5. Pertengkaran

13.8K 508 8
                                    

'Selamanya kau hanyalah milikku, aku menghadirkannya untuk melengkapi kebahagiaan kita bukan untuk merebutmu dari sisiku'

~Nadhifa Alena Dinata~

🍂🍂🍂

Tepat saat adzan shubuh berkumandang, Alena baru saja memakirkan mobil merahnya di depan rumah megahnya bergaya Eropa yang suaminya desain sendiri sesuai kesepakatan mereka berdua. Ini bukan kali pertama ia pulang shubuh, ia memang lebih sering menginap di lokasi syuting apalagi jika sedang menjalani syuting sinetron striping.

Alena segera mencabut kunci mobilnya, mengambil tas kecilnya yang berada di jok samping kemudi lantas beranjak turun dari mobilnya. Meski telah menjadi artis terkenal, tetapi Alena jarang menggunakan sopir jika bukan karena terpaksa karena ia terlalu lelah atau saat perjalanan jauh saja.

Alena menghentikan langkahnya sebelum naik ke anak tangga yang berada di teras rumahnya. Ia melihat ke garasi rumahnya yang kosong tidak ada mobil suaminya. Keningnya mengernyit bingung, tidak biasanya suaminya pergi sepagi ini kalau pun ke luar kota suaminya pasti meminta izin kepadanya atau memang semalam suaminya tidak pulang ke rumah. Segera Alena mengambil ponselnya yang berada di dalam tas miliknya, langsung menghubungi suaminya. Alena tidak ingin jika ketakutannya akan menjadi kenyataan. Suaminya tidak pulang ke rumah, tetapi justru pulang ke rumah perempuan kampung itu. Sampai kapan pun Alena tidak akan pernah rela jika perempuan itu mengambil suaminya.

"Mas kenapa ponselnya enggak aktif sih? Mas ada di mana sebenarnya?" gumam Alena gelisah, sudah ke sekian kalinya ia mencoba menelfon suaminya. Namun, tetap saja hanya suara operator saja yang menjawabnya. Entah di mana suaminya sekarang dan mengapa ponselnya tidak aktif membuat ia semakin merasa gelisah.

"Bi, Bapak mana? Kok mobilnya tidak ada di garasi, apa Bapak udah berangkat ke kantor?" tanya Alena cepat ketika pembantunya membukakannya pintu rumah. Setelah kepindahan Zalfa mereka memang mencari pembantu baru untuk menggantikan pekerjaan Zalfa.

"Sejak semalam Bapak tidak pulang, Bu. Saya pikir Bapak lagi bersama Ibu," jawab Dewi---perempuan setengah baya yang telah bekerja bersamanya sejak beberapa minggu lalu. Diambilnya koper dari genggaman majikannya yang berisi pakaian serta peralatan syutingnya lantas menariknya masuk ke dalam rumah.

"Sial! Kalau sampai benar Mas Elang berada di rumah perempuan kampung itu lihat saja apa akibatnya untuk perempuan itu nanti!" Alena menggerutu melemparkan tasnya sembarangan sebelum ia menghempaskan tubuh lelahnya ke atas sofa ruang tengah. Ia mencoba menghubungi suaminya hingga puluhan kali, tetapi tetap saja yang ia dapatkan hanyalah kekecewaan.

Kedua mata Alena yang sempat terpejam sebentar kembali terbuka lebar setelah ia mendengar deru suara mobil milik suaminya yang telah ia hafal di luar kepala. Segera ia beranjak dari duduknya menuju pintu utama rumah mereka.

"Biar saya saja Bi yang buka!" cegah Alena saat dilihatnya Dewi akan membuka pintu rumahnya setelah mendengar suara bel pintu.

Dewi mengangguk paham, "Baik Bu," jawab Dewi sopan kembali menuju dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Dari mana saja Mas? Bibi bilang dari semalam Mas tidak pulang?" tanya Alena langsung setelah suaminya masuk ke dalam rumah. Rasa kesal sekaligus takut membuatnya ia tidak bisa berpikir apakah suaminya itu sedang lelah atau tidak baginya mendapatkan jawaban atas ketakutannya saat ini adalah yang lebih penting.

Elang menghela napasnya kasar seraya membuka kancing lengan kemejanya menggulungnya hingga ke siku. "Semalam Mas menginap di apartement Rayhan. Untuk apa juga Mas pulang jika Alena saja pulangnya pagi buta," jawab Elang berbohong. Pria itu tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya atau masalah baru akan kembali tercipta. Elang segera beranjak menuju dapur membuka pintu kulkas mengambil botol air dingin lantas menuangkannya ke dalam gelas sebelum meminumnya.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang