17. Gue bodoh!🔪

117 27 12
                                    

"Hayalan! Buayan! Semua ini gara-gara kamu yang menjerat hati ku dengan rantai! Aku tidak sanggup melepaskannya! Aku terlalu bodoh menaruh hati ku padamu. Dan, akhirnya kamu memilih 'dia' yang ada disana, dari pada aku yang ada disini,"

"Gimana kata-kata, gue?" tanya Frans setelah membaca tulisannya di buku.

"Jelek!"

Frans menatap tajam Vanno. "Alah, jelek-jelek ge ngena dia hati lo, Van," kesal Frans ketika karyanya di remehkan.

"Tanya aja yang lain," suruh Vanno.

Argham berdecak kesal ketika di ganggu oleh Frans ketika sedang memainkan PS (play station).

"Apa, Njer!?"

"Gimana? Bagus kan?"

"Ha? Apanya?" tanya Argham bingung, ia masih setia pada gamenya ditemani Raka.

Vanno tertawa mendengar percakapan mahluk aneh itu.

"Dasar! Game membuat semuanya berubah! Game penghalang diantara kita! Kamu lebih perhatian ke game dari pada aku yang ada disini," Frans mengeluarkan jurusnya.

"Alay!" cibir Argham.

Frans menghempaskan tubuhnya di badcover, ia mendengus kesal karena ketiga sahabatnya tidak mengapresiasi karyanya yang sudah ia buat dengan bolak-balik  kamar mandi.

Ia menatap buku yang ia pegang dan ia baca berulang-ulang lagi.

'Perasaan nggak ada yang salah, apa gue selalu salah dimata mereka?' batinnya ngaco.

Raka menoleh ke belakang "gue baca sini!"

"Nggak! Nanti di cibir!" kesalnya.

"Ya, gue coba baca dulu lah!"

Frans memberikan bukunya pada Raka, Raka nampak serius membaca tulisan Frans.

"Mayan, nggak jelek-jelek amat," aku Raka.

"Nggak jelek-jelek amat? Jadi men----"

"Mana pensil?" tanya Raka memotong pembicaraan Frans. Frans melemparkan pensil pada Raka.

"Gue bikin nih!"

"Tunggu," lanjut Raka.

"Pada bucin! Untung gue enggak!" timpal Argham seenak jidat yang digoreng.

Vanno sibuk men-scroll sesuatu di layar ponselnya.

Malam ini Vanno kedatangan setan, jurig, dan dedemit. Mereka membuat kamarnya seperti kapal pecah! Vanno hanya mendengus pasrah. Hal yang biasa terjadi ketika para sahabatnya datang ke rumah.

"Kamu begitu menarik! Hingga menarik perhatian ku! Dan, aku terlena karena ulah mu!" ucap Raka.

"Asoyyyy, tarek mang tarekkk," Argham mengapresiasi karya Raka, dan membuat Frans semakin jengkel.

"Aku selalu salah dimatamu!" alaynya.

"Sekali lagi lo kek gitu. Gue tebas," ucap Argham.

Frans menutupi mukanya dengan bantal milik Vanno. "Biasanya dapet gelas cantik, ini mah tebasan cantik!" ucap Frans sebelum menutupi mukanya.

"Van," panggil Raka.

Vanno mendongakan kepalanya dan menoleh kearah Raka. "Apa?" lalu ia menatap layar ponselnya kembali.

"Gimana?"

"Apanya?" bingung Vanno.

"Lo sama Rasya,"

Prasasti HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang