Chapter 23

9.1K 392 28
                                    

"Sayang," panggil Elang menghentikan gerakan tangan Alena yang sedang menari indah di atas layar ponselnya. "Mama ingin mengadakan acara tujuh bulanan di rumah minggu depan," lanjut Elang tanpa menunggu Alena menjawab panggilannya ia segera memberitahukan perihal rencana mamanya saat datang mengunjunginya ke kantor kemarin.

"Tujuh bulanan?" ulang Alena bertanya dibalas anggukan kepala dari suaminya. Kemudian wanita itu meletakan ponselnya di atas nakas sebelum berjalan menghampiri suaminya yang tengah berdiri di depan meja riasnya.

"Mas lupa ya kalau Alena tidak sedang hamil bagaimana jika nanti Mama curiga sama kehamilan Alena," lirih Alena tanpa memandang suaminya tangannya mengambil alih dasi yang melingkar di leher suaminya, membantu memakaikannya.

Elang meraih pinggang istrinya agar merapat kepadanya, dipagutanya dengan lembut bibir merah milik istrinya, Alena. "Di mata dunia kamulah yang hamil, kita bisa melakukan sesuatu agar Mama percaya kalau kamu memang hamil buah cinta kita."

Ucapan dan hati Elang sama sekali tidak sejalan. Tiba-tiba saja ia mengingat mata sendu Zalfa saat mengatakan perihal status bayi itu. Di sana ia bisa mengatakan agar Zalfa jangan mengkhawatirkan hal itu tapi di sini ia mengatakan hal yang berbeda. Bukankah itu sama saja ia seperti laki-laki pecundang yang mengumbar janji kesana kemari. Namun Elang bisa apa, ia tidak ingin kehilangan salah satu dari mereka berdua. Biarkan saja ia egois asalkan ia bisa memeluk keduanya.

"Apakah Mama akan mempercayainya?" tanya Alena sembari memainkan kancing kemeja suaminya, manja atau lebih tepatnya berpura-pura tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua.

Meski sesungguhnya dalam hati Alena merasa sangat muak bersikap manis di depan pria itu. Apalagi setelah mengetahui semua penghianatan suaminya, rasanya Alena ingin marah dan mengumpat habis-habisan di depan suaminya. Namun, Alena menahan semua rasa itu demi untuk melancarkan tujuannya. Karena kalau sekali saja ia emosi atau kelepasan bicara maka semua rencana yang telah ia susun dengan rapi akan hancur seketika. Untuk itu, Alena harus bisa lebih berhati-hati saat ini. Alena tidak ingin kalau sampai suaminya mencurigainya, ia ingin suaminya masih mempercayainya sepenuhnya sama seperti dulu.

Elang tersenyum, menyelipkan helaian rambut istrinya di belakang telinganya. "Mama tidak akan mencuragai kita. Kamu tenang saja, ya. Mas juga tidak akan membiarkan Mama mengetahui kebohongan kita, anak itu akan lahir sebagai anak kita."

"Mas yakin?" Alena bertanya dengan nada lebih manja, tangannya bergerak mengusap punggung suaminya sembari merapatkan tubuhnya lebih dekat ke dada bidang suaminya. Ia ingin membuktikan apa yang selama ini mengganggu pikirannya. Apakah suaminya masih atau tidak akan tergoda lagi pada tubuh indahnya.

"Tidak perlu meragukan ucapan Mas." Elang melepaskan kedua tangan istrinya yang melingkar di pinggangnya. "Mas harus ke kantor kita lanjutkan nanti malam ya," lanjutnya mengecup kening istrinya lembut.

Elang lantas beranjak mengambil tas kerjanya lalu beranjak keluar dari kamarnya. Meninggalkan istrinya begitu saja, tanpa memikirkan apakah tindakannya ini akan menyakiti hati Alena atau pun tidak. Bahkan teriakan istrinya yang memanggilnya tidak lagi ia pedulikan. Entahlah Elang selalu merasa risih setiap kali Alena mendekatinya atau menggodanya seperti tadi padahal sebelumnya ia selalu tergoda. Bahkan Elang rela meninggalkan meeting pentingnya asalkan bisa bercinta dengan Alena.

Namun belakangan semuanya berbeda, nafsunya terhadap Alena menguap begitu saja. Elang tidak lagi tergoda pada Alena walaupun istrinya itu telanjang di hadapannya. Berbeda sekali saat dirinya berdekatan dengan istri keduanya, Zalfa. Walaupun wanita itu tidak pernah menggodanya bahkan istri keduanya itu masih sangat amatir soal bercinta tetapi hasrat Elang untuk bercinta dengan Zalfa selalu timbul begitu saja tanpa bisa ia kendalikan. Elang sama sekali tidak mengerti ada apa dengan dirinya. Sihir apa yang Zalfa lakukan padanya sehingga ia bisa segila itu hanya dengan melihat senyuman manis Zalfa.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang