Chapter 35

573 42 1
                                    

'Mungkin ini adalah saatnya untuk melepaskannya dan membiarkannya hidup bersama dengan orang lain'

~Erlangga Naratama~

🍁🍁🍁

Zalfa, meremas jemarinya dengan gugup. Ia tidak menyangka jika permintaannya yang spontan malam itu begitu ditanggapi serius oleh Rayhan. Pria itu dengan berani mengajaknya menikah dalam jangka waktu satu minggu. Zalfa pikir semua itu hanya bercanda tetapi ia salah karena ternyata seminggu kemudian semua persiapan pernikahan mereka telah siap. Bukan acara yang sederhana tetapi sangatlah mewah. Zalfa sendiri sampai dibuat bingung bagaimana bisa Rayhan menyiapkan semuanya hanya dalam waktu satu minggu. Sungguh di luar dugaannya.

Sekali lagi Zalfa kembali menghela napasnya pelan berharap semua itu bisa meredakan perasaan aneh yang kini memenuhi hati dan pikirannya. Bukankah ini yang ia inginkan selama ini, memulai hidup baru dengan orang lain dan melupakan Elang selamanya. Namun mengapa rasanya bisa sesakit ini. Tidak bisa dipungkiri perasaan cinta itu masih untuk Elang tetapi rasa kecewa dan sakit hati ternyata lebih mendominasinya. Namun, benarkah keputusan yang ia ambil? Bukankah itu sama saja menjadikan Rayhan sebagai pelampiasan perasaan egoisnya yang terus menolak kehadiran Elang kembali.

"Zalfa!"

Tubuh Zalfa menegang seketika mendengar seseorang yang masih mengisi relung hatinya masuk ke dalam kamarnya. Zalfa semakin risau, saat ia melihat bayangan Elang dari cermin meja riasnya sedang mengunci pintu kamarnya dari dalam.

"Mau ngapain Mas datang kesini?"tanyanya berdiri dari duduknya dan berbalik arah untuk melihat ke arah Elang yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

Elang terdiam sejenak. Kedua matanya terpejam untuk sebentar diiringi dengan helaan napasnya pelan. Sekuat tenaga ia mencoba untuk bangun dari duduknya. Walau berkali-kali ia terjatuh, tetapi itu tidak mengurangi semangatnya untuk bisa berjalan lagi. Setidaknya kali ini, demi Zalfa ia harus bisa berdiri di atas kedua kakinya sendiri.

"Mas pelan-pelan!" Zalfa segera menopang tubuh besar Elang yang akan terjatuh ketika ia sedang mencoba untuk berdiri dari duduknya.

"Jangan dipaksakan untuk berdiri, Mas masih perlu untuk therapy agar bisa berdiri sendiri," ujar Zalfa kembali membantu Elang dengan mengambilkan tongkatnya yang tertinggal di kamarnya semalam.

"Apa kamu yakin akan menikah dengan Rayhan dan melupakan semua yang pernah terjadi dengan kita berdua, Zalfa?" tanya Elang lirih. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi agar pernikahan ini tidak terjadi.

"Kisah kita telah berakhir sejak tujuh tahun lalu, Mas," jawab Zalfa tanpa menatap ke arah mantan suaminya.

"Benarkah?" Elang bertanya sembari berjalan perlahan mendekati Zalfa yang berdiri di dekat jendela kamarnya.

"Apa cinta itu benar-benar sudah mati, Zalfa? Apa kamu tidak lagi memiliki rasa cinta untuk Mas, Zalfa? Apa kamu benar-benar akan memberikan posisiku untuk Rayhan?" tanyanya bertubi-tubi. Ia tarik tangan Zalfa agar berbalik menatapnya.

Zalfa terdiam bersamaan dengan air matanya yang mulai menetes. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia bingung harus memberikan jawaban apa kepada Elang. Di dasar hatinya, cinta itu masih ada dan akan tetap ada tetapi karena keegoisannya yang terus menolak Elang bahkan meminta Rayhan untuk menikahinya maka ia harus mengubur dalam-dalam cinta itu untuk dirinya sendiri. Dan mulai sekarang ia harus belajar membuka hati untuk Rayhan, calon suaminya.

Elang meraih kedua tangan Zalfa untuk ia genggam dengan erat. "Kebungkamanmu dapat Mas artikan bahwa cinta itu masih ada untuk Mas, Zalfa?" tanyanya kembali, Elang meletakan keningnya di atas punggung tangan Zalfa.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang