Chapter 21

9.1K 476 29
                                    

“Kita akan pergi kemana, Mas?” tanya Zalfa memberanikan diri bertanya kepada pria yang tidak lain adalah suaminya sendiri.

Jalan yang mereka tempuh saat ini bukanlah jalan menuju ke rumah yang selama ini ia tempati untuk sementara waktu. Untuk itu Zalfa bertanya kepada suaminya yang begitu fokus menggenggam kemudi mobilnya. Tidak bukan menggenggam tetapi mencengkram seperti tengah menahan sesuatu dalam dirinya yang entah apa itu Zalfa tidak mengetahuinya.

Sebelum menjawab pertanyaan istrinya Elang terlihat menghela napasnya pelan untuk meredam emosinya yang terasa ingin meledak seketika saat tanpa sengaja ia melihat istrinya begitu dekat dengan pria lain. Bahkan saat pria itu mengecup keningnya pun istrinya sama sekali tidak menolaknya dan itu semakin membuat amarah dalam diri Elang terbakar seketika. Entah mengapa, Elang merasa tidak rela ada pria lain menyentuh Zalfa sebab hanya dirinyalah yang berhak atas diri Zalfa tidak ada orang lain.

“Ke suatu tempat,” jawab Elang sangat singkat.

Zalfa tidak berani bertanya kembali saat mendengar nada bicara suaminya yang begitu dingin. Membuat Zalfa menyadari jika hati suaminya sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Entah apa yang terjadi sehingga suaminya itu terlihat sedang marah pada seseorang atau pada dirinya. Sikap Elang itu semakin membuat Zalfa merasa sangat kesal, karena seharusnya dirinyalah yang marah pada suaminya itu yang telah mengabaikannya tanpa sebab yang jelas. Namun lihatlah sekarang, justru Elang yang terlihat sangat marah.

“Mas tunggu!” Zalfa menyekal tangan suaminya yang akan masuk ke dalam kamar yang terletak di salah satu sudut villa. “Apa salahku Mas? Mengapa Mas berubah sikap seperti ini padaku?” lanjut Zalfa memberanikan diri untuk bertanya karena ia paling tidak bisa jika suaminya mendiamkannya seperti ini.

“Apa pantas seorang perempuan yang sudah bersuami berpelukan bahkan berciuman di depan umum, Zalfa? Kecuali kalau kamu memang tidak punya harga diri yang mau menjajakan diri ke banyak lelaki.”

Bukannya menjawab pertanyaan istrinya Elang justru melontarkan sebuah pertanyaan yang begitu melukai hati istrinya. Namun ia tidak peduli setidaknya ia ingin istrinya itu tahu bahwa dirinya tidak menyukai melihat pria lain memeluk bahkan mengecup keningnya dengan begitu mesra.

Untuk sesaat Zalfa hanya terdiam menatap nanar suaminya yang telah menuduhnya dengan sangat rendah. Mengatainya sebagai wanita yang tidak punya harga diri sungguh menyakiti hatinya.

“A ... Apa maksud Mas bicara seperti itu?” tanya Zalfa sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak mengalir saat itu juga. “Zalfa bukan wanita seperti itu Mas, Zalfa masih menghormati kesucian pernikahan kita,” lanjut Zalfa bersamaan dengan air matanya yang mengalir.

Elang terkekeh kecil. Ia menatap istrinya dengan pandangan mengejek. “Menghormati kesucian pernikahan kau bilang, hmm?” Elang mencengkram erat lengan istrinya yang menangis. “Apa kau pikir aku tidak mengetahui apa yang kau lakukan di belakangku, hah? Aku tahu semuanya Zalfa!” sentaknya selanjutnya  semakin membuat istrinya menangis tergugu mendengarnya.

“Mas aku ... aku bisa menjelaskan semuanya padamu Mas,” ucap Zalfa tergagap menahan sakit di pergelangan tangannya juga hatinya atas tindakan juga perkataan suaminya.

“Apa ... apapun yang semua Mas lihat tadi itu tidak seperti yang Mas pikirkan. Aku bisa menjelaskan semuanya,” lanjutnya memberanikan diri meraih lengan suaminya perlahan.

“Apa kau pikir aku sebodoh itu sampai tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, hah?” Elang mendorong tubuh istrinya kasar. Ia seakan lupa jika istrinya tengah mengandung buah hatinya. Sepertinya amarah telah menutupi akal sehatnya.

“Akkkhhhh,” ringis Zalfa seraya memegang perutnya yang terasa sakit seketika. Ia bersandar di dinding kaca di belakangnya, menggigit bibir bawahnya seakan tengah berusaha mengalihkan rasa sakitnya yang teramat sangat.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang