Chapter 24

9.5K 445 64
                                    

Zalfa meremas jemarinya pelan, sesekali ia menyelipkan helaian rambutnya yang menghalangi pandangan matanya ketika jatuh di pelipisnya. Sungguh, ia tidak ingin berada di situasi seperti ini. Jika saja ia bisa menolak mungkin ia tidak akan di sini. Di rumah suaminya untuk menghadiri acara tujuh bulanan Alena. Entah apa yang ada dalam pikiran suaminya sehingga mengajaknya untuk datang kesini. Andai saja pria itu mengerti perasaannya, mungkin suaminya tidak akan mengajaknya datang tetapi sepertinya pria itu memang tidak akan pernah memahami dirinya sedikit pun.

Walaupun sudah mengatakan cinta tetapi tetap saja cinta suaminya hanyalah untuk Alena seorang. Dirinya tidak pernah ada tempat dalam hati suaminya itu. Seharusnya Zalfa tidak lagi berharap lebih kepada pria itu karena sampai kapan pun statusnya di depan suaminya hanyalah wanita sewaan yang akan melahirkan anaknya lalu dibuang begitu saja. Rasanya Zalfa ingin menyalahkan takdir hidupnya yang terus saja mempermainkan dirinya tiada henti. Seakan tidak ada kebahagiaan dalam garis takdirnya.

"Jangan khawatir semua akan baik-baik saja." Elang berucap sembari menggenggam tangan istrinya menyalurkan keberanian untuknya.

"Untuk apa Mas mengajak Zalfa kesini? Apa belum cukup penderitaan yang Mas berikan untuk Zalfa?" tanyanya mengabaikan ucapan suaminya. Ia bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi di dalam sana nanti.

"Untuk anak kita," jawabnya singkat ia memalingkan wajahnya menatap istrinya yang terlihat khawatir. "Acara ini untuk mendoakan bayi dalam kandungan kamu, bagaimana doa itu bisa sampai kalau kamu tidak datang, benar kan?" lanjut Elang.

"Anak kalian," sangkal Zalfa mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil suaminya. "bayi ini akan menjadi anak Mas dan Mbak Alena," lirih Zalfa mengusap pelan perutnya yang semakin membuncit. Rasanya Zalfa tidak ingin berpisah dengan bayi yang telah hidup dalam rahimnya selama sembilan bulan ini. Bagaimana bisa Zalda melepaskan setengah jiwanya untuk orang lain?

"Kita turun sekarang!" Elang tidak lagi menjawab ucapan istrinya karena itu akan membuatnya semakin melukai hati Zalfa dan ia tidak ingin melakukan hal itu.

Zalfa menganggukan kepalanya, menghapus cepat air matanya sebelum ia turun dari mobil suaminya mencoba menahan kegelisahan dalam dirinya setelah membahas soal anak dalam kandungannya. Kepala Zalfa mendongak, menatap rumah kedua orang tua suaminya. Ini kali pertama ia melihat rumah seindah juga semewah ini bahkan dulu di kampungnya tidak ada rumah seperti ini meskipun orang itu kaya raya.

Rumah ini terlalu mewah jika di sebut sebagai rumah sebab bangunan megah bergaya Eropa layaknya sebuah istana di negeri dongeng yang selalu ibunya ceritakan saat ia masih kecil. Kedua buah pilar yang berdiri kokoh di sisi kanan kiri rumah tersebut menambah kemegahan rumah tersebut. Sungguh, Zalfa seperti ini bisa melihat rumah semewah ini. Dalam mimpi pun Zalfa tidak pernah berkkhayal untuk masuk ke dalam bangunan megah seperti ini.

"Kenapa berdiri disitu aja? Ayo masuk!" ajak Elang menyadarkan keterdiaman istrinya yang langsung menganggukan kepalanya dan mengikuti langkah suaminya.

Alena menghentikan langkahnya ketika akan menuju ke dapur saat ia melihat ke arah pintu utama rumah mertuanya. Kedua matanya membulat sempurna, suaminya datang bersama istri sirihnya. Entah apa yang ada dalam pikiran suaminya sehingga mengajak wanita itu datang ke rumah ini. Padahal mereka berdua telah sepakat untuk tidak membawa Zalfa ke dalam keluarganya. Sebab hanya Alena yang memiliki status sebagai menanti di keluarga ini tidak ada wanita lain apalagi itu Zalfa yang jelas-jelas sudah menikah dengan suaminya.

Segera Alena menghampiri keduanya sebelum keluarga suaminya mengetahui kehadiran mereka. Sebab kalau sampai itu terjadi maka semua rencana yang telah mereka susun dengan rapi akan berantakan. Apalagi jika sampai mertuanya tahu jika ia tidak sedang hamil tetapi Zalfa mungkin ia pasti akan langsung diminta berpisah dengan suaminya dan Alena tidak menginginkan hal itu terjadi. Ia masih membutuhkan suaminya saat ini, tujuannya menikah dengan Elang belum berhasil.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang