BAB V

56K 3.1K 21
                                    

Seorang gadis berambut coklat melangkahkan kakinya yang jenjang ke sebuah café. Dress merah yang dia kenakan tampak memeluk tubuhnya dengan anggun. Auranya yang lembut mampu mencuri perhatian seluruh pengunjung café ketika ia masuk. Pandangannya mengitari sekeliling café untuk mencari tempat duduk yang nyaman.

Ia memutuskan untuk duduk di sudut kanan belakang café tepat di samping jendela besar yang menyajikan pemandangan jalan raya yang dipenuhi oleh orang yang berlalu lalang.

Secangkir green tea latte yang dia pesan menemaninya di sore hujan ini. Ia mengeluarkan buku Calculus dari tas Birkin cokelatnya dan mulai membuka halaman tertentu.

Pandangannya kemudian menyisir ke arah jalan raya. Tampak beberapa orang berlari kecil untuk berteduh menghindari hujan.

Tanpa sengaja ia menangkap sosok pria yang dia tunggu baru saja keluar dari sebuah mobil Ferrari merah yang terparkir di pelataran parkir café sambil membawa sebuah payung berwarna biru tua. Pria tersebut melangkah dengan cepat sehingga ia tidak sengaja menabrak seorang gadis kecil yang tengah berlari menghindari hujan bersama ibunya. Gadis kecil itu terjatuh karena bertabrakan dengan si pria dan tampak menangis. Sang ibu terlihat kewalahan menenangkan gadis kecilnya. Si pria tampak berjongkok dan mengangkat tubuh si gadis dan membersihkan lukanya dengan sapu tangannya lalu menepuk pelan kepala si gadis kecil sembari berkata 'maaf' dan merogoh kantung celana jeansnya lalu mengeluarkan lima buah coklat Hershey dan menyerahkannya ke gadis kecil itu. Gadis kecil itu menerimanya dengan bahagia dan tersenyum lebar lalu memeluk si pria. Si pria pun bangkit berdiri dan memberikan payung biru tuanya kepada sang ibu yang diterima dengan sungkan. Usai mengucap salam perpisahan, si pria berlari kecil menerobos hujan untuk mencapai pintu masuk café dengan basah kuyup, karena payungnya telah ia berikan kepada sepasang ibu dan anak tadi.

Semua kejadian itu tidak luput dari perhatian si gadis berambut cokelat dengan dress merah yang sedang duduk di dekat jendela café. Sang gadis tersenyum lembut melihat kejadian itu. Hatinya menghangat seperti green tea latte yang tengah disesapnya.

Dari arah pintu masuk café tampak seorang pria bermata agak sipit dengan rambut hitam bergaya spike yang mengenakan t-shirt putih dengan dilapisi jaket kulit warna hitam dan celana jeans biru dongker memasuki café dalam keadaan basah kuyup.

Pandangannya menyisir ke seluruh penjuru café dan menangkap sosok gadis berbaju merah yang ia cari tengah duduk di sudut kanan café di dekat jendela sambil meminum minumannya. Jantungnya berdegub kencang. Ia menunduk dengan risih mendapat tatapan 'lapar' dari seluruh wanita pengunjung café itu. Ia berjalan sambil menunduk dan menggaruk tengkuk dengan salah tingkah ke arah meja si gadis.

"Ha--Hai, Vio," si pria menyapa si gadis dengan suara pelan. Nyaris tak terdengar.

"Hey, Dik. Duduk sini," ia mempersilahkan si pria duduk di hadapannya. Matanya menyisir si pria dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Ke--Kenapa?" si pria tambah salah tingkah mendapat pandangan menilai dari si gadis.

"Kamu basah kuyup." si gadis mengeluarkan sapu tangan dari tasnya lalu berniat membantu si pemuda mengelap air hujan yang menetes dari rambut ke pelipis si pemuda.

Si pemuda berjengit kaget menerima perlakuan si gadis. Tampak malu, ia pun meraih saputangan si gadis. Menolak bantuan si gadis untuk membantu mengelap air hujan yang membasahi tubuhnya.

"Th--Thanks... A--Aku nggak bawa payung tadi," bohong si pria lalu mengelap air hujan yang menetes di tubuhnya dengan gugup.

Kenapa kamu harus berbohong untuk menutupi tindakan terpujimu, batin si gadis.

27 to 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang