13. Kebohongan

11.8K 483 34
                                    

' Aku tidak mengerti mengapa aku memilih untuk berbohong dari pada berkata jujur kepadanya, yang aku tahu aku tidak ingin jika sampai kehilangan salah satu di antara mereka'

~Raezya Erlangga Naratama~

🍂🍂🍂

Kebisuan yang sempat tercipta di antara keduanya akibat ucapan spontan Elang yang mampu membuat Zalfa membeku tidak percaya di tempatnya duduk, terputus saat ponsel milik suaminya berdering dengan begitu nyaring. Memutus keheningan senja menjelang malam sore itu. Segara Zalfa mengalihkan pandangannya ke arah lain memutus pandangan keduanya yang sempat berada di satu titik yang sama. Untuk sesaat ia sedikit hanyut ke dalam ucapan manis suaminya yang selalu ia harapkan bisa mendengarnya setiap saat ia inginkan. Namun, Zalfa kembali tersadar akan status mereka yang hanyalah menikah di atas selembar kertas.

"Saya angkat telfon dulu, ini dari Alena," izin Elang sembari menjelaskan setelah ia membaca nama si pemanggil tertera di layar ponselnya.

Zalfa menganggukan kepalanya. Ia tidak mengerti apa yang suaminya lakukan, mengapa pria itu harus mengatakan siapa yang menelfonnya, karena Zalfa sadar betul siapa dirinya dan tidak pantas untuknya mengetahui kehidupan pribadi suaminya. Namun suaminya selalu memberikan pilihan yang sulit untuk ia jalani. Di antara tugasnya melahirkan seorang anak, Zalfa takut jika ia akan terjebak ke dalam bujuk rayu serta kata cinta yang terkadang sering suaminya katakan padanya.

"Assalamualaikum," sapa Elang sesudah ia menggeser tombol hijau di layar flat ponselnya. Sengaja Elang beranjak dari duduknya, sedikit menjauh dari Zalfa. Ia tidak ingin jika pembicaraannya dengan istri pertamanya akan menyakiti Zalfa. Bukan pilih kasih, Elang cuma mau menjaga perasaan kedua istrinya.

"Waalaikumsalam, Mas kenapa baru angkat telfon Alena sih?" tanya Alena kesal di ujung sana. Sejak tadi pagi ia mencoba menghubungi suaminya tetapi ponselnya selalu saja tidak aktif bahkan ia menelfon ke kantornya pun tidak ada yang tahu kemana suaminya pergi.

Elang menghela napasnya pelan. Ia sudah menebak jika Alena pasti akan menanyakan hal ini padanya. Elang memang sengaja mematikan ponselnya saat perjalanan menuju kampung halaman Zalfa, bukan tanpa alasan pria itu hanya ingin fokusnya tidak terbagi kepada ponsel yang akan terus berdering. Elang mau menjadi suami yang berguna untuk istrinya dengan selalu berada di sampingnya di saat Zalfa sedang masa berkabung akibat kehilangan ayah kandungnya.

"Maaf, sejak pagi tadi Mas ada pekerjaan penting yang harus Mas selesaikan makanya Mas sengaja mematikan ponselnya Mas," jawab Elang sembari berharap dalam hati, semoga saja istrinya tidak menghubungi sekretarisnya menanyakan tentang keberadaannya.

"Mas enggak usah beralasan kerja deh. Alena tahu kalau Mas lagi enggak ada di kantor atau pun di proyek, karena Alena juga sudah bertanya sama sekretarisnya Mas," ujar Alena membuat Elang mati kutu di tempat.

Perasaan curiga mulai menyusup ke dalam hati Alena. Pasti ada sesuatu yang telah terjadi yang tidak ia ketahui sampai suaminya berani berbohong kepadanya.

"Sebenarnya Mas ada di mana sampai Mas harus mematikan ponsel Mas selama sehari penuh?" tanya Alena berusaha untuk tidak terpancing emosi.

Sebab selama mereka kurang lebih lima tahun suaminya itu tidak pernah sekali saja berbohong kepadanya. Namun hari ini untuk pertama kalinya Elang menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Membuat Alena merasa takut, jika rahasia suaminya hari ini akan membawa duka untuk dirinya di kemudian hari. Untuk itulah Alena harus bisa mengetahui apa yang suaminya sembunyikan darinya.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang