak kapan lo ada disitu kak?" Tanya Desti, tentu saja dengan kegugupannya.
"Eh anjing itu kenapa pipi lo merah gitu?" Tanya Kean sambil tertawa.
Desti malu setengah mati, ini semua gara-gara Rey. Tidak bisa dibiarkan. Desti kesal karena di tertawakan kakaknya, dia berjalan masuk kedalam rumah dan menerobos kakaknya yang masih tertawa.
"Apaan sih lo kak" ketus Desti.
***
Seperti biasa, ketika malam hari Desti akan belajar. Tapi sampai saat ini dia tidak fokus dengan apapun yang di pelajarinya. Ini semua gara-gara Rey, pikirnya saat itu. Tanpa sadar Desti memikirkan sesuatu yang membuatnya menggelengkan kepala.
"Devian lagi ngapain ya sekarang?" Ucapnya kepada diri sendiri.
Desti menggeleng kuat kepalanya, kenapa dia harus memikirkan Rey sih. Ini tidak benar, ada yang salah di dalam dirinya. Jangan-jangan dia menyukai Rey? Ah tidak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Kerdus
Teen Fiction"Lo tau upil gak?" Tanya Desti yang mulai ngerdus. "Gak" jawab Rey dengan nada cuek dan masih menatap lurus kearah lain. "Sok-sokan sih jadi anak SMA, upil aja gak tau, lulusin tekah dulu sana" ucap Desti. Rey hanya melirik Desti sekilas. Dan memuta...