Chapter 19

13.7K 546 53
                                    

'Cinta suamiku hanyalah miliku untuk selamanya, tidak akan aku biarkan siapa pun merebutnya dari diriku. Sebab hanya akulah penggenggam seluruh hati suamiku.'

~Nadhifa Alena Dinata

🍂🍂🍂

"Mas ada apa? Sejak tadi Alena lihat Mas seperti gelisah, apa ada masalah Mas?"

Alena menghampiri suaminya yang tengah duduk sendirian di gazebo rumah suaminya sembari memperhatikan keluarga besar mereka yang tengah asyik pesta barbeque bersama. Biasanya suaminya itu ikut menikmati karena moment seperti inilah yang suaminya sukai. Namun Alena merasa ada yang berbeda dengan suaminya. Seakan hanya raga suaminya yang berada di sini tetapi pikirannya ada di tempat lain.

Elang mendongakan kepalanya tersenyum ke arah istrinya. "Tidak ada apa-apa Sayang, hanya ada sedikit masalah pekerjaan aja," jawabnya memeluk bahu istrinya mesra. Elang tidak ingin kalau sampai istrinya mencurigai perasaannya yang kini mulai terbagi.

"Benarkah?" Alena mendongakan kepalanya menatap suaminya untuk mencari kebohongan di kedua mata suaminya.

"Apa sekarang Alena sudah mulai mencurigai Mas, hmm?" Elang balik bertanya, jemarinya mengusap-usap lembut punggung tangan istrinya yang berada digengagamannya. Ia ingin membuat istrinya terus merasa nyaman berada di sampingnya.

Alena menghela napasnya pelan membalas genggaman tangan suaminya. "Entahlah Mas, belakangan Alena merasa kalau Mas tidak lagi sepenuhnya milik Alena. Apakah benar jika perasaan Mas mulai terbagi untuk wanita lain Mas?" jawab Alena sembari mengajukan pertanyaan untuk suaminya.

Meski sakit saat menanyakannya tetapi Alena merasa harus mempertanyakan soal ini kepada suaminya. Sebab tidak jarang ia melihat suaminya itu keluar pada tengah malam dan kembali pulang ketika shubuh menjelang saat ia belum bangun dari tidurnya. Mungkin suaminya berpikir jika selama ini ia tidak mengetahuinya. Namun semua itu salah, sebab setiap gerak gerik suaminya selalu Alena perhatikan. Bahkan perubahan sikap suaminya pun tidak lepas dari perhatiannya. Dan semua itu cukup mengusik perasaan Alena yang mulai takut juga gelisah. Takut jika apa yang selama ini ia bayangkan akan terjadi, suaminya akan meninggalkannya demi perempuan lain terlebih jika itu istri kedua suaminya yang kini bisa memberikan suaminya anak. Sesuatu yang selama ini tidak bisa ia berikan kepada suaminya. Membayangkan kehilangan suaminya cukup menjadi alasan air matanya kini.

"Hei ... hei Alena berpikir apa sih?" Elang merangkum wajah cantik istrinya, menyeka air matanya yang menetes. "Semua itu tidak benar, perasaan Mas masih milik Alena sepenuhnya dan itu tidak akan pernah berubah sampai takdir memisahkan kita berdua," ujar Elang mengecup kening istrinya lama untuk meyakinkannya.

Perasaan bersalah semakin menyusup di hati kecil Elang. Tidak seharusnya ia membagi cintanya untuk perempuan lain. Apalagi Alena begitu mempercayai dirinya, tulus menyayangi juga mencintainya sedangkan ia justru membagi perasaannya. Kini Elang berada dalam kedilemaan, satu sisi ia takut menyakiti istri pertamanya yang telah tulus mendampinginya selama ini. Namun di satu sisi ia juga tidak bisa mengingkari perasaannya kepada wanita yang kini tengah mengandung calon anaknya.

"Alena takut kalau Mas akan tinggalin Alena hiks apalagi Alena tidak bisa mewujudkan keinginan Mas untuk menjadi seorang Ayah. Sedangkan Zalfa baru menikah beberapa bulan bersama Mas saja sudah hamil anak Mas hiks, Alena ini bukan istri yang sempurna untuk Mas," isak Alena melingkarkan kedua tangannya di pinggang suaminya erat. Rasa takut kehilangan begitu menghantuinya, apalagi saat ia mengingat cerita teman-temannya yang ditinggalkan suami mereka demi wanita lain.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang