20. Udah? Selesai?🤴

87 20 62
                                    

'Begitu banyak perhatian yang dia berikan untuknya, hingga tak sadar hatiku terluka melihatnya'

***

Jam istirahat pertama pun datang menjemput para siswa-siswi untuk segera pergi ke kantin.

Rasya bersama kedua sahabatnya menduduki meja yang tak jauh dari kantin penjual bakso. Alexa ingin sekali makan bakso alhasil keduanya ikut membeli bakso tersebut.

Pak Karto adalah penjual bakso di SMA Merah Putih, ia membawakan nampan yang berisi tiga mangkok bakso ke meja yang diduduki Rasya dan kedua sahabatnya.

"Makasih pak," ucap Rasya dan dijawab oleh pak Karto dengan senyuman hangat.

Mereka melahap bakso tersebut. menurut Alexa bakso pak Karto adalah bakso terenak di sekolahnya, karena hanya pak Karto lah yang menjual bakso di sekolah tersebut.

"Gilaaaa wenak tenan," ucap Alexa. Astrid dan Rasya malah asyik memakan bakso-bakso itu.

***

"Kayaknya gue harus bisa ngelupain Vanno! Ya kali, tiga tahun gue suka, dan nggak dapat respon apa-apa. Malah dia makin jauh, Ya Allah Rasya udah nggak kuat. Seandainya Vanno suka Rasya, Rasya juga sangat senang. Hmm, cuma di novel-novel aja si cowok bisa bales perasaan cewek yang suka sama dia," monolog Rasya di dekat tangga.

Ia mondar-mandir berkutat dengan pikirannya, kali ini ia hanya sendiri, kedua sahabatnya berada di kelas.

"Vanno tuh kek kambing apa embe, sih?"

"Dia nggak bales perasaan lo aja, lo masih suka, Sya. Kapan dia suka sama lo? Kapan? Paling ujungnya dia sama yang lain," monolog Rasya lagi.

"Kenapa gue nggak pernah capek suka sama dia, walaupun dia nggak ngeliat gue sedikit pun!? Alah, dia yang cuek apa gue yang terlalu bodoh, sih!?"

Ada yang memperhatikan Rasya dalam diam, ia memperhatikannya sejak tadi.

"Hufttt. Bentar lagi gue lulus, bentar lagi gue udah nggak ketemu sama dia, terus gimana perasaan gue, apa bisa melupakan dia secepat kilat di langit? Ae'lah suka sama orang seribet ini ya!"

"Salahnya gue suka sama dia apa sih? Nggak ada jawabannya di buku Matematika, suka heran gue! Vanno, gue tuh udah bukan cinta lagi! Ini teh namina OBSESI!" Ia kesal dan menghentikan kakinya.

Lalu Rasya terduduk lemas di atas lantai, kedua kakinya didudukinya sebagai alas. Rambutnya sedikit tidak rapi.

"Udah? Selesai?"

Rasya mendongakkan kepalanya, ia kaget bukan main ketika melihat siapa yang baru saja berbicara. Ia merutuki dirinya sendiri ketika mengetahui orang itu mendengar semua ucapannya.

"Va-vanno," ucap Rasya kaget. Secepat mungkin Rasya bangkit dari duduknya entah darimana ia mendapatkan energi itu kembali.

"Udah? Selesai?" Tanyanya lagi karena belum mendapatkan respon dari Rasya.

"Ha? Apanya?" Tanya Rasya bingung.

Vanno tersenyum miring "curhat tentang gue nya,"

Rasya merutuki dirinya sendiri, salah dia karena menceritakan perasaannya di tempat umum walaupun tempatnya sedang sepi.

"Udah? Selesai?"

"Lo nggak ada guru apa? Bukannya ada ya?" Rasya tak menjawab pertanyaan Vanno lagi, ia malah mengganti topik pembicaraan.

"Nggak usah ganti-ganti topik," ucapnya dan sesekali menghembuskan nafas lelahnya.

"Iya udah!" Jawab Rasya ketus.

Prasasti HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang