23. Gugup😩

85 15 10
                                    

'Seringnya kita merelakan orang yang kita suka untuk orang lain, tanpa memikirkan diri sendiri yang terluka'

***

Eas menempati janjinya pa
da Rasya untuk mengajaknya ke toko buku. Sekarang mereka tengah memasuki  pusat perbelanjaan di kota Jakarta.

Eas melirik ke arah Rasya yang sedang senyum-senyum sendiri. Eas senang karena bisa membuat Rasya seperti ini. Tiba-tiba tangan kanan Eas mengacak-acak rambut Rasya, dan membuat Rasya menoleh.

"Ish, jail banget si!" Ketusnya. Eas tertawa melihat wajah Rasya yang berubah drastis karena ulahnya.

Mereka sekarang sudah memasuki toko buku. Mereka berpisah untuk mencari buku yang mereka cari.

Rasya tengah berada di bagian novel, sedangkan Eas berada di bagian komik. Rasya tengah membaca deskripsi novel-novel tersebut. Sudah ada dua judul novel yang berbeda di tangan Rasya.

"Borong mbaknya?" Tanya Eas terkikik geli melihat ekspresi serius dari wajah Rasya saat membaca deskripsi tersebut.

Rasya memukul bahu Eas menggunakan buku yang ada disampingnya, "Aihhh, sakit Sya," keluhnya.

"Lagian si," kesalnya. Eas senang bisa mengerjai Rasya hingga moodnya berubah seperti sekarang.

"Lo beli berapa buku?"

"Cuma tiga, lebih tipis dan enteng. Nggak kek punya lo," goda Eas. Rasya membalasnya dengan lirikan sinis. Eas terkikik geli melihat raut wajah Rasya.

"Hehe, sorry gue bercanda. Udah selesai?"

"Menurut lo gue beli berapa ya?" Bukannya menjawab Rasya malah menanya balik. "Tapi dirumah masih ada dua novel yang belum sempet dibaca," lanjutnya.

"Mau beli tiga-tiganya?"

"Ihhh, jawab dulu, Yas. Jangan balik nanya!" Kesalnya. Eas tersenyum manis "terserah lo, kalau mau se toko buku nya juga boleh. Jadi, ntar gue tinggal minjem komik ke lo aja," jawab Eas enteng.

Plakkk...

Rasya memukul lagi bahu Eas menggunakan buku ditangannya. Eas meringis dan mengelus bahu yang sempat dipukul oleh Rasya.

"Rutinitas ya?"

"Ha?"

"Iya, lo rutinitaskan mukulin bahu gue? Kalau nggak, nggak bakal afdol kan?"

"Karena lo ngeselin, kalo nggak. Nggak bakalan gue kek gitu," kesal Rasya.

"Padahal ngeselin Vanno, daripada gue. Tapi kenapa gue terus yang dipukulin?" Eas seperti sedang berpikir.

Raut wajah Rasya seketika berubah, ia mendengus kesal mendengar pertanyaan Eas. Eas melihat raut wajah Rasya yang tidak bersahabat karena ucapannya, Eas merasa tidak enak padanya. Tiba-tiba terlintas ide dibenaknya.

Eas menarik tangan Rasya, yang tidak membawa novel. Rasya terlonjak kaget karena ulah Eas barusan.

"Eit," Eas menoleh dan tersenyum.

Mereka pergi menuju kasir. Eas langsung mengambil alih kedua novel yang berada ditangan Rasya. Ia membayar ketiga komiknya dan dua novel Rasya, Rasya sempat menolak tapi Eas memberi lirikan tajam, ia tidak mau banyak bicara karena ini tempat umum dan tidak mau tenaganya dihabiskan, hanya untuk memarahi Eas saja. Rasya mendengus kesal, mau tak mau dia harus mengalah pada pria disampingnya.

Keduanya keluar dari toko buku. "Mau kemana lagi?" Tanya Eas.

Rasya tampak berpikir, "eum, kemana ya?" Ia malah balik bertanya.

Prasasti HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang