36. Diam🥑

29 2 0
                                    

Ketiganya sedang asyik menonton acara di televisi, tanpa bisa diganggu dengan siapapun. Satu kata, damai! Setelah adanya keributan kecil antara dua anak laki-laki yang berjarak dua tahun itu.

"Jadi, tadi itu pacar kamu apa TTM-an mu?" Tanya Ambar memecahkan keheningan yang ada.

Eas yang sadar dengan ucapan omanya langsung membenarkan posisi duduknya, "temen oma, bukan apa-apa," akunya.

"Oma suka lho sama Rasya, cantik, baik, sopan lagi," ucap Ambar lagi.

"Ael juga suka ko, oma," timpal Ael seraya memasukan kripik singkong ke mulutnya.

Eas menoleh ke arah Ael, ingin sekali ia mengumpat anak disebelahnya, "lo apa aja mau, manado lo!"

"Laaa, bener dong, papi gue kan emang keturunan Manado," jawab Ael tak mau kalah.

"Alah, mana aja doyan," umpat Eas kesal.

"Udah dong udah, kalian ini berantem terus kerjaannya, nanti kalau jauh kangen," lerai Ambar.

"Kangen? Sama diaaa!?" Tanya Ael seraya menunjuk Eas dengan jari tengahnya.

Eas hampir saja tersulut emosi karena bocah disebelahnya ini, tetapi karena Ambar mengingatnya, ia tidak jadi membalas Ael.

"Jadi selama ini kamu duduk sama cewek, Yas? Kirain oma cowok, soalnya pas oma nanya kamu nggak jawab," bingung Ambar.

"Dia takut di ledek oma," jawab pria usil di samping Eas siapa lagi kalau bukan Ael.

"Oma malah setuju kali kalau Eas sama Rasya. Wah, bukan ngeledek lagi, tapi oma anterin kamu ke KAU langsung," terang omanya.

"Wooo seremmm," yang disudutkan tetap diam tak berniat membalas.

"Yas, oma setuju," seraya memberikan kedua ibu jari tangannya ke arah Eas.

Eas yang melihatnya mendengus frustasi.

'Oma nggak tau aja, kalo dia suka sama orang lain,' batinnya menjerit.

"Omaaaa, udah," ucap Eas tak bersemangat.

Sedangkan Ael sudah tertawa terbahak-bahak melihat perubahan wajah kakak sepupunya yang sudah kesal. Dan, Ambar menahan tawanya agar tak melukai hati cucu tercintanya, ia lebih memilih mengatupkan mulutnya.

***

"Kak!" Pekik seorang gadis dari luar kamar, sedangkan sang empunya kamar sudah hampir tertidur pulas. Dirinya menjawab ogah-ogahan orang di depan sana.

Gadis itu mencembulkan kepalanya ketika membuka pintu kamar, mencari keberadaan sang empunya kamar. Kamar yang gelap menjadi penggalang penglihatannya.

"Apa?" Saut sang empunya kamar.

"Gue masuk yak!?" Serunya.

Sang empunya kamar memutar bola matanya malas, pikirnya buat apa izin jika sudah mengintip dan berniat berjalan mendekatinya.

"Kak! Jangan tidur dulu dong!" Suruhnya, dan menyuruh kakaknya agar duduk seperti dirinya.

"Nggak! Gue ngantuk." Tolak Rasya mentah-mentah. Sang adik yang mengganggu tidurnya tadi adalah, Alena.

"Kak, gue mau ngasih tau cowo yang gue temuin di mall itu!" Serunya, terlihat wajah adiknya yang begitu bahagia.

Alena menyalakan lampu, sedangkan Rasya masih setia memeluk guling tercintanya.

Alena mendekati kakaknya lagi setelah menyalakan lampu, dirinya mengotak-atik ponsel, mencari sesuatu di dalamnya.

"Kak! Lihat deh," Alena menyodorkan ponselnya ke hadapan Rasya. Awalnya Rasya melihat dengan ogah-ogahan akan tetapi, ketika melihat wajah orang itu berada di ponsel adiknya ia buru-buru bangkit, mengubah posisinya menjadi duduk.

"Dih, ko antusias banget si,"

Rasya masih merangkai kalimat demi kalimat yang pernah Alena ucapkan. Dirinya tak salah, orang yang ada di ponsel sang adik adalah orang yang jelas dan sangat ia kenali.

"Lo ketemu dia dimana?" Tanya Rasya penasaran.

"Taman, tadi keknya sih dia abis pulang sekolah gitu, pakaiannya juga seragam. Dia lagi ngelamun disana, terus sebelum gue deketin dia, gue foto diam-diam," jelas Alena.

"Lo kenal!?"

"Baru tadi gue tau namanya. Tapi gue udah liat dia hampir tiga kali. Pertama di mall yang gue cerita sama lo, kak. Kedua, gue liat di tukang martabak tapi gue liat dari kejauhan si, terus yang terakhir tadi," jelasnya yang begitu antusias.

"Ka, lo kenal? Ko, tiba-tiba langsung bangun gitu sih!? Cakep yaa? Awas kalo lo ambil, kak. Gue nggak ikhlas,"

Rasya memegang kepalanya yang sedikit sakit, tiba-tiba pusing melanda kepalanya saat ini. Dirinya langsung meneguk segelas air di atas nakas membuat sang adik bertanya-tanya.

"Lo kenapa kak? Nggak apa-apa kan?" Rasya menjawab dengan gelengan.

"Gue lanjut ya ceritanya," Rasya mengangguk sebagai persetujuan, tak berniat mengecewakan sang adik.

"Lo harus tau ya kak! Dia tuh baik, Kirain gue dia cuek kek mukanya yang lurus aja, eh taunya nggak, hehehe. Tapi, tadi muka dia nggak kek yang gue liat sebelum-sebelumnya, kek ada masalah gitu, gue sih nggak nanya, nggak enak entar dikira apaan kali," Rasya diam tak merespon, merasa ada yang tak bisa ia ungkapkan saat ini.

"Kaloooo, kaa...looo, guee suka sama dia salah nggak kak!?" Pertanyaan Alena mampu membuat Rasya menoleh ke arahnya.

Rasya tak tahu harus berkomentar bagaimana, yang jelas penjelasan Alena sudah membuatnya tak bisa berpikir.

"Ya emang sih, gue baru tiga kali ketemu tapi rasanya tu beda!"

Rasya mencengkram bantalnya, ia akui malam ini, adalah malam yang cukup mengerikan, ketika ia mendengar penuturan sang adik.

'Dan, akhirnya aku akan... Kembali pada tempatnya, seperti semula,' batinnya.

"Kak, menurut lo gimana niii!?" Kesal Alena karena tak mendapat respon dari sang kakak.

"Bagus,"

"Kak, gue serius!"

Rasya menghembuskan nafas lelahnya sebelum menjawab pertanyaan Alena. "Ya, kalo kamu suka. Kamu kejar," lirihnya.

"Serius nih kak!? Gue pengen cari tau tentang dia deh, tapi kalo lo tau dia, kasih tau gue yaaa," Rasya mengangguk lemah. Alena langsung memeluk tubuh Rasya, Alena begitu bahagia malam ini, Rasya juga tak berniat menyakiti perasaan sang adik. Dan, kali ini, adalah kali pertama melihat Alena yang begitu bahagia karena seorang lelaki.

***

Hei heiii
Apa kabar gaiisss?
Gimana ni sama puasanya?
Semoga kalian dalam lindungan Allah SWT, yaaa

Ah, aku baru balik lagi, nggak cepet niii
Sorry sorry

Oiya kira kira siapa yaaa yang Alena ceritain itu? Hmmm, teka-teki euy wkkwk

Tunggu kelanjutannya yaaaa
See u see u

#Senin
#27April2020

Prasasti HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang