Millo masih melihat kanan-kirinya, dan akhirnya ia melihat di sebelah kanan, kakaknya berjalan ke arahnya, karena ia melambaikan tangan.
"Itu kakak aku, kak," tunjuk Millo ke pria itu, membuat Rasya mematung di tempat.
"Dia,"
Pria itu menghampiri Millo dan Rasya. Pria itu tetap berekspresi datar, sedangkan Rasya sudah tercengang sejak melihatnya.
Pria itu sudah ada di hadapan Millo, dan tersenyun manis.
Rasya masih berkutik dengan hatinya.
"Kak,"
"Kak,"
"Kakak," panggil Millo lagi karena tak ada sautan dari Rasya. Rasya akhirnya sadar.
"Eh-- iya,"
"Ini kakak aku,"
"Lo, ka-kaknya Mil-lo, Van?" tanya Rasya pada prasasti hidup itu. Siapa lagi kalau bukan, Levanno.
"Bukan," jawab Vanno irit.
"Kok, kak Vanno udah kenal kakak Asya?" tanya Millo bingung.
"Asya?" tanya Vanno bingung.
"Iya kakak cantik ini," tunjuk Millo pada Rasya.
"Aku satu sekolah sama dia," timpal Rasya.
'Dasar irit! Untung suka,' keluh batin Rasya.
"Bukannya adek lo perempuan aja, ya?" Rasya terlihat kikuk, ia sangatlah bodoh mengapa harus menanyakan hal seperti itu. Hampir saja ia ingin menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena kesal.
"Iya," jawab Vanno lagi-lagi irit. Membuat Rasya mendengus pasrah. "Millo adek, sepupu gue," jelas Vanno dan di angguki oleh Rasya.
"Ini ice cream mu, ayo pulang," ajak Vanno pada Millo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prasasti Hidup
Novela JuvenilKalian tahu Prasasti, kan? Sebuah batu yang ditulis dengan huruf-huruf kuno, peninggalan kerajaan-kerajaan zaman dahulu. Cerita ini nggak menceritakan tentang kerajaan zaman dahulu, tetapi menceritakan tentang seorang gadis yang menyukai pria yang d...