Holla... makasih udah baca cerita Aku sampai sini, sorry ya suka lama updatenya... Aku mau minta sesuatu nih dari kalian yaaaa itu juga kalau kalian mau, nggak juga gapapa sih... Aku minta vote sama komentar kalian, atau kalian kasih aku saran, karena salah dalam penulisan gtu (wah aku bahagia banget). Aku seneng banget kek ada yang ngasih semangat gtu, hehehe... Sorry banyak maunya tapi vomment kalian bisa buat mood aku jadi bagus, kek ada yang nyemangatin dan nuggu gtu. Hehe, aku ngarep:v
Happy reading guys...
'Pada dasarnya aku belum bisa melupakanmu, dan aku sangat heboh menanti ulang tahunmu. Walau aku bukan siapa-siapa bagimu,'
#galll
***
Rasya sedang memainkan game di ponselnya. Ia tengah sibuk mencari barang-barang yang warnanya hampir serupa dengan latar tempatnya. Ia ingin buru-buru menaikan level game Hidden Hotel agar bisa mendapatkan beberapa ruangan dan barang lainnya.
"Holla, Sya," sapa Alexa seraya mengguncang-guncangkan tubuh Rasya.
"Ihhh, Xa. Diem duluuu," kesalnya ketika diganggu. "Bahagia amat, ada apa?" Tanya Rasya yang telah selesai memainkan gamenya, ia mendapati sahabatnya yang sangat ceria. Ya, walaupun keseharian Alexa di isi dengan keceriaan.
"Masa iya, gue harus murung di pagi yang cerah ini. Disaat mentari nggak ngumpet di balik awan , burung-burung bersahutan. Ya kali, gue harus murung gara-gara cowok yang gue suka, nggak ngelirik gue samsek sih," celotehnya panjang lebar.
Rasya melirik Alexa sekilas, ia tau kenapa Alexa berbicara seperti itu. Alexa sedang tidak menyukai siapapun, itu adalah sindiran untuknya karena tidak menceritakan peristiwa tempo hari. Rasya masih belum berani menceritakan ini semua.
"Eh,"
"Mangkanya cerita,"
"Ntar, disaat yang tepat ya," dan membuat wajah Alexa kesal, ia melipat kedua tangannya didepan dada. Rasya yang melihat kelakuan Alexa hanya bergeleng-geleng.
Eas masuk ke kelas lalu menaruh tasnya di atas meja. "Sya," yang dipanggil pun menoleh dan mengangkat satu alisnya mengartikan 'apa?'.
"Ke kantin yok. Gue nggak sempet sarapan," ajaknya. Rasya merasa kasian dengan orang yang berstatus menjadi teman duduknya ini. "Yok,"
"Mau kemana?" Tanya Alexa ketika melihat keduanya ingin pergi. "Kantin, ikut?" Alexa menjawab dengan gelengan.
Selama di koridor Eas gemas mengacak-acak rambut Rasya. "Jangan, Yas," kesalnya seraya mengambil tangan Eas dari puncak kepalanya dan membawanya ke depan mulutnya, seolah-olah ingin mengigit tangan Eas. Eas buru-buru menarik tangannya sebelum Rasya mengigitnya.
Tanpa sadar mereka sudah berada di kantin. Kantin sangat sepi karena bel sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, karena kelas mereka sedang tidak ada guru, ini menjadi kesempatan Eas untuk mengisi perutnya. Eas melihat berbagai macam makanan yang sudah tertata di berbagai warung.
"Jadi, lo mau beli apa Eas?" Tanya Rasya kesal melihat Eas yang diam saja tidak langsung membeli makanan yang sudah ditata rapi oleh sang penjual.
"Lo mau apa? Biar sekalian," tanya Eas tanpa melihat ke arah Rasya. "Enggak, gue udah sarapan. Udah sana, lo aja," suruhnya.
Eas hanya membeli botol air mineral. Rasya yang duduk di bangku kantin menganga melihat itu. "Yas," panggilnya seraya mengerjapkan matanya, ingin rasanya ia mengoceh panjang lebar pada Eas. Tapi Eas langsung menaruh telunjuknya di depan bibir Rasya, sebelum Rasya mengoceh panjang kali lebar padanya. Lalu, tangannya beralih mengacak-acak rambut Rasya.
Rasya gemas dengan tingkah Eas, ia lalu bangun dari duduknya dan menghentak-hentakan kakinya hingga menimbulkan bunyi. Untung saja kantin sepi, jadi tidak ada siswa yang melihat tingkah mereka berdua.
"Kenapa lo nggak beli? Katanya belum sarapan?" Cerocos Rasya di hadapan Eas. Eas tersenyum simpul hingga salah satu tangannya ingin kembali mengacak-acak rambut Rasya, Untung saja Rasya menahan tangan tersebut, membuat Eas terkikik melihatnya. Rasya bisa membuat moodnya berubah drastis.
"Nggak jadi lapernya, mending minum," jawabnya santai. Rasya memicingkan matanya "lo bohong ya, jangan bilang lo nggak ada duit. Ini pake aja duit gue," iba Rasya.
"Sok tau, gue bawa ini," akunya jujur.
"Terus kenapa?"
"Apanya?" Polosnya.
"Ih, sumpah ya, Yas. Lo bikin mood gue jelek aja," kesalnya. Lalu Eas melirik Rasya yang sedang kesal, Rasya mengerucutkan bibirnya dan menatap ke arah depan. Eas semakin senang mengerjainya.
Eas menaruh botolnya diatas meja, lalu ia membalikan badan Rasya agar menghadapnya kembali. Eas menoel hidung mancung Rasya dengan telunjuknya. "Ih, apaan sih noel-noel," ketusnya.
Eas tertawa "jangan marah dong," bujuknya dan Rasya diam tidak menjawab bujukan Eas.
Ketika Rasya membalikan badannya, ia kaget. Ia melihat Vanno berjalan menuju kantin, Vanno ditemani Raka yang berada di sisinya. Eas mengajak jalan Rasya, tetapi Rasya mematung di tempat. Rasya memutar peristiwa kemarin, ia sangat ingin mengulangnya kembali.
Tiba-tiba tangannya merasa di genggam oleh seseorang, ia melihat ke tangan kirinya dan tangan orang yang menggenggamnya. Ya, orang itu Eas, seperti tidak ada yang terjadi diantara mereka, Eas melihat ke arah depan, ia sama sekali tidak melihat ke arah Rasya. Eas membawa Rasya pergi dari kantin, mereka berpapasan dengan Vanno.
Vanno melihat apa yang barusan terjadi, seperti ada sesuatu yang menghantam hatinya. Sedangkan Rasya ia sangat gugup berpapasan dengan Vanno, sampai susah ia menelan salivanya sendiri seperti ada yang mencekatnya.
"Jodoh nggak kemana, bro," Raka memberi semangat pada Vanno, Vanno hanya tersenyum sekilas membalas ucapan Raka.
~♪~
Di koridor Rasya berusaha melepaskan genggaman Eas, tetapi usahanya nihil. Tenaga Eas lebih besar dari tenaga Rasya, akhirnya Rasya mengalah tidak melepaskan genggaman itu.
"Kenapa lo lakuin ini?" Tanya Rasya penasaran. Eas terlihat berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Rasya "karena gue suka," jawab Eas enteng.
Eas sadar 'bodoh lo, Yas!' rutuk dirinya sendiri.
"Ha? Lo ngomong apa?" Tanya Rasya yang dibuat bingung dengan ucapan Eas.
"Karena gue suka aja buat lo kesel," Eas melepaskan genggamannya lalu meninggalkan Rasya yang terlihat kesal.
Eas menunggu Rasya di depan kelas sebelas, "lamban," gerutu Eas.
"Ngapain lo?" Tanya Rasya kesal, Eas memberantakan kembali rambut Rasya, Rasya semakin kesal "gue tuh marah sama lo, kenapa si lo itu buat gue jengkel terus?" Tanyanya.
Eas terkikik geli mendengar ucapan Rasya. "Jadi lo marah sama gue?"
"Nanya lagi!" Ketus Rasya.
"Ya udah, gue minta maaf ya," seraya merangkul Rasya, Rasya melirik ke arah Eas dengan muka datarnya. "Jangan gitu, jelek," suruhnya dan Rasya membuat lengkungan diwajahnya.
"Entar kita ke toko buku ya," ajak Eas dan dibalas anggukan mantap dari Rasya. "Lo tau deh gue pengen kesana,"
"Gue kan dukun," Rasya langsung menoyor kepala Eas, Eas terkikik geli. Rangkulan Eas belum terlepas hingga, didepan kelasnya ia baru melepaskan.
***
Cepet ga sih :v
Aku lagi niat nih.
Hehe
Sorry ya kalau suka lama updatenya
Ini tuh mumpung dapet libur panjang karena kakel UNBK, dan sebenernya aku juga dapet banyak tugas. Ya aku sempet-sempeti deh...
Hehe sorry curhat:v
Padahal aku pengen semalem updatenya tapi keburu ngantuk jadi pagi ini deh... SorryMakasih yang masih mau setia baca dan, makasih udah ngasih saran...
See youuuu💜💜💜
🦄#29Maret2019
#Jumat
KAMU SEDANG MEMBACA
Prasasti Hidup
Teen FictionKalian tahu Prasasti, kan? Sebuah batu yang ditulis dengan huruf-huruf kuno, peninggalan kerajaan-kerajaan zaman dahulu. Cerita ini nggak menceritakan tentang kerajaan zaman dahulu, tetapi menceritakan tentang seorang gadis yang menyukai pria yang d...