Lamborghini hitam terparkir apik di pelataran parkir sebuah sekolah dasar swasta di Jakarta. Sesosok pria tampan di usianya yang menginjak angka tiga puluh dua keluar dari mobil mewah tersebut. Ia bergerak cepat ke bangku penumpang untuk membukakan pintu untuk putrinya.
Sesosok gadis kecil bertubuh mungil dengan mata hitam yang bulat dan besar juga pipi chubby yang imut tampak melangkah turun perlahan dari pintu yang dibukakan oleh pria itu.
"How do you feel at your first day, baby Kareen?" Si pria berjongkok sejajar di hadapan putri kecilnya yang cantik.
"I'm excited, Daddy," Baby Kareen memekik antusias. Mengundang tawa Azka, ayahnya.
"Come on, let's go find your class." Azka mengulurkan tangan besarnya yang kemudian digandeng oleh tangan mungil putrinya.
Figur ayah dan anak yang sangat mirip satu sama lain. Baby Kareen, putri sulungnya tumbuh menjadi gadis kecil berusia lima tahun yang cantik dan cerdas. Binar matanya yang cerah, menunjukkan kecerdasan dan kebijakan yang ia miliki di usianya yang masih sangat muda. Anak yang menciptakan kebanggaan di hati kedua orangtuanya yang berbahagia. Azka dan Maureen.
Langkah kedua ayah dan anak itu terhenti di depan sebuah kelas bertandakan angka satu di pintunya.
"Udah sampai di kelas kamu, sayang. Masuk dan belajar yang rajin, ya. Oke, princess Kareen?" Azka membentuk tanda 'oke' dengan jarinya.
Kareen menjawab ayahnya dengan mengangguk. Mata bulatnya berbinar antusias. Senyum mengembang di bibir tipisnya, meninggalkan semu merah di kedua pipinya yang chubby. Ia berlari dengan riang memasuki ruang kelas, membuat rambut ikal panjangnya bergoyang dengan anggun. Tampak beberapa mata siswa pria atau wanita memperhatikan gadis kecil itu ketika masuk dengan pandangan terpana. Gadis kecil itu memang sangat cantik dan menggemaskan. Sementara Azka yang dari posisi berdirinya menatap hal itu menahan kesal karena pandangan beberapa siswa laki-laki pada putri kecilnya yang cantik.
Sepertinya ia menjadi ayah yang sangat protektif sekarang. Otaknya memikirkan cara untuk melindungi Kareen ketika besar nanti dari pria-pria serigala yang mungkin merayu putrinya. Kareen sudah menunjukkan tanda-tanda akan menjadi primadona ketika ia dewasa nanti. Dan Azka harus segera bertindak!
Azka berjalan menjauhi kelas Kareen. Kelas akan segera dimulai dan ia harus menuju ke koperasi sekolah Kareen untuk membeli beberapa keperluan sekolah untuk putrinya.
Sepanjang jalan yang dilaluinya, guru-guru perempuan, baik yang muda dan yang tua, dan para ibu-ibu yang mengantar anaknya ke sekolah menatapnya dengan tatapan 'lapar'. Walau bagaimanapun, Azka begitu mempesona, biarpun sekarang ia telah menjadi seorang ayah dari dua anak.
Anak keduanya, putranya yang kini genap berusia tiga tahun bernama Mario Stevan Geovanni. Mario masih perpaduan nama Maureen dengannya. Azkanio. Sedangkan Stevan diambil dari nama Steve. Menghargai jasa pria itu dalam hubungannya dengan istrinya. Maureen.
Sama seperti Kareen, baby Mario adalah anak yang cerdas dan tidak rewel. Di usianya yang sangat muda, ia bahkan sudah mampu mengemukakan pendapatnya sendiri dan memiliki prinsip-prinsip yang ia terapkan sendiri. Sosok calon pemimpin. Mewarisi sifat ayahnya, namun tidak dengan ketengilan ayahnya. Ia anak yang sangat serius. Meski begitu, Mario tetap sosok anak-anak yang polos. Ada saja kelakuannya yang membuat Azka dan Maureen tertawa terpingkal-pingkal setiap harinya.
Azka mencapai koperasi sekolah Kareen. Di telinganya tertempel ponsel yang tengah tersambung dengan istrinya, Maureen.
"Sunshine, tahu nggak, tadi waktu di kelas, banyak siswa laki-laki yang menatap Kareen dengan tatapan memuja. Sepertinya aku harus mulai menyiapkan siasat untuk menyingkirkan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
27 to 20
RomansaWhat will you do if you sleep for a long time and wake up with no memories left on your mind about the current situation? Additional problem, you later learn that you are pregnant with the kid of your ultimate biggest enemy in life. What a terrible...