34. Eas PMS🦁

29 3 0
                                    

Rasya dan Vanno mendatangi meja paling ujung yang sudah berada ketiga sahabat Vanno. Ketiganya  saling menyikut ketika melihat hal ajaib di dekatnya. Vanno, mengajak Rasya ke kantin kali ini, lebih tepatnya pertama kali.

Tak pernah hilang senyuman diwajahnya sejak didepan kelas, Vanno menghampirinya. Tak pernah Rasya menduga akan ada hal ini, yang jelas ia sangat bahagia sekali.

Vanno pergi sebentar berniat memesankan makanan untuk Rasya. Sekarang tinggal Rasya dan ketiga sahabat Vanno.

"Jadi hubungan kalian udah sampai mana ni?" Tanya Frans penasaran setengah mati melihat dua sejoli ini.

Rasya masih tak menghilangkan lengkungan manis di wajahnya  "ya masih disini," jujurnya

"Bohong lo!" Frans tak percaya.

"Gue jujur," Rasya menyakini.

Argham melihat minumannya dan berpindah melihat Rasya, "nggak sia-sia dong," goda Argham, Rasya mengerti apa maksud Argham kali ini.

"Hehehe," Rasya hanya tertawa menanggapi pertanyaan Argham barusan.

"Gue turut seneng, Sya." tambah Raka.

"Makasih, Ka," Rasya melihat ada sesuatu yang mengarah ke area kantin, ya ada ketiga sahabatnya yang baru datang. Ia memukul jidatnya, lupa karena meninggalkan mereka di kelas. Raka yang melihat tingkah Rasya langsung bertanya. "Kenapa?"

"Hehehe, gue lupa nggak ngajak temen-temen gue," aku Rasya tak enak.

"Ya udah ajak aja kesini," celetuk Argham seraya memasukan kentang goreng ke mulutnya.

"Hehehe, nggak ada bangku yang muat lagi di deket sini, ya udah biar nanti gue aja yang kesana," Rasya tak enak mengajak Astrid dan Alexa ke tempatnya apalagi ada Eas, biarkan mereka bertiga mencari bangku lain. Nanti dirinya akan datang ke tempat ketiganya.

"O iya, Sya. Lo Deket ya sama Eas?" tanya Frans. Argham yang berhadapan dengan Frans langsung menginjak kakinya, memberi kode kepada Frans agar tak sembarangan bertanya.

"Dia emang duduk sama gue, masa duduk bareng diem-dieman si," jawab Rasya.

"Biasa, Frans emang suka nanya pertanyaan nggak bermutu," jelas Argham agar tak ada kesalahpahaman.

"Hehehe, Iya nggak papa ko,"

Vanno datang dengan dua botol teh di tangannya, memberikan salah satunya kepada Rasya. Ketiga temannya memberi kode dan langsung mendapat lirikan membunuh dari Vanno.

"Vanno kalo bucin serem cuy," ucap Frans pelan tapi mampu didengar Rasya dan Vanno.

"Ni, buat lo aja," Rasya menyodorkan teh itu pada Frans. Frans menggeleng, ia hanya berniat menggoda saja.

"Udah lo minum aja, kita cuman godain doang ko," jelas Raka.

"Kenapa nggak beli lima?" Tanya Rasya.

"Mereka udah beli, biarin aja,"

"Anjir, sakit hati dedek. Udah ah mo pergi aja, panas disini!" ucap Frans laku bangkit dan mengipas-ngipaskan dirinya dengan tangan.

"Ya udah kita mau balik ke kelas dulu ya," pamit Raka yang di persilahkan oleh Vanno.

"Awas jangan macem-macem lo, Van dipojok," ingat Frans ketika sudah menjauhi meja tersebut.

"Harusnya lo nggak boleh gitu," Vanno memberi senyumnya pada Rasya.

"Misi, ini baksonya," kata mbak Rima, anak penjual bakso itu.

Tak lupa keduanya mengucapkan terima kasih.

Rasya sangat deg-degan, jantungnya bekerja sangat cepat, ia tak bisa menahannya. Mungkin pipinya saat ini seperti kepiting rebus.

Di lain tempat, Eas tak berniat membeli makanan ia hanya membeli sebotol teh saja. Diam-diam ia mencuri pandang ke arah lain. Sakit, seperti ada yang tergores namun ia harus menyadarinya, dirinya bukan seseorang yang spesial.

Diam-diam Astrid memperhatikan Eas, ia tau Eas memiliki perasaan kepada Rasya selama ini. Alexa yang duduk disebelah Astrid juga sadar bahwa Eas sedari tadi tak bisa diam, ia melirik ke arah Rasya dan Vanno duduk.

"Ehem, lo nggak laper apa, Yas?" Tanya Alexa memecahkan keheningan diantara ketiganya.

"Nggak," jawab Eas singkat.

Di tempat duduknya Rasya juga melihat ketiga sahabatnya yang sedang mengobrol ria. Ia masih tidak enak hati karena tidak mengajak ketiganya ke kantin. Ini ulah Vanno yang membuatnya menjadi pikun!

"Hei, nggak suka? Jangan di aduk doang dong," Vanno memecahkan lamunan Rasya. "Lagi mikirin apa?"

Rasya memberi cengiran khasnya, "hehehe, nggak ko,"

"Bohong ni, jujur aja. Dari pada gue penasaran,"

"Hehehe. Gue nggak enak, nggak ngajak mereka ke kantin. Gue lupa, gara-gara lo ni,"

Vanno tersenyum, lalu ia menjawab "Ya udah kalo nggak mau di ajak lagi,"

"Eh, ya nggak gitu laah," kesal Rasya, sedangkan Vanno malah tertawa melihat kekesalan Rasya.

"Diem!" Omel Rasya, dan Vanno menjawab dengan Anggukan.

Seperti kehilangan angin di sekeliling, pelipis Eas bercucuran keringat. Beberapa menit lalu ia mengambil gorengan yang dibeli oleh Alexa lengkap dengan saus dan cabai di atas meja. Astrid dan Alexa melihat tingkah Eas yang tak biasa, Alexa menyikut tangan Astrid, dan Astrid menjawab dengan anggukan.

"Emang nggak pedes apa?" Tanya Alexa yang sangat penasaran, Alexa tak memikirkan gorengannya yang di lahap terus-menerus oleh Eas.

'Gila, udah tau orangnya dah kek gitu bentuknya malah nanya lagi,' batin Astrid mendengar pertanyaan Alexa.

"Panas!"

"Ha? Ko, panas? Itu kan cuma anget,"

"Iya, maksudnya pedes! Anget sama pedes disatuin jadi panas!"

Alexa menggangguk mengerti, lalu mengambil salah satu gorengan. Pelipis dan dahi Eas masih di banjiri keringat, ia sudah tidak bisa mengontrol emosinya. Ia malas melihat ke arah dua sejoli di meja ujung. Panas. Pedas. Sakit. Cemburu. Tertuang menjadi satu saat ini.

Tiba-tiba Rasya datang dan duduk di samping Eas. Rasya memperhatikan wajah Eas yang sudah di banjiri keringat.

"Gilaaa, lo suka yang pedes-pedes?" Tanya Rasya penasaran.

"Iya," jawab Eas singkat.

Alexa menengok ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Vanno. "Vanno mana?"

Rasya langsung beralih melihat Alexa "balik,"

"Lo di tinggalin!?" Kali ini Astrid yang bertanya.

Rasya tertawa "ya kali, nggak gue minta dia balik duluan ke kelas. Gue pengen ke kalian dulu,"

Alexa dan Astrid mengangguk mengerti, sedangkan Eas? Dia diam-diam mendengarkannya sambil menguyah gorengan itu. Ia tak perduli kalau nanti perutnya akan mengajaknya ke toilet.

"Eas, abis itu saus kantin. Kalo doyan tu jangan gitu," ingat Rasya, Eas langsung menoleh sekilas ke arah Rasya, lalu ia bangkit. "Xa, ni duitnya. Gue mau pergi dulu, makasih," Eas memberikan uang seharga sepuluh ribu rupiah kepada Alexa karena gorengannya banyak yang ia lahap dan Alexa hanya mengganga melihat kelakuan Eas barusan.

"Mau kemana?" Tanya Rasya tetapi tak di jawab Eas.

"Dia kenapa si?" Tanya Rasya penasaran tetapi kedua sahabatnya hanya menjawab dengan gelengan kepala tanda tak mengerti.

"Marah sama gue apa ya? Karena gue ninggalin ke kantin. Kalo iya, kalian ko nggak? Ah biasalah Eas PMS," ucap Rasya, kedua temannya juga tak niat membalas pertanyaannya. Mereka berdua tidak marah tapi bingung harus menjawab apa karena tingkah Eas tadi.

***

Hiiii
Maap aku udah lama nggak up
Hihihi
Sorry
Makasih banyak yang udah mampir
Se yuuuuuu

#dirumahaja
#Sabtooooo
#18April2020
#see_u

Prasasti HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang