19. Sya👸

88 21 20
                                    

Langit pagi ini terlihat mendung, awan hitam sudah berkumpul ditempatnya untuk menumpahkan kekesalannya.

Pagi ini Rasya berangkat sendiri, papanya tidak bisa mengantarkannya karena ada pekerjaan dikantor.

Rasya tidak mendapatkan angkot, kendaraan umum itu tidak terlihat sama sekali padahal jam sudah menunjukan pukul 06.38. Gerbang sekolah akan ditutup 12 menit lagi. Rasya mendengus pasrah.

Rasya celingak-celinguk, mencari keberadaan angkot ataupun ojeg, tapi nihil. Ia juga tidak bisa memesan ojeg online karena kuotanya sekarat, sungguh nasib buruk di pagi ini.

"Kenapa konternya belum bukaaa?" Kesalnya

Rasya melihat motor ninja berwarna hitam, ia seperti mengenali motor itu. Itu Vanno, ingin sekali Rasya meminta bareng dengan Vanno, pasti Vanno akan mengacuhkannya. Yang terngiang dalam pikirannya hanya gerbang sekolah yang sudah ditutup.

Rasya menghembuskan nafas beratnya.

***

'Itukan Rasya,' Vanno memincingkan matanya, ia takut salah melihat.

Ia ingin mengajaknya berangkat ke sekolah bersama, tapi egonya masih besar. Ia berusaha melihat kedepan dan melewati Rasya, diam-diam Vanno melihat ekspresi Rasya dari kaca spion, Rasya terlihat gelisah.

"Kenapa sih, lo susah banget buka hati buat orang yang suka sama lo? Bersyukur masih ada yang suka sama lo, dan dia masih ada disini. Kalau yang suka sama lo umurnya nggak panjang gimana? Lo akan nyesel! Nyesel! Se-nyesel, nyeselnya! Lo nggak bisa balas atau menghargai perasaannya." ucap Argham panjang kali lebar.

Teringat kata-kata Argham seminggu lalu. Walau mereka mengerjai Vanno, tetapi kata-kata itu bisa membuka pintu hati Vanno.

Vanno memutar balik motornya. Ia berhenti tepat disamping Rasya.

"Sya,"

Rasya tidak menanggapinya.

"Sya," panggil Vanno ulang.

"Ha, ah, iya. Aapa?" Kaget Rasya ketika menyadari Vanno ada di sampingnya.

Rasya mengernyitkan dahinya " bukannya lo tadi udah kesana, ya?"

"Bareng nggak?" Vanno tidak merespon pertanyaan Rasya, ia justru balik bertanya.

'Gue belum bangun kali ya?' Pikir Rasya.

"Cepet, udah jam segini," ucap Vanno menyadarkan Rasya.

"Eh, iya. Sorry,"

Vanno menyuruh Rasya mengenakan helm, Rasya mengikuti suruhan Vanno. Ia memegang bahu Vanno ketika menaiki motor. Jantung Rasya bekerja berkali-kali lipat. Bagaimana lagi ia harus mengucap syukur atas kejadian ini.

Tak ada yang membuka suara entah Rasya maupun Vanno, hingga sampai sekolah.

Rasya turun dari motor Vanno. "Makasih" ucap Rasya sebisa mungkin agar tidak terlihat gugup.

"Hm," Rasya meninggalkan Vanno.

"Sya,"

Semakin berdegub kencang jantung Rasya.

"Aa-paa-aa?" Vanno menunjuk kearah kepala Rasya. Rasya melirik keatas kepalanya.

"Hhehe, maaf," Rasya memberikan helm tersebut pada pemiliknya.

"Iya,"

"Duluan, Van," ucap Rasya, entah bagaimana keadaan wajahnya saat ini.

"Iya,"

Rasya langsung lari meninggalkan Vanno di parkiran.

"Njay, udah gede masnya," ledek Argham.

"Berisik."

"Uuy,"

Eas melihat semuanya. Ia melihat Rasya turun dari motor Vanno dan melihat pipi Rasya seperti kepiting rebus.

***

Sepanjang koridor sekolah Rasya menetralisir jantungnya.

"Ya Allah, tangan ini sudah memegang bahu calon suami hamba," ucap Rasya ngaco.

Wajahnya sangat ceria sampai dikelas.

"Kenapa tuh muka? Bahagia amat," tanya Astrid penasaran.

"Kepoooo. Ya kali muka gue ngikutin tuh langit,"

Eas masuk kelas dengan muka datarnya. Sepertinya langit pagi ini seperti mukanya.

"Lah, kenapa muka lo datar? Ke balik sama si Rasya," bingung Astrid.

"Gapapa. Rasya kan berangkat bareng Vanno gimana nggak bahagia," jawab Eas, nada bicaranya masih tidak bersahabat.

"Seriussss?" Histeris Astrid.

"Hehe iya," aku Rasya malu-malu.

***

"Pagi guysss," sapa Argham ketika sampai kelas.

"Adek bahagia sekali nampaknya, ada apakah?" Tanya Frans seperti bapak-bapak.

"Cemana adek tak bahagia, pasalnya sahabat adek abis berangkat bareng ama doinya," jawab Argham lalu tertawa.

"Ha, Vanno emang punya doi?" Tanya Frans.

Bukkkk....

Frans meringis, ia mengelus kepalanya yang dipukul oleh Raka.

"Sakit, njay." Kesalnya

"Abisnya ada kecoa sih di kepala lu, jadi gue pukul aja," jawab Raka tanpa salah.

"Halah, alasan saja kau Ferguso,"

Raka melirik sinis ke arah Frans.

"Lo jemput Rasya?"

"Nggaklah," aku Vanno.

"Bohong," tambah Frans.

Vanno langsung menyumpli telinganya dengan earphone tidak peduli dengan ocehan ketiga sahabatnya.

***
"Kau pernah bercerita banyak hal padaku, walau pada akhirnya kau menjauhi ku karena dirinya,"

@galoeh_xyz

Haiii aku kembaliii
Pengen updatenya sih pas selesai PAS tapi hp aku ilang jadi nggak jadi, untung aku buka juga di hp ibu aku, jadi aku bisa ngelanjutinnya...

*ibu aku kerja jadi aku ngga sempet lanjutinnya, pas libur gini baru bisa... hehe

Nggak papa lah ya aku cerita-cerita ke kalian...

Btw, makasih udah nyempetin baca...♡✩♡

Maaf bila ada typo, komentar aja biar aku benerin. Makasih kaliannn♡♡♡

✩★✩

#16des2018
#Minggu

Prasasti HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang