Chapter 34

655 54 0
                                    

"Mungkin aku memang telah banyak menyakitmu tetapi bukan berarti kamu bisa menikah dengan lelaki lain karena hanya aku yang berhak dan pantas menjadi suami kamu"

~Erlangga Naratama~

🍁🍁🍁

Suasana makan malam terasa begitu canggung untuk Zalfa dan Elang. Keduanya diam membisu terbelenggu oleh pikiran mereka masing-masing. Mereka hanya akan bicara jika Kiran bertanya pada mereka. Selebihnya keduanya bungkam sembari mengaduk-aduk makanan yang ada di piring mereka.

Entahlah nafsu makan Zalfa hilang begitu saja semenjak kejadian tadi siang di mana Elang telah memutuskan kembali ke rumah lamanya. Seharusnya Zalfa merasa senang karena dengan begitu ia tidak harus melihat pria itu setiap hari. Namun justru kini ia merasa berat melepas pria itu pergi dari rumah ini. Bukan karena ia masih cinta, hanya saja ia merasa kasihan kepada putrinya karena harus berpisah jauh dari ayahnya kembali. Benarkah dengan membiarkan Elang pergi dari rumah ini adalah pilihan yang terbaik untuk semua orang? Atau memang dirinya yang begitu egois karena hanya memikirkan perasaannya sendiri.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!"

Semua orang yang berada di meja makan langsung menoleh ke arah pintu utama setelah mendengar seseorang datang sembari berucap salam. Binar bahagia langsung terlihat jelas dari kedua mata Kiran setelah ia melihat siapa tamu yang datang. Segera ia beranjak turun dari kursinya, berlari ke pelukan pria yang baru saja datang.

"Papa Ray!" teriak Kiran ceria seraya melompat ke dalam pelukan Rayhan dengan bahagia.

Uhuk ...

Elang seketika tersedak setelah mendengar panggilan Kiran untuk Rayhan. Terkejut? Tentu saja, Elang tidak menyangka jika orang yang Kiran ceritakan sebagai  "papa" adalah Rayhan. Berbagai pertanyaan seketika timbul di pikiran Elang. Elang tidak menyangka jika sahabatnya Rayhan menjalin hubungan yang begitu dekat dengan putrinya. Dan bodohnya selama ini ia tidak mengetahuinya. Mungkin karena ia terlalu sibuk dengan kehidupannya bersama Alena  sehingga ia tidak bisa melihat apa yang terjadi di sekelilingnya.

"Pelan-pelan makannya, ayo minum dulu." Zalfa mengangsurkan segelas air putih ke hadapan Elang yang langsung menatapnya dengan pandangan penuh tanya seolah meminta penjelasan padanya.

"Kenapa Kiran memanggil Rayhan dengan sebutan Papa? Sejak kapan Rayhan dekat dengan kalian berdua?" Elang bertanya seraya menerima segelas air putih dari tangan Zalfa. Kedua matanya menatap tajam ke arah Zalfa. Ia tidak terima, tidak ada yang boleh dekat dengan mereka selain dirinya.

Menghela napasnya pelan. Zalfa mengalihkan pandangannya ke arah Rayhan dan putrinya yang terlihat begitu dekat. Maka tidak jarang orang melihat mereka berpikir jika mereka adalah ayah dan anak.

"Zalfa!" Elang semakin kesal ketika Zalfa hanya terdiam memperhatkan Rayhan dan Kiran. Kekesalannya bertambah saat melihat putrinya bergelayut manja di leher Rayhan. Posisinya sedang terancam saat ini. Seharunya putrinya hanya bermanja dengannya bukan pada Rayhan.

"Setelah Mas memutuskan hubungan dengan kami Bang Rayhanlah yang menggantikan posisi Mas untuk kami," jawab Zalfa tanpa mengalihkan pandangannya dari Kiran dan Rayhan.

"Abang!" Darah Elang semakin mendidih setelah mendengar panggilan Zalfa untuk Rayhan.

"Mbak, tolong bawa Kiran ke kamarnya," titah Rasty kepada asisten rumah tangganya. Ia tidak ingin jika cucunya melihat hal yang seharusnya tidak ia lihat karena Kiran masih sangat kecil untuk bisa memahami urusan orang tuanya.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang