Chapter 31

16.8K 472 37
                                    

Note: Usia Kiran aku ubah menjadi 7 tahun ya di sini!!!

🍁🍁🍁

Zalfa segera berlari masuk ke dalam rumahnya meninggalkan mantan suaminya yang kembali membuatnya kembali merasakan luka yang selama dua tahun ia coba untuk sembuhkan dengan susah payah. Tetapi terbuka begitu saja ketika Elang mengatakan ingin kembali padanya, mengulang kembali masa indah penuh kepalsuan yang pria itu berikan tujuh tahun lalu. Entah apa yang ada dalam pikiran pria itu sehingga berani mengatakan semua itu padanya setelah menorehkan luka yang begitu dalam padanya.

Namun langkah Zalfa yang akan naik lantai dua di mana kamarnya dan putrinya berada terhenti ketika bel pintu rumah utama berbunyi dengan nyaring. Merasa tidak ada yang akan membukakan pintu karena semua orang sedang tidak ada di rumah akhirnya terpaksa Zalfa mengurungkan niatnya untuk ke kamarnya dan berjalan ke arah pintu utama sembari menghapus cepat air matanya yang sempat mengalir. Ia takut jika itu adalah Mama Rasty yang datang dan ia akan diberondong pertanyaan alasan di balik air matanya yang kembali mengalir. Zalfa tidak ingin membahas semua itu atau lukanya akan semakin terbuka lebar setiap kali membahasnya. Zalfa ingin menutup semua kenangan buruk itu dan kembali menjalani hidup baru bersama putrinya, Kiran.

“Mbak Alena,” lirih Zalfa setelah ia membuka lebar pintu rumah dan melihat seorang wanita yang begitu ia kenal meski wanita itu berdiri membelakanginya. Karena wanita itulah yang telah mengubah jalan hidupnya menjadi penuh liku juga penderitaan jadi tidak mungkin Zalfa bisa melupakannya.

Seketika Alena membalikkan tubuhnya setelah mendengar Zalfa memanggil namanya. Senyum tipis terukir di bibir merahnya. “Kamu apa kabar?” tanyanya berharap bisa mengurangi perasaan canggung yang entah mengapa tercipta begitu saja.

“Seperti yang Mbak lihat sekarang, Zalfa baik-baik saja,” jawabnya balas tersenyum ramah. Walau Alena telah menyakitinya tetapi ia tidak pernah memiliki perasaan dendam untuk wanita ini.

“Mbak bisa melihat kalau hidup kamu sekarang lebih baik dan bahagia berbeda sekali dengan kamu tujuh tahun yang lalu,” ujar Alena sendu. Sakit rasanya saat posisinya di rumah Rasty kini telah tergantikan oleh Zalfa. Namun ia bisa apa selain menerimanya karena ia sendirilah yang telah membuatnya kehilangan posisi itu.

“Mbak datang kesini pasti mau bertemu dengan Mas Elang kan? Dia ada di belakang Mbak bisa menemuinya,” ucap Zalfa mengabaikan ucapan Alena yang menilai keadaannya.

Alena menganggukan kepalanya. Niat awalnya datang kesini memang mau bertemu dengan suaminya dan menyelesaikan semua kesalah pahaman mereka. Namun saat ia melihat Zalfa rasa bersalah itu hadir begitu saja, pasti gadis ini telah banyak menderita akibat dendamnya bahkan ia telah tega memisahkan putrinya dari ayah kandungnya sendiri.

“Masuklah Mbak, Mas Elang ada di taman belakang,” titahnya sembari membuka lebar pintu rumahnya mempersilakan Alena untuk masuk.

Setelah Alena masuk ke dalam rumah Zalfa segera melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamarnya untuk menemui putrinya. Berharap dengan melihat putrinya sesak di dadanya bisa berangsur menghilang. Lagi pula menurutnya ia tidak perlu mengantar Alena ke taman belakang, bukan karena ia takut akan kembali sakit hati tetapi Zalfa pikir ini bukanlah kapasitasnya lagi. Zalfa tidak perlu tahu apa yang akan mereka bicarakan atau apa yang telah terjadi kepada hubungan mereka. Hubungannya dengan mereka sudah berakhir dan mungkin ia harus memikirkan kembali nasehat ibunya untuk kembali ke kampung karena adiknya pun sudah sembuh dari penyakitnya setelah menerima donor sumsum tulang belakang dari ibunya serta menjalani pengobatan di luar negeri walaupun masih harus kontrol rutin setiap bulannya.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang