11. Kabar Buruk

11.7K 487 27
                                    

'Mendengarnya menangis terisak seperti itu membuat sesuatu dalam diriku merasakan kesakitan yang sama dan keinginanku untuk selalu berada di sampingnya tidak bisa aku tahan lagi'

~Raezya Erlangga Naratama~

🍂🍂🍂

Zalfa tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. Mengapa ia merasa gelisah tanpa alasan seperti ini? Rasanya ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Namun Zalfa tidak mengerti apa dan sebab asal kegelisahannya. Hingga di otaknya terlintas satu buah nama yang hampir satu bulan ini tidak mengunjunginya, mengirimkannya sebaris pesan pun tidak. Padahal biasanya dia begitu aktif datang ke rumahnya dua hari sekali, mengiriminya pesan atau menelfonnya sebelum tidur.

Namun semua itu lenyap bersamaan penolakannya untuk berjanji kepada dia. Apa mungkin semua sumber kegelisahannya karena ia merindukan pria itu sedemikian dalam hingga rasanya ia tidak memiliki gairah untuk melakukan apapun. Sebab nama pria itu seakan terus menari-nari memenuhi otak dan pikirannya, Zalfa harus melakukan apa saat ini. Haruskah ia menghubungi pria itu dan meminta maaf karena telah menolaknya, tetapi bagaimana jika sampai perbuatannya itu dikatahui Alena maka keluarganya pasti akan terancam. Apalagi pria itu seakan menjaga jarak dengan tidak menghubunginya selama itu, dalam artian mungkin saja pria itu tidak sungguh-sungguh mengungkapkan perasaannya. Buktinya Elang tidak berjuang untuk menyakinkannya pria itu justru memilih menjauh karena mendengar permintaannya kala itu.

Menghela napasnya pelan. Zalfa lantas membasuh wajahnya menggunakan air dingin, mendongakan kepalanya menatap pantulan dirinya di depan cermin kamar mandi. Wajahnya sedikit pucat, bahkan bibirnya yang biasanya merah meski tanpa pemoles bibir kini terlihat pucat. Pasti semua ini karena keadaan tubuhnya yang tiba-tiba drop seminggu belakangan. Ia sering merasa mual saat pagi hari seperti sekarang ini saat bangun dari tidur ia langsung merasa ingin sangat mual dan ingin muntah. Selain itu Zalfa juga selalu merasa pusing tiba-tiba saat mencium bau yang menyangat juga ia sering mudah lelah. Zalfa tidak mengerti apa yang terjadi kepada tubuhnya, padahal biasanya jika ia sedang tidak enak badan ia tidak pernah merasa mual seperti ini. Paling sebatas pusing, batuk atau pilek saja, tetapi kenapa sekarang berbeda. Nafsu makannya pun menurun, melihat nasi saja ia rasanya ingin muntah saat itu juga. Dan anehnya, belakangan Zalfa juga sering menangis tanpa alasan yang jelas juga apalagi jika ia sedang memikirkan suaminya pria yang seharusnya tidak ia rindukan tetapi ia justru menginginkan pria itu terus berada di sampingnya saat ini padahal ia sendiri yang meminta suaminya menjauh.

Semua perasaan ini terkadang membuat Zalfa bingung sebab sebelumnya ia tidak pernah merasakan ini, selain itu Zalfa juga merasa tersiksa karena tidak bisa meluapkan rasa rindunya kepada sang suami. Padahal jika di telaah lebih dalam lagi Zalfa juga memiliki hak yang sama atas Elang sama seperti Alena lalu mengapa ia harus mengalah sedangkan selama ini Alena juga tidak pernah bersikap baik kepadanya. Bahkan wanita itu lebih sering menyakitinya dengan segala tindakan dan juga ucapannya. Haruskah kali ini Zalfa bersikap egois demi mendapatkan kebahagiaannya dengan merebut kebahagiaan orang lain?

Lamunan Zalfa buyar seketika saat gawai yang ia letakan di atas meja nakas samping tempat tidurnya berdering pertanda ada seseorang yang menelfonnya. Segera Zalfa mematikan kran air wastafel sebelum beranjak ke luar dari kamar mandi. Hatinya sedikit berdebar ketika ia meraih ponselnya untuk melihat sang pemilik nama. Entah mengapa ia begitu berharap jika yang menelfonnya kali ini adalah orang yang sama yang telah membuat ia gelisah tanpa alasan. Setidaknya rindu dalam hati Zalfa akan sedikit terobati meskipun hanya dengan mendengar suaranya saja.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang