BAB X

59K 3.3K 34
                                    

Aku menggerakkan ujung jemariku menyentuh bibirku yang terasa kebas dan hangat dengan sensasi yang aneh. Rasanya seperti menemukan sesuatu yang telah lama hilang.

Ciuman itu. Sangat manis. Sangat mendamba. Sangat menggetarkan. Sangat sempurna. Seolah-olah hatimu terbuat dari kepingan puzzle yang telah bersusun dalam padanan yang pas. Terasa sangat lengkap.

Apa yang kamu pikirkan, Maureen! Itu Azka, musuh bebuyutanmu dari jaman SMP?! Bagaimana mungkin kamu mendambakan ciumannya? Nonsense, wake up stupid girl!

Aku mengetuk pelan kepalaku, merutuki kebodohan yang kupikirkan.

Tapi, tunggu...

Kenapa sekarang ini, sepertinya rasa benciku pada Azka makin menipis, yah? Rasanya tidak semeledak saat pertama kali berhadapan dengannya ketika aku bangun dari komaku? Apa mungkin... aku benar-benar sudah jatuh dalam pesonanya?

Tidak mungkin! Hatiku kan hanya untuk Steve! Yah, kekasihku yang telah direbut oleh Dira!

Baru saja aku memikirkan hal itu, sebuah dering telepon mengejutkanku, memecahkan lamunanku sesaat. Aku meraih ponselku yang ada di nakas di sebelah tempat tidur tempatku berbaring.

Nama Dira terpampang di caller ID. Aku menggeser icon hijau di layar dan tanpa pikir panjang langsung mengangkat telepon.

"Halo, kenapa, Di?"

"Halo, Reen. Thanks yah buat kiriman brownies-nya, enak banget. Dari bakery favorit aku lagi, kamu tau aja. Croissant-nya juga enak banget, macarons-nya juga. Ngemil mulu nih aku. Hihi.." suara Dira yang ceria langsung memenuhi sambungan telepon. Aku menyeringai mendapati ucapannya.

Rencanaku hampir berhasil.

"Anytime, Di. Syukur, deh, kalau kamu suka. Itu emang sengaja aku kirimin buat kamu, buat mengurangi ketegangan sebelum hari-H. Yah, kamu kan tahu, aku nggak bisa sering-sering nemenin kamu sekarang karena lagi hamil, jadi yang bisa aku lakuin yah cuma dengan ngasih perhatian kecil kaya gitu aja."

"Seneng banget, deh, punya bestie kaya kamu, Reen. I'm so lucky!" Yeah, you are sooo lucky, Dira..

"Anyway, dua minggu lagi kan udah D-day, tuh. Kamu keberatan nggak buat nemenin aku fitting terakhir wedding gown?"

Sebuah ide terlintas di pikiranku. Ini saatnya pembuktian keberhasilan rencanaku.

"Boleh aku ngajak temenku nggak, Di? Buat nemenin aku sekalian nganter jemput kita nanti," usulku

"Oh, boleh banget. Sure, why not?"

"Ya,tha's great. So, where and when?"

"Glamourize Bridal Salon & Spa, besok jam sepuluh pagi. Don't be late, babe."

"Sure. See ya."

Aku menutup sambungan telepon dan segera mengetikkan pesan untuk Dika.

'Dik, besok jam 10, jemput kakak ke Glamourize Bridal Salon & Spa. Eksekusi rencana final.'

Aku tersenyum sambil menggenggam ponselku.

***

"Thanks, Reen, udah mau nemenin fitting. Steve parah, nih, calon istri sendiri ditinggalin." Dira mengerucutkan bibirnya.

"Santai aja kali, Di. Oh ya, kenalin, ini Dika. Andika Prasetya. Pacarnya Viona," jelasku mengerling padanya. Dika tiba-tiba terbatuk dan wajahnya memerah.

27 to 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang